Teror Bom
Sedih, Cobaan Bertubi-tubi Menimpa Keluarga Intan Olivia. Kenapa Tuhan?
Sebuah fakta yang cukup mengejutkan dan hanya menjadi rahasia Tuhan kenapa Intan Olivia Banjarnahor
Laporan Wartawan Tribun Medan / Jefri Susetio
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN – Sebuah fakta yang cukup mengejutkan dan hanya menjadi rahasia Tuhan kenapa Intan Olivia Banjarnahor menjadi korban yang turut tewas dalam ledakan bom di Gereja Oikumene, Samarinda, Minggu (13/11/2016).
Begitu juga kenapa tante dan neneknya tiga minggu sebelumnya juga turut meninggal dunia setelah peristiwa yang cukup menyita simpati warga Medan dan Indonesia?
Baca: Dewi Tewas Kena Begal saat Hendak Jenguk Ibunya yang Akhirnya Meninggal Kaget

Jenazah Dewi Sartika boru Banjarnaor, korban jambret yang tewas karena terjatuh dari atas betor saat disemayamkan di rumah duka Jl Gagak Hitam/Jl Mega, Gang Guntur, Kelurahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal, Selasa (25/10/2016).
Tiga minggu sebelumnya keluarga Intan masih berkabung atas kepergian tantenya Dewi Sartika boru Banjarnahor (34), warga Medan Sunggal tewas setelah terjatuh dari atas becak motor (betor) karena aksi begal.
Baca: Ini Yang Dilakukan Intan Sebelum Terkena Ledakan Bom
Beberapa saat kemudian neneknya Intan turut meninggal karena shock mendengar kematian Dewi.
Intan bersama kedua orangtuanya ketika itu juga turut datang ke Kota Medan untuk berbelasungkawa atas kematian dua orang yang cukup dekat dengan keluarganya.
Meninggalnya Intan Olivia Banjarnahor, balita berusia 2,5 tahun yang meninggal dunia akibat serangan bom di Gereja Oikumene, Samarinda, Minggu (13/11/2016) membuat tante (bibi) nya di Medan Agustini Banjarnahor tak henti meneteskan air matanya.
Hal itu dikarenakan dua pekan lalu, ia (Agustini) sempat melihat keponakannya Intan Olivia Banjarnahor datang ke Kota Medan bersama orangtuanya untuk melayat ke rumah Dewi Sartika boru Banjarnahor yang merupakan bibi Intan yang menjadi korban begal di Ringroad.
Baca: Intan Ternyata Baru Ditinggal Mati Bibi dan Nenek, Salam Perpisahannya Membuat Merinding

SEORANG balita korban Gereja Oikumene bernama Intan Olivia (2,5 tahun) yang menderita luka paling parah dibawa ambulans untuk dirujuk Rumah Sakit AW Sjahranie Samarinda, Kalimantan Timur, Minggu (13/11/2016). Ledakan bom itu menyebabkan lima orang terluka yang semuanya merupakan masih anak-anak, empat di antaranya mengalami luka bakar parah, sementara seorang terduga pelaku peledakan berhasil ditangkap warga.
“Ketika Intan datang kemarin kondisinya sehat, hanya badanya hangat karena kangen dengan tantenya (adek mamaknya). Begitu di sini, dia (Intan) melihat mediang kakak saya," kata Agustini menirukan suara Intan kepada Tribun-Medan.com, di Jalan Ringroad, Senin (14/11/2016) siang.
Tapi dia takut, enggak berani. Namun, saat mau dikubur Intan merengek ingin liat bounya.
Ketika jenazah mau dibawa ke dalam mobil, Intan bilang “Dada Bou” tenang di surga,” katanya.
Setelah menghadiri pemakaman Dewi Sartika Boru Banjarnahor (34 tahun), di Simalingkar, lanjutnya, Intan bersama keluarga besar ke Aek Kanopan, Labuhan Batu Utara (Labura). Mereka melayat ke rumah ompung Intan.
“Sebulan lalu, kakak saya (Dewi, korban begal, red) meninggal sekitar pukul 20.30 WIB pada Senin (24/10/2016). Hanya berselang beberapa menit, orangtua saya meninggal dunia di kampung karena sakit. Dan sekarang pada hari Senin juga keponakan saya meninggal dunia. Tuhan berat kali cobaan ini, kami kena musibah terus,” kata Agustini.
Ibunda salah satu anak yang menjadi korban ledakan bom di depan Gereja Oikumene menangis.
Dalam ledakan bom di depan Gereja Oikumene, Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur, Minggu (13/11/2016) pagi, empat anak menjadi korban.