Anak Mantan Gubernur Hingga Anak Walikota Tidak Mau Sebut Modal Kampanye, Maju di Usia Muda
Anak pejabat atau tokoh masyarakat yang meramaikan Pemilihan legislatif 2019 tak bersedia menjabarkan secara
TRIBUN - MEDAN.com- Anak pejabat atau tokoh masyarakat yang meramaikan Pemilihan legislatif 2019 tak bersedia menjabarkan secara mendetail modal kampanye atau sosialisasi, yang mereka siapkan.
Mereka beralasan akan mengandalkan jejaring sosial dan keluarga ketimbang membuat acara saat kampanye.
Anak Bupati Serdangbedagai Soekirman, Dimas Tri Adji, misalnya. Ia berencana mengedapankan pendekatan kepada masyarakat daripada membuat berbagai acara saat kampanye. Ia yakin modal sosial lebih mengakar daripada modal materi.
"Saya lebih mengedepankan datang ke pemuka agama, tokoh masyarakat untuk silaturahmi. Saya bermohon doa dan dukungan. Walaupun ada dana yang harus digunakan hanya operasional saja," ujarnya saat berbincang dengan Tribun Medan/Tribun-Medan.com, belum lama ini.
Ia menyampaikan, masih mendata orangtua, tokoh masyarakat yang akan dikunjungi untuk meminta dukungan. Bahkan, ia percaya modal sosial lebih besar pengaruhnya daripada material alias uang.
Anak pejabat lainnya, yang akan ikut kontestasi legislatif adalah Tengku Ryan Novandi, putra sulung mantan Gubernur Sumut Tengku Erry Nuradi, Tengku Edriansyah Rendy, putra Wali Kota Medan, Dzulmi Eldin.
Selanjutnya, Puteri Atikah, cucu pertama tokoh masyarakat Sumut Abdullah Eteng, sekaligus Bupati Asahan pertama, Bupati Deliserdang serta Bupati Karo serta anggota DPR RI. Sedangkan, Cipta Darma, orangtuanya pernah menduduki Wakil Direktur Polmed selama dua periode.
Lalu, Maryl boru Saragih putri Ketua DPD PDIP Japorman Saragih. Mereka umumnya masih berusia di bawah 30 tahun serta punya latar belakang yang berbeda-beda.
"Saya belum ada rencana menggunakan konsultan politik. Saya hanya gunakan jaringan sendiri. Saya hanya berdiskusi bersama orangtua supaya memahami bagaimana kondisi di lapangan. Beda memang kondisi di Jakarta dan di Medan," kata Maryl.
Ia berkeyakinan, orangtua serta kerabatnya lebih memahami dinamika politik di Sumut dan startegi yang akan dilakukan supaya menang. Karena itu, ia akan memanfaatkan jaringan sosial yang telah ia bangun. Seperti relawan pemenangan calon Gubernur dan calon Wakil Gubernur Sumut Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus saat Pilgub Sumut.
Sedangkan, Tengku Ryan Novandi mengakui, kampanye memang butuh dana. Ia pun berinisiatif mengimpun teman sesama pengusaha untuk membantu. Ia juga berencana menekan pengeluaran.
Namun, ia tidak menjelaskan secara rinci berapa dana kampanye yang ia sediakan.
Ia berpendapat, saat kampanye tidak akan mengeluarkan dana besar, karena ada hubungan baik dengan banyak orang. "Tidak sekadar uang, modal politik bisa saja lewat investasi sosial. Saya dan Bapak (Tengku Erry Nuradi) punya kedekatan dengan masyarakat," ujarnya.
Sedangkan Puteri Atikah, secara blak-blakan menyampaikan tidak punya dana besar untuk kampaye. Tapi, ia yakin bisa terpilih lewat modal sosial. "Sebenarnya saat kita punya modal sosial yang minim, maka modal uang bermain. Saya karena tidak punya modal uang, maka yang dimainkan modal sosial. Apa itu modal sosial saya? Misalnya ide, pemikiran, dan kemauan bekerja untuk masyarakat dan jaringan di masyarakat. Itu bekal saya untuk mencapai kemenangan," ungkapnya.
Mantan Koruptor
Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) menyatakan 199 mantan koruptor, pelaku kejahatan anak, atau bandar narkoba maju sebagai calon anggota legislatif pada Pemilu 2019. Tujuh calon anggota legislatif yang melanggar hukum itu tersebar di Sumatera Utara.