Bom Kampung Melayu
ISIS Ada di Balik Teror Bom Manchester, Di Kampung Melayu Juga Sama? Ini Indikasinya
Pelaku bom bunuh diri yang menewaskan 22 orang di Manchester Arena, gedung tempat konser musik yang dipenuhi penonton
TRIBUN-MEDAN.com - Pelaku bom bunuh diri yang menewaskan 22 orang di Manchester Arena, gedung tempat konser musik yang dipenuhi penonton dari kalangan remaja dan anak-anak, memiliki kaitan dengan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIS) dan kemungkinan sempat mengunjungi Suriah.
Hal itu disampaikan oleh Menteri Dalam Negeri Perancis, Gerard Collomb, Rabu (24/5/2017).
Sedangkan mitranya, Menteri Dalam Negeri Inggris, Amber Rudd, mengatakan pelaku pengeboman itu baru kembali dari Libya.
Baca: Wakapolri: 1 Polisi Tewas, 4 Terluka Saat Tugas Amankan Pawai Obor Jelang Ramadan
Baca: Pascaledakan Bom Kampung Melayu #PrayForJakarta dan #KamiTidakTakut Menggema
Baca: Parade Foto: Kepala Putus dan Anggota Tubuh Pria Berserakan di Lokasi Ledakan
Rudd mengatakan, si pengebom, Salman Abedi (22), kemungkinan tidak bekerja sendiri, sebagaimana dilaporkan Reuters.
Pasukan tentara telah dikerahkan ke titik-titik penting di seluruh Inggris untuk membantu mencegah serangan lebih lanjut setelah status ancaman secara resmi dinaikkan ke tingkat "kritis".

Rudd juga menyatakan kemarahan terhadap para pejabat Amerika Serikat (AS) karena membocorkan penyelidikan terhadap serangan Manchester sebelum pihak berwenang Inggris siap menyampaikannya kepada masyarakat.
Abedi, pria kelahiran Inggris, meledakkan diri pada Senin (22/5/2017) malam di Manchester Arena pada akhir pertunjukan penyanyi pop AS, Ariana Grande. Konser Ariana itu dipenuhi oleh ribuan anak dan remaja.
Di antara para korban serangan Abedi adalah seorang bocah perempuan berusia delapan tahun, sejumlah remaja putri, pemuda berusia 28 tahun, dan sepasangan warga Polandia yang datang untuk menjemput putri-putri mereka.
"Tampaknya, kemungkinan, bahwa (Abedi) tidak melakukannya seorang diri," kata Rudd di radio BBC.
Seorang sumber yang mengetahui informasi soal penyelidikan mengatakan kepada Reuters bahwa investigasi dipusatkan pada apakah Abedi menerima bantuan dalam merakit bom dan di mana perakitan dilakukan.
BBC melaporkan bahwa dinas keamanan berpikir bahwa bom itu terlalu canggih bagi Abedi untuk merakitnya sendiri.
Ketika ditanya soal laporan bahwa Abedi baru-baru ini kembali dari Libya, Rudd mengatakan ia meyakini bahwa informasi itu sudah dipastikan.