Repotnya Berobat ke Pirngadi, Pasien Sudah Sekarat, Dokter Belum Ada, Medisnya . . .
"Sungguh bertele-tele. Padahal, saya sudah daftar dari jalur umum biar tidak kesulitan," ucap warga Jalan Tangguk Bongkar Medan ini.
Laporan Wartawan Tribun Medan, Arjuna Bakkara
TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Maman Silaban, mengeluhkan layanan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Pirngadi Medan.
Ia mengalami sendiri kesulitan itu saat membawa ayahnya, Marolop Silaban (52), ke Instalasi Gawat Darurat (IGD), Selasa (4/7/2017).
"Sungguh bertele-tele. Padahal, saya sudah daftar dari jalur umum biar tidak kesulitan," ucap warga Jalan Tangguk Bongkar Medan ini.
Awalnya ayahnya menderita sakit perut. Dia pun berinisiatif membawa ke RSUD Pirngadi Medan, pada Senin (3/7/2017. Usai mendaftar, ayahnya pun dirujuk ke bagian Ultrasonography (USG).
Namun, atas anjuran medis, ayahnya dinyatakan terlebih dahulu agar menjalani puasa sebelum mengikuti proses di USG. Mereka disarankan untuk pulang, dan dijadwalkan datang kembali pada pukul 08.00, WIB, Selasa (4/7/2017).
Maman yang merupakan Ketua Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Medan ini datang kembali pada Selasa pagi bersama ayahnya. Tetapi tidak sesuai yang diharapkan, dokter dimaksud belum ditemui. Padahal, dinilainya kondisi ayahnya sudah sekarat.
"Sesuai jadwal, seharusnya bapak sudah di USG. Tapi dokternya enggak ada, sementara bapak sudah sekarat,"bebernya.
Melihat ayahnya meraung kesakitan, dia tak dapat berbuat banyak. Ia membawa ayahnya ke IGD guna mendapat pertolongan pertama.
Tak semulus yang dibayangkan, petugas di IGD malah menolaknya. Dengan alasan, Protap pelayanan di IGD berbeda, dan tak bisa ditangani, meskipun sebelumnya sudah mendaftar di USG.
Setelah berdebat kusir dengan petugas Medis IGD, bukan membuat ayahnya cepat ditangani. Menyikapi kondisi itu, dia kembali ke USG, tetapi bertemu dengan perawat yang berbeda.
Alhasil, setelah keluarganya mendesak, akhirnya petugas pun membawa ayahnya naik ke Ruang Poli pria atau khusus penyakit dalan pria di Ruang Asoka, Lantai Dua. Saat itu, dokter pun belum juga datang, sehingga masih membuatnya panik.
Katanya, setibanya dokter si ruangan Asoka dan melakukan pemeriksaan terhadap ayahnya, diketahui Ayahnya mengalami pembengkakan pada ginjal. Lalu, dokter tersebut menganjurkan agar ayahnya dirujuk untuk rawat inap.
Proses administrasi rawat inap tersebut juga masih saja mengalami kendala. Antara petugas pada bagian USG dan IGD malah saling melempar tanggung jawab.
"Udahlah, kakak aja yang buat rujukan dari USG, kalau dari IGD kan enggak bisa," sebutnya menirukan percakapan kedua petugas medis pada rumah sakit ini.
