BIKIN TERHARU! Begini Isi di Dalam Gubuk Reyot Nek Painem yang Hidup Sebatangkara

Saat ditemui tribun-medan.com, awalnya Nek Painem sempat merasa khawatir lantaran merasa tak punya saudara mau pun anak. Matanya berair dan bibirnya g

Penulis: Dedy Kurniawan |
Tribun Medan / Dedy
Nek Painem (92) menahun tinggal di gubuk reyot di Huta 2 Nagori Karangsari, Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun, Rabu (26/7/2017). (Tribun Medan / Dedy) 

TRIBUN-MEDAN.com, RAYA  - Di gubuk reyot berdinding tepas bambu tua, yang tiang-tiang kayunya sudah digerogoti rayap, dan atap rumah berlubang-lubang, Painem yang berusia 92 tahun hidup dalam keadaan yang memprihatinkan.

Nek Painem biasa ia disapa, sudah menahun hidup sebatangkara semenjak ditinggal suaminya Sariun pada 1986 yang meninggal dunia karena sakit-sakitan.

Saat ditemui tribun-medan.com, awalnya Nek Painem sempat merasa khawatir lantaran merasa tak punya saudara mau pun anak. Matanya berair dan bibirnya gemetaran.

"Dari mana nak? Aku takut. Aku gak punya salah apa-apa," kata nenek yang sudah kemput ini.

Baca: Habiskan Malam, Nek Painem Hanya Ditemani Sarang Laba-laba dan Kucing Tuk Hilangkan Kesepian

Baca: Ajak Seorang Nenek Ngobrol di Kereta, yang Selanjutnya Dilakukan Pemuda Ini Bikin Terharu

Setelah berbincang dan bertegur salam wanita kelahiran 31 Desember 1925 ini akhirnya mempersilahkan masuk dan melihat kondisi rumahnya sungguh sangat-sangat memprihatinkan di Huta 2 Nagori Karangsari, Kecamatan Gunung Maligas Kabupaten Simalungun.

Amatan tribun-medan.com, mulai dari dinding, tempat tidur, alat dapurnya penuh dengan debu. Setiap sudut bangunannya bahkan seperti menahun dihinggapi laba-laba yang menyarang jejaringnya. Terlihat seekor kucing kecil tidur di bangku kayu yang berdebu.

Nek Painem yang berbalut kulit keriput dan rambut yang sudah memutih terlihat tak lagi kuat dan membuatnya terpaksa hidup untuk sekadar makan dan minum, dengan berharap dari belas kasih para tetangga.

Kondisinya sudah sangat sulit bergerak, berjalan ke sana kemari di rumah berukuran 5x6 meter. Untuk sekedar memasak menuju tungku api saja dia terpaksa mengesot di rumah yang berlantaikan tanah. Bahkan kalender yang bergambar artis Nikita Willy masih terpampang dengan bulan Januari, padahal sekrang sudah bulan Juli alhir.

Katanya, dirinya sering dibawakan beras dan lauk pauk oleh tetangga yang kasihan kepadanya. Sesekali ia masak beras dan air. Namun hal itu membuatnya tak enak diri lantaran merasa telah merepotkan tetangga untuk peduli kepadanya.

Tak jarang Nek Painem merasa kesepian. Dirinya tidak punya saudara dan anak dari pernikahannya dengan suami ketiganya, sebelumnya dua suaminya meninggal dunia . Bahkan kesepiannya semakin terasa saat hujan datang. Dia hanya bisa pasrah mendekam di gubuknya akibat tetesan air yang merembes dari lubang atap rumahnya.

Kendati demikian Nek Painem tidak pernah berpikiran untuk menjadi seorang pengemis. Hanya saja, terkadang dia meminta bantuan kepada warga sekitar untuk sekadar mengambilkan air dan mengangkat benda-benda yang berat untuk dimasaknya.

Untuk makan Nek Painem lebih banyak dibantu tetangganya Ngatiem yang membawakan sayur. Namun sesekali ia masak beras dan air sendiri dengan kayu karena tetangganya masih sibuk kerja.

"Saya hidup puluhan tahun di gubuk ini tanpa sanak saudara sejak suami saya meninggal dunia beberapa tahun silam. Kadang-kadang ada orang yang datang memberikan saya makan dan membantu saya membereskan gubuk saya ini meski saya enggak memintanya" ujar Nek Painem dengan bahasa Jawa yang khas, Rabu (26/7/2017).

Sumber: Tribun Medan
Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved