Sumut Terkini
Ekspor Karet Sumut Turun 9,22 Persen di Juli 2025, Harga Justru Menguat
Namun angka tersebut tetap jauh di bawah kondisi normal, di mana rata-rata pengapalan bulanan biasanya bisa mencapai 42 ribu ton.
Penulis: Husna Fadilla Tarigan | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN – Kinerja ekspor karet alam asal Sumatera Utara pada Juli 2025 tercatat melemah. Volume pengapalan hanya mencapai 19.786 ton atau terkoreksi 9,22 persen dibandingkan bulan sebelumnya yang mampu menembus 21.795 ton.
Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumut, Edy Irwansyah, menjelaskan bahwa penurunan ekspor ini bukan sekadar tren bulanan, melainkan juga dampak dari sejumlah hambatan di lapangan.
“Selain keterlambatan pengapalan karena keterbatasan kontainer, pasokan dari kebun juga menurun. Kondisi iklim yang tidak menentu membuat banyak petani menghentikan penyadapan ketika hujan turun. Belum lagi harga karet yang lama bertahan rendah, sehingga memengaruhi motivasi petani,” ujar Edy, Selasa (2/9/2025).
Meski begitu, jika dibandingkan dengan Juli 2024, ekspor karet Sumut masih tumbuh 2,47 persen.
Namun angka tersebut tetap jauh di bawah kondisi normal, di mana rata-rata pengapalan bulanan biasanya bisa mencapai 42 ribu ton.
Di tengah perlambatan itu, kabar positif datang dari sisi harga. Rata-rata harga karet di pasar internasional pada Juli 2025 tercatat 167,32 sen AS per kilogram, naik dari bulan sebelumnya yang berada di posisi 161,49 sen AS.
Tren kenaikan bahkan berlanjut hingga akhir Agustus, dengan harga penutupan di level 173,6 sen AS per kilogram.
“Kenaikan harga ini menjadi sinyal baik bagi petani dan pelaku industri. Harapannya, kondisi tersebut dapat kembali mendorong aktivitas penyadapan di kebun sehingga pasokan bisa meningkat,” tambah Edy.
Dari catatan Gapkindo Sumut, sepanjang Juli 2025 ekspor karet Sumut menyasar 23 negara. Jepang masih menjadi tujuan utama dengan porsi 35,94 persen, disusul Amerika Serikat (25,45 persen), India (7,91 persen), Brasil (6,42 persen), dan Tiongkok (3,67 persen).
Sementara untuk kawasan Eropa, kontribusinya tercatat 14,49 persen dengan distribusi ke 11 negara, termasuk Italia, Turki, Spanyol, hingga Jerman.
Selain tantangan ekspor, para eksportir juga tengah menyiapkan langkah menghadapi regulasi baru Uni Eropa yakni EU Deforestation Regulation (EUDR) yang mulai berlaku 30 Desember 2025. Regulasi ini mengharuskan adanya pelacakan rantai pasok hingga tingkat kebun.
“Industri karet di Sumut sudah memperkuat sistem traceability dan kepatuhan keberlanjutan. Jika tren harga terus positif dan hambatan logistik berkurang, kami optimistis ekspor bisa membaik di kuartal IV, meski belum bisa kembali ke level normal,” tutup Edy.
(cr26/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Jelang Berakhir Kerjasama, Manajemen Delimas Plaza Belum Beri Info ke Pekerja dan Penyewa |
![]() |
---|
Diduga Tunggu Pembeli, Pria Paruh Baya Diciduk Satresnarkoba Polres Tanah Karo di Mobil Pikap |
![]() |
---|
Kejari Karo Tetapkan Dua Tersangka Tambahan di Kasus Dugaan Korupsi Proyek Profil Desa |
![]() |
---|
Kejatisu Tahan Lagi 4 Orang Kasus Korupsi Jalan di Batubara, Total Tersangka 12 |
![]() |
---|
Temui Mahasiswa dan Ojol, Kapolda Janji Berbenah dan Sampaikan Aspirasi Masyarakat ke Kapolri |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.