Danau Toba
Kisah Pilu Sang Penjual Kacamata Keliling yang Pernah 'Dipalak' di Danau Toba
"Pengalaman saya yang syukurnya belum pernah kenak rampok. Tapi dulu, apalagi 80an sering saya dimintai duit sama preman-preman setempat."
Penulis: Dedy Kurniawan |
Laporan Wartawan Tribun Medan / Dedy Kurniawan
TRIBUN-MEDAN.com, RAYA - Satu per satu kaca mata yang dijajakan dibersihkan dengan sapu tangan oranye oleh Rasman Koto (67), perantau asal Bukit Tinggi yang sudah berdomisili selama 47 tahun sejak Februari 1971 di daerah Siantar-Simalungun.
Pria paruh baya kelahiran 14 Desember 1949 ini setiap harinya menjajakan beragam kaca mata di kawasan destinasi wisata Danau Toba.
Baca: Didoakan Korban Banjir Jadi Presiden, Begini Tanggapan Habib Rizieq
Legam hitam kulitnya terbakar sinar matahari. Pipinya kemput. Namun itu semua dia lakukan untuk melanjutkan hidup bersama keluarga dan menyekolahkan anaknya.
"Pertama kemari memang jualan pertampahan keliling mulai dari Sidempuan, Batang Toru Sitinjak Saur Matinggi hingga akhirnya menetap di Siantar, numpang di tempat adik yang punya usaha jahit," kenang ayah anak tiga ini, Rabu (22/2/2017).
Baca: Ini Cara Yayasan Perguruan Mayjend Sutoyo Kenalkan Entrepeneur
Katanya, sudah 12 tahun belakangan menjajakan kaca mata untuk melanjutkan hidup.
Saat ini tiga anaknya sudah menikah dan tak bersamanya, begitu juga istri tercintanya yang telah lama tiada.
Selama menjadi pedagang keliling, dari pekan ke pekan pada tahun 80an ia bercerita banyak bertemu dengan turis mancanegara, juga turis lokal.
Baca: Lihat Tabrakan Mengerikan di Depan Masjid Raya yang Terekam ATCS Medan
Tak hanya orang baik, orang yang berbuat jahat padanya juga tak sedikit.
"Pengalaman saya yang syukurnya belum pernah kenak rampok. Tapi dulu, apalagi 80an sering saya dimintai duit sama preman-preman setempat. Tapi syukurnya sekarang sudah gak ada lah," ujar lelaki yang setiap harinya membawa tas seberat 25 kg berisi barang jualan keliling-keliling Danau Toba.
Baca: Jus Kelapa Pelepas Dahaga, Nikmatnya Sambil Menatap Pantai
Saat ditanyai penghasilan, Rasman mengaku rezekinya tak menentu. Tapi dirinya tak punya pilihan lain untuk mengais rezeki.