Baca Selengkapnya di Harian Tribun Medan
Ganti Rugi Proyek Jalan Tol Tak Jelas, Warga Waswas
Mereka khawatir tidak diberi ganti rugi, apalagi lahan yang mereka tempati berpuluh-puluh tahun lalu tersebut, statusnya adalah lahan garapan.
Laporan Wartawan Tribun Medan, Royandi Hutasoit
TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Kantor Kelurahan Tanjungmulia Hilir, Jalan Kawat VII silih berganti didatangi warga, yang bermukim di area pembangunan Jalan Tol Binjai-Medan.
Warga yang datang bertujuan untuk melihat pengumuman ganti rugi lahan, bangunan dan tanaman mereka.
Di Kelurahan Tanjungmulia Hilir terdapat 400 lebih kepala keluarga (KK) yang harus meninggalkan rumah mereka, karena ada pembangunan Jalan Tol Binjai-Medan.
Daerah Tanjungmulia Hilir yang menjadi lokasi pembangunan jalan tola terdapat di Jalan Kawat III, Jalan Kawat IV, Jalan Kawat V, Jalan Alfakah VI dan Alfakah VII.
Baca: BREAKING NEWS: Dilanda Hujan Deras, Medan Johor Terendam Banjir
Baca: Ini Foto-foto Banjir di Kawasan Medan Johor
Setelah mengurutkan satu per satu nama-nama warga yang terdaftar di papan pengumuman, Isdiana (41), yang tinggal di Jalan Kawat V berkali-kali membolak-balik halaman demi halaman pengumuman seraya mencari namanya.
Perempuan, yang sejak lahir sudah tingggal di Jalan Kawat V tersebut ingin mengetahui perkembangan terbaru tentang pembangunan Tol Binjai-Medan. Sebab, ia merasa sudah terlalu lama menunggu kepastian nasib keluarganya akibat pembangunan tol tersebut.
"Kami belum tahu jelas. Apakah pembangunan jalan tol jadi atau tidak. Soalnya sampai sekarang, warga belum mendapat kepastian. Biaya pengganti lahan, rumah dan pohon-pohon, sampai sekarang kami tidak tahu dihargai berapa, cuma ada yang bilang sama kami, kalau warga tidak akan rugi," ujarnya, Senin (28/2).
Baca: Dua Korban Penembakan Dirujuk ke Rumah Sakit
Baca: Keluarga Korban Penembakan Masih Trauma
Mereka khawatir tidak diberi ganti rugi, apalagi lahan yang mereka tempati berpuluh-puluh tahun lalu tersebut, statusnya adalah lahan garapan, yang dulunya milik sultan yang disewakan kepada perkebunan dan kemudian digarap warga.
Isdiana mengatakan, hampir seluruh kerabatnya tinggal di lokasi rencana pembangunan jalan tol tersebut. Sehingga, mereka sekeluarga sangat membutuhkan kepastian dari pemerintah berapa biaya penggantinya.
"Jadi atau tidak segera diberi kepastian. Jangan mengambang begini. Gak gampang cari rumah tinggal baru yang nyaman bagi kami sekeluarga. Kami sekarang ini sudah nyaman tinggal di sini. Sudah nyaman dengan tetangga dan perkumpulan-perkumpulan yang kami ikuti," katanya.
BACA BERITA SELENGKAPNYA DI HALAMAN 1 EDISI CETAK HARIAN TRIBUN MEDAN, EDISI SENIN 6 MARET 2017