Kondisi Murid Pintar yang Hampir Buta Ini Memprihatinkan

"Semuanya kadang-kadang juga dibaca. Tapi sekarang lebih milih buku dongeng, karena hurufnya lebih besar,"

Penulis: Arjuna Bakkara |
Tribun Medan / Arjuna
Ratu Hazaraha Putri Rizali (9), tak lagi merasakan kebahagiaan layaknya anak-anak seusianya, seperti ketika ditemui di rumahnya, Jalan Cempaka, Komplek ACM, Medan Helvetia, Senin (19/6/2017). (Tribun Medan / Arjuna) 

Laporan Wartawan Tribun Medan / Arjuna Bakkara

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Ratu Hazaraha Putri Rizali (9), tak lagi merasakan kebahagiaan layaknya anak-anak seusianya. Ia hanya dapat berjalan, dengan meraba-raba.

Seperti ketika ditemui di rumahnya, Jalan Cempaka, Komplek ACM, Medan Helvetia, Senin (19/6/2017), Anak yang akrab dipanggil Ara ini, mengaku rindu belajar bersama teman-temannya di sekolah.

Saat berbincang dengan Tribun, ia ingin penderitannya cepat berlalu.

"Udah pengen sekolah lagi Om. Putri mau belajar," kata anak bercita-cita dokter ini.

Amatan Tribun, Putri tak kehilangan semangat, meskipun penglihatannya terganggu, atau hanya dapat melihat dengan jarak satu meter. Sesekali ia membaca-baca buku, lalu bermain.

Baca: Ini Makna Ulos yang Diberikan Gereja HKBP Sibolga untuk JR Saragih

Kondisi tubuhnya kian mengurus, dan kuku tangan dan kakinya juga rusak. Berhadapan dengan cahaya yang terang, Putri pun mengerang kesakitan.

Dari kedua kelopak matanya, sesekali mengalir cairan berwarna bening yang membuat pedih.

Menueut Neneknya, Rosma, dulunya berat badan Putri mencapai 22 Kg semasa sehat. Sedangkan selama sakit terus berkurang hingga turun menjadi 18 Kg.

Puteibyang akrab disapa Ara mengatakan kalau dirinya suka membaca buku mata pelajaran. Akhir-akhir ini, ia terkadang lebih sering berusaha membaca buku cerita bergambar karena huruf-hurufnya lebih besar.

"Semuanya kadang-kadang juga dibaca. Tapi sekarang lebih milih buku dongeng, karena hurufnya lebih besar,"tambahnya.

Selain kehilangan kebahagiaan, bahkan, siswi kelas 3 SD Kartika Jalan Gaperta Ujung yang masuk juara 5 besar di kelasnya ini pun kehilangan pendidikan.

Kata neneknya, Putri sudah jarang masuk sekolah sejak Juni 2016 lalu. Kalaupun sekolah, dia hanya tahan sebentar, karena cahaya yang masuk ke matanya mengakibatkannya kesakita.

"Dalam setahun ini dia paling sekolah empat kali dalam sebulan. Karena udah nggak tahan," terangnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved