TRIBUN WIKI
Sejarah Candi Sipamutung: Candi Buddha Megah dari Abad ke-11
Candi Sipamutung adalah sebuah candi bercorak Buddha yang merupakan peninggalan Kerajaan Pannai dari abad ke-11.
Candi Sipamutung mulai diteliti oleh para ilmuwan asal Belanda di akhir abad ke-19 dan abad ke-20 masehi.
Schnitger mempublikasikan hasil penelitiannya pada tahun 1936.
Baca juga: Mengenal Wilayah Barus, Kota Tua Saksi Sejarah Masuknya Islam ke Tanah Air

Satu diantara tulisannya yang menarik untuk diketahui bahwa di halaman Candi Sipamutung ditumukan arca yang merupakan indikator Vajrayana.
Ini berkenaan dengan arca buaya yang digambarkan dengan wajah menyeramkan, dan dua buah arca raksasi dalam sikap anjalimudra (sikap telapak tangan beserta jari-jari yang menyembah).
Arca raksasi dalam sikap anjalimudra menggambarkan sosok makhluk penjaga atau pengiring yang menunjukkan sikap penghormatan dan ketundukan, meskipun berwujud garang.
Sikap ini memperlihatkan perpaduan antara kekuatan dan spiritualitas dalam ikonografi candi bercorak Buddha maupun Hindu.
Baca juga: Masjid Kedatukan Sunggal Serbanyaman, Saksi Sejarah Perlawanan Belanda
Schnitger juga menambahkan candi-candi di Padanglawas dibangun bersamaan dengan stupa-stupa di Muara Takus, yaitu sekitar abad ke-12.
Tahun 1930, Bosch menulis tentang Padanglawas dan mengajukan sebuah teori bahwa masyarakat pendukung candi-candi di Padanglawas pada masa Kerajaan Pannai adalah pemeluk agama Buddha aliran Vajrayana.
Dan teori yang diajukannya ini tentunya mendukung pendapat Schnitger.
Hubungan Candi Sipamutung dengan Kerajaan Sriwijaya
Candi Sipamutung memiliki hubungan sejarah yang erat dengan Kerajaan Sriwijaya melalui Kerajaan Pannai, yang merupakan bagian dari wilayah pengaruh Sriwijaya pada masa kejayaannya.
Kerajaan Pannai, tempat Candi Sipamutung berada, juga dikenal sebagai bagian dari jaringan kerajaan pelabuhan dan perdagangan yang berafiliasi dengan Sriwijaya, terutama karena letaknya yang strategis di jalur perdagangan penting di Sumatera Timur.
Baca juga: Masjid Lama Gang Bengkok, Saksi Sejarah Perkembangan Islam di Kota Medan
Jalur perdagangan tersebut menghubungkan Sriwijaya dengan Kolam India dan daerah lainnya melalui jalur Panai-Barus dan Panai-Pesisir Timur Selat Malaka, yang memungkinkan penyebaran budaya dan agama Buddha ke wilayah tersebut.
Oleh karena itu, Candi Sipamutung tidak hanya menjadi bukti kehadiran agama Buddha di Sumatera Utara, tetapi juga menunjukkan bagaimana pengaruh Sriwijaya menjangkau wilayah ini melalui jaringan politik dan ekonomi yang kuat, serta penyebaran agama dan kebudayaan melalui jalur perdagangan internasional.
Cagar Budaya
Candi Sipamutung masuk dalam cagar budaya Indonesia.
Upaya pelestarian candi telah dilakukan sejak masa penjajahan Belanda pada tahun 1926 dan terus berlanjut hingga saat ini oleh Balai Arkeologi Medan dan Pusat Penelitian Arkeologi Nasional.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.