Berita Viral
SOSOK Irene Sokoy, Ibu Hamil di Papua Meninggal Bersama Bayi di Kandungan Akibat Ditolak 4 RS
Irene Sokoy adalah seorang wanita dari Kampung Hobong, Sentani, Jayapura, Papua. Ia meninggal setelah ditolak RS saat melahirkan.
Ringkasan Berita:
- Irene Sokoy adalah seorang wanita dari Kampung Hobong, Sentani, Jayapura, Papua
- Saat akan melahirkan anak ketiga, Irene Sokoy meninggal dunia
- Meninggalnya Irene Sokoy karena diduga ditolak empat rumah sakit berbeda
- Penanganan medis yang bertele-tele menyebabkan Irene Sokoy dan bayi yang dikandungnya kehilangan nyawa
TRIBUN-MEDAN.COM,- Sosok Irene Sokoy, ibu hamil asal Kampung Hobong, Sentani, Jayapura, Papua kehilangan nyawa saat akan melahirkan.
Ia kehilangan nyawa karena diduga sempat ditolak empat rumah sakit berbeda.
Akibat prosedur yang menurut keluarga sangat bertele-tele, Irene Sokoy dan bayi yang dikandungnya meninggal dunia.
Peristiwa ini membuat pihak keluarga begitu terpukul, khususnya bagi Neil Kastro Kebey.
Neil hanya bisa memeluk kedua anaknya, Yoan Kalvin Kabey (11 tahun) dan Alfonsina Kabey (6 tahun), setelah tahu istrinya meninggal dunia akibat lambannya penanganan medis.
Baca juga: Profil Prof Yohanes Surya, Fisikawan yang Pilih Mundur dari Jabatan Komisaris Independen PT Telkom
Kronologis Kejadian
Menurut informasi, pada Minggu (16/11/2025) lalu Irene Sokoy mengalami kontraksi hebat.
Ia merasa bayi yang ada di dalam kandungannya itu akan segera keluar.
Pihak keluarga kemudian membawa Irene Sokoy dari kampung halaman di Kampung Hobong menggunakan speedboad menuju ke RSUD Yowari.
Sampai di RSUD Yowari, pihak rumah sakit mengatakan bahwa Irene Sokoy harus dioperasi.
Namun, dokter obgyn kebetulan sedang tidak berada di tempat.
Karena kondisi sudah sangat mendesak, Irene Sokoy kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Dian Harapan.
Nahasnya, setelah menempuh perjalanan yang begitu berat, Irene Sokoy justru ditolak oleh pihak rumah sakit, sebagaimana laporan dari Tribun-Papua.com.
"Mereka bilang tidak bisa, itu saja yang mereka bilang," kenang Abraham, mertua Irene Sokoy.
Baca juga: Alvaro Kiano Ditemukan Meninggal, Bocah Sempat Dinyatakan 8 Bulan Hilang, Pelaku Sudah Diamankan
Karena rumah sakit menolak menangani pasien, ambulans kemudian berputar arah menuju ke RSYD Abepura.
Lagi-lagi, pihak rumah sakit menolak.
Keluarga pun marah dan sempat terlibat ketegangan dengan pihak rumah sakit.
"Kami cari jalan ke RSUD Abepura, tetapi tidak diterima juga," ujarnya.
Sambil menahan air mata, ambulans pun membelok ke tempat pemberhentian terakhir, Rumah Sakit Bhayangkara.
Baca juga: Awal Mula Ditemukannya Alvaro Kiano, Kerangka Manusia Diduga Sang Bocah, Polisi Lakukan Tes DNA
Di sini, Irene, yang masih terbaring lemah di dalam ambulans, bertemu dengan tembok yang lebih tinggi, regulasi BPJS Kesehatan Kelas 3.
"Ruangan penuh, yang tersisa hanya VIP," kata petugas.
Biaya VIP mencapai Rp 10 juta, dan keluarga diminta membayar uang muka Rp 4 juta sebelum tindakan.
Abraham memohon. "Tolong dulu, uang nanti kami urus, kami tidak lari."
Ia meyakinkan petugas bahwa mereka akan membayar keesokan harinya.
Baca juga: Ramalan Shio Hari Ini 24 November 2025, Shio Kambing dalam Kondisi Prima
Namun, petugas menolak menurunkan Irene dari ambulans untuk diperiksa.
Mereka hanya memeriksa Tanda-Tanda Vital (TTV) pasien dari balik pintu mobil.
Setelah empat kali penolakan, keluarga memutuskan membawa Irene ke RSUD Jayapura, rumah sakit terakhir yang tersisa.
Namun, takdir berkata lain.
Pukul 04.00 WIT, saat ambulans melaju di turunan Skyline menuju Entrop, di tengah malam yang sunyi, Abraham menyaksikan menantunya menghembuskan napas terakhir.
Baca juga: Kalender Jawa Weton Senin Kliwon 24 November 2025, Tidak Disarankan Menggelar Hajatan
Janji memiliki "generasi yang sehat" telah gugur.
Irene dan bayi 4 kilogramnya meninggal dunia di perjalanan, setelah ditolak dari rumah sakit ke rumah sakit.
Kepala Kampung Hobong itu kini menunduk, air mata membasahi pipi.
"Tuhan kenapa kah?" tanya Abraham.
"Ditolak-tolak dari rumah sakit ke rumah sakit kami lewati, berakhir dengan kematian," kata Abraham.
Baca juga: Nasib Kadishub Medan Erwin Saleh yang Mendadak Opname Usai Tersangka, Kejaksaan Siap Jemput Paksa
Kematian Irene tidak hanya meninggalkan duka bagi suaminya, tetapi juga memicu ketegangan antar keluarga. Neil Kastro Kabey kini bertekad membawa kasus ini ke ranah hukum.
Abraham berharap, tragedi ini menjadi pelajaran pahit bagi seluruh tenaga medis di Papua.
"Mereka harus menyadari bahwa pekerjaan ini merupakan kemuliaan Tuhan yang diberikan untuk dikerjakan dengan bertanggung jawab," tegasnya.
Ia hanya ingin memastikan, di bumi Papua, tidak ada lagi 'Irene' yang gugur hanya karena dokter sedang di luar kota, kamar Kelas 3 penuh, atau rujukan terpadu yang tak terlaksana.
Baca juga: Akhirnya Bareskrim Tanggapi Usai Viral Wanita tanpa Busana Ludahi Kitap Suci Alquran
Sosok Irene Sokoy
Irene Sokoy adalah seorang wanita dari Kampung Hobong, Sentani, Jayapura, Papua.
Ia lahir pada tahun 1994.
Irene Sokoy merupakan ibu rumah tangga yang aktif dan periang.
Ia kerap terlibat dalam aktivitas di kampung halamannya.
Bahkan, Irene Sokoy merupakan Sekretaris PKK di lingkungan tempat tinggalnya.
Baca juga: Motif Pria Ngaku Anak Anggota Propam Bawa Mobil dari Polsek, Reaksi Polda Metro Jaya
Namun, pada November 2025, Irene Sokoy harus kehilangan nyawa.
Saat akan melahirkan anak ketiganya, Irene Sokoy kabarnya sempat ditolak empat rumah sakit berbeda.
Ia meninggal dunia karena terlambat mendapat penanganan medis.
Kisah tragis Irene Sokoy ini kemudian viral, hingga mengundang kemarahan publik.
Bantahan dari Rumah Sakit
Dikutip dari Tribun Papua Tengah.com, pihak rumah sakit yang namanya disebutkan dalam pemberitaan saling bantah.
Pihak RSUD Yowari menegaskan penanganan terhadap almarhumah Irene Sokoy telah dilakukan sesuai prosedur sebelum pasien dirujuk ke rumah sakit lain.
Baca juga: BUKAN Korban TPPO, Rizki Bohongi Ibunya, Ngaku Dikontrak PSMS Medan, Ternyata Berangkat ke Kamboja
Direktur RSUD Yowari Maryen Braweri menyampaikan pelayanan kandungan di rumah sakit hanya ditangani satu dokter karena satu dokter lain sedang pendidikan hingga 2026.
"Jadi penanganan Irene dilakukan melalui koordinasi perawat dan dokter spesialis kandungan yang sedang berada di luar Papua," ujar Maryen saat dihubungi wartawan melalui telepon, baru-baru ini.
Maryen mengatakan RSUD Yowari telah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Papua, yang akan membentuk tim investigasi sebelum laporan disampaikan kepada gubernur.
Ia menambahkan rumah sakit mengusulkan penambahan dokter spesialis kepada Dinas Kesehatan Provinsi Papua, Dinas Kesehatan Kabupaten Jayapura, dan Bupati Jayapura.
"Untuk penandatanganan kontrak dokter baru dijadwalkan besok (Senin) sesuai izin Bupati Jayapura," terang Maryen.
Maryen menegaskan penambahan tenaga medis mencakup dokter kandungan, dokter bedah, dan ortopedi untuk meningkatkan pelayanan.
Manajemen RS Dian Harapan(RSDH) Jayapura juga menyatakan tidak pernah menolak pasien rujukan dari RSUD Yowari seperti informasi yang beredar di media sosial.
RSDH bahkan telah memberi penjelasan mengenai kondisi layanan, ruang perawatan, dan ketersediaan dokter sebelum pasien tiba.
Keterangan resmi rumah sakit pada 20 November menjelaskan ruang NICU dan ruang kebidanan penuh, sementara dokter spesialis obgyn sedang cuti.
RSDH menyebut keluarga memutuskan mencari rujukan lain setelah menerima penjelasan mengenai kondisi layanan.
Situasi IGD RSDH sempat padat karena penanganan ibu melahirkan, sehingga mobil ambulans RSUD Yowari diminta bergeser sebelum akhirnya meninggalkan lokasi.
RSDH menegaskan semua prosedur telah dijalankan sesuai SOP dan tidak ada tindakan penolakan pasien.
Kepala RS Bhayangkara AKBP Rommy Sebastian menjelaskan pasien datang tanpa melalui Sistem Rujukan Terintegrasi.
Ia mempertanyakan alasan RSUD Yowari tidak menggunakan sistem rujukan terpadu yang diwajibkan untuk seluruh pasien rujukan.
"Ketidaksesuaian prosedur rujukan membuat rumah sakit sulit mengetahui kondisi medis pasien secara lengkap," ujar Rommy.
Rommy juga membantah tuduhan bahwa RS Bhayangkara meminta biaya operasi kepada keluarga pasien.
"Jadi rumah sakit hanya menjelaskan aturan BPJS terkait status pasien Penerima Bantuan Iuran kelas 3," katanya.
SOP rumah sakit telah dijalankan dan tidak ada permintaan biaya sebelum tindakan medis.
Suami Irene akhirnya memutuskan membawa pasien ke RSUD Jayapura setelah mendapat penjelasan dari RS Bhayangkara.
Hingga berita ini ditayangkan, belum ada keterangan lanjutan dari RSUD Abepura terkait penanganan kasus ini.(tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Irene-Sokoy-meninggal-dunia.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.