PSMS Medan
Manajemen PSMS Medan Berduka, Ronny Pasla Sang Legenda Meninggal Dunia
Fendi mengatakan bahwa beberapa bentuk penghormatan sedang diusahakan, termasuk penggunaan pita hitam oleh para pemain.
Penulis: Aprianto Tambunan | Editor: Ayu Prasandi
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN- Kabar duka menyelimuti dunia sepak bola Sumatera Utara. Legenda PSMS Medan sekaligus mantan penjaga gawang Timnas Indonesia, Ronny Pasla, meninggal dunia pada dini hari tadi.
Kepergian sosok yang dikenal sebagai salah satu kiper terbaik yang pernah dimiliki Ayam Kinantan ini meninggalkan duka mendalam bagi keluarga besar PSMS serta para pecinta sepak bola Tanah Air.
Presiden Direktur PSMS Medan, Fendi Jonathan, menyampaikan rasa belasungkawa mendalam atas wafatnya sang legenda. Menurutnya, Ronny Pasla bukan hanya pemain berprestasi, tetapi juga figur yang memberi inspirasi bagi generasi penerus sepak bola di Sumatera Utara.
“Pastinya kami dari manajemen menyampaikan turut berduka cita yang mendalam atas meninggalnya salah satu pemain legendaris PSMS yaitu almarhum Bapak Ronny Pasla. Semoga almarhum diberikan tempat terbaik di sisi-Nya dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan keikhlasan,” ujar Fendi kepada Tribun Medan melalui pesan WhatsApp, Senin (24/11/2025).
Di tengah persiapan tim menghadapi Sumsel United FC di Stadion Gelora Sriwijaya Jakabaring Palembang,Senin (24/11) sore, manajemen PSMS juga berupaya memberikan penghormatan khusus bagi almarhum.
Fendi mengatakan bahwa beberapa bentuk penghormatan sedang diusahakan, termasuk penggunaan pita hitam oleh para pemain.
“Nanti coba dipikirkan dari manajemen ya. Pita hitam lagi kita upayakan dan mintakan ke perangkat pertandingan Sumsel. Waktunya mepet mau game soalnya,” jelasnya.
Ronny Pasla merupakan pesepakbola berdarah Sulawesi Utara yang lahir di Medan pada 15 April 1946.
Ia bermain sebagai penjaga gawang dan mencatat karier gemilang di klub-klub seperti PSMS Medan, Persija Jakarta, serta tim nasional Indonesia.
Di tingkat internasional, Ronny menjadi kiper utama Timnas Indonesia di era akhir 1960-an hingga 1970-an.
Beberapa prestasi penting yang ia raih bersama timnas antara lain menjuarai Aga Khan Gold Cup (1967), Turnamen Merdeka (1969), dan Pesta Sukan Singapura (1972).
Momen paling dikenang dari kariernya adalah saat menghadapi Santos (Brasil) pada 1972: Ronny berhasil menggagalkan penalti Pele, meski Indonesia kalah dalam pertandingan persahabatan itu.
Sebelum fokus ke sepak bola, Ronny pernah bermain tenis dan sempat mewakili Sumatera Utara di Pekan Olahraga Nasional (PON).
Setelah pensiun dari sepak bola, pada usia sekitar 40 tahun, ia kembali berkecimpung di dunia tenis dan juga mengelola sekolah tenis bernama Velodrom Tennis School di Jakarta.
Ronny Pasla dikenal dengan refleks luar biasa, postur tinggi 183 cm, dan kemampuannya menjadi batu karang di bawah mistar gawang.
Ia juga sangat dihormati karena dedikasi dan kontribusinya terhadap kejayaan sepak bola Indonesia pada masanya.
(Cr29/tribun-medan.com)
Baca berita TRIBUN MEDAN lainnya di Google News
Ikuti juga informasi lainnya di Facebook, Instagram dan Twitter dan WA Channel
Berita viral lainnya di Tribun Medan
| PSMS Medan Incar Poin di Markas Sumsel United Meski Didera Krisis Pemain |
|
|---|
| Raih Hasil Buruk dalam 4 Laga Terakhir, Fans Soroti Ketajaman PSMS Medan dan Minta Perubahan |
|
|---|
| Tahan Imbang PSMS 1-1, PSPS Pekanbaru Pulang dengan Rasa Syukur |
|
|---|
| Kehilangan Fokus Jadi Faktor PSMS Medan Harus Puas Berbagi Poin dengan PSPS Pekanbaru |
|
|---|
| Gol Vitor Barata Selamatkan PSMS dari Kekalahan Kontra PSPS Pekanbaru, Laga Berakhir Skor 1-1 |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/Ronny-Pasla-ketika-masih-menjadi-kiper-profesional-di-dunia-sepakbola-Indonesia.jpg)