Jusuf Kalla Angkat Bicara seusai Prabowo Subianto Bilang Utang Negara Naik Rp 1 Triliun Tiap Hari

Prabowo Subianto melontarkan kritik tajam kepada Presiden Jokowi soal utang negara yang naik Rp 1 triliun setiap hari.

KOMPAS.com/KRISTIAN ERDIANTO
Bakal calon presiden sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dan bakal calon wakil presiden Sandiaga Uno bertemu dengan Wakil Presiden Jusuf Kalla di rumah dinas wakil presiden, Jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, Rabu (15/8/2018) malam. 

Sebelumnya Prabowo Subianto melontarkan kritik tajam kepada Presiden Jokowi soal utang negara yang naik Rp 1 triliun setiap hari.

TRIBUN-MEDAN.com -  Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menanggapi pernyataan Calon Presiden Prabowo Subianto soal jumlah utang Indonesia yang disebut naik Rp 1 triliun setiap harinya. 

Menurut Jusuf Kalla pemerintah berutang untuk membiayai pembangunan, dan mampu melunasinya.

"Jadi bukan soal jumlah. Bisa bayar atau tidak? Jadi bukan soal Rp 1 triliun, mampu kita bayar tidak?" ujar JK, ditemui di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (4/9/2018).

JK mengibaratkan status Indonesia sebagai negara berkembang, seperti halnya sebuah perusahaan.

Baca: Hotman Paris Lontar Pujian pada Perwira Polisi Kombes Herry yang Berani Tangkap Anak Konglomerat

Baca: Kamu Sering Mengonsumsi Minuman Bersoda? Ini 7 Bahaya yang Bakal Terjadi di Tubuhmu

Baca: Aksi Tengil Kevin Sanjaya di Final Bulutangkis Lawan China Bukan Tanpa Alasan

Baca: Kamu Sering Membiarkan Televisi Menyala saat Tidur? Waspada Bahaya Kesehatan yang Mengintaimu

Baca: Jawaban Menohok Via Vallen seusai Dibully lantaran Lip Sync Nyanyikan Theme Song Asian Games

Baca: Muridku Suamiku Guruku Istriku, Kisah Cinta Pengajar Fisika dengan Anak Didik Berujung di Pelaminan

Jika tidak mempunyai modal, kata dia, maka pemerintah dapat meminjam.

"Semua negara yang ingin membangun sama dengan perusahaan. Semua negara yang membangun butuh dana. Kalau tidak mempunyai modal maka harus meminjam," kata dia.

Menurut pria berlatar belakang pengusaha itu, semua negara yang sedang membangun membutuhkan dana.

Untuk mendapatkan dana, dia menilai, banyak cara yang dapat dilakukan.

Dia mencontohkan, Amerika Serikat meminjam uang, tetapi dilakukan dengan cara mencetak uang.

Lalu, Jepang meminjam uang dengan cara mengambil dari dana pensiun.

"Kami, karena tidak cetak duit terlalu banyak, karena tidak laku di luar negeri, maka kami minjam World Bank dari perbankan-perbankan. Itu biasa saja. Jumlahnya itu relatif tergantung kemampuan. Sama dengan perusahaan," katanya.

Baca: Resmi Jadi Pasangan Suami Istri, Ini Dia 7 Fakta Hubungan Kimberly Ryder dan Edward Akbar

Baca: Dewi Perssik Mulanya Berhonor Rp 250 Ribu saban Manggung, Sekarang Segini Besaran Tarifnya

Baca: PNS Setor Uang pada Mantan Istrinya dengan Uang Koin, Diharuskan Bayar Mutah Rp 178 Juta

Baca: Hotman Paris Blak-blakan soal Hubungan Terlarang 6 Tahun, Ada 6 Hal Terenak Bareng Artis

Baca: Ruhut Sitompul Lontar Komentar Menohok terkait Pengusiran Rocky Gerung dan Ratna Sarumpaet

Baca: Prabowo Beberkan Alasan Kenapa Mau Berpelukan dengan Jokowi dan Pesilat Hanifan

Baca: Ulik 10 Fakta Dua Mahasiswa Berhubungan Intim di Kelas hingga Membunuh Bayi dan Terciduk

Namun, dia tidak dapat menyebutkan secara rinci berapa nominal utang permintah. Meskipun utang, dia menegaskan, masih dapat dibayar.

"Saya belum hitung seperti itu, tetapi memang jumlahnya per tahun. Kami tidak hitung per hari."

"Kami hitung tahunan. Ada tambahan Rp 200 T, ada mungkin 300 (triliun). Selama kita bisa bayar, bukan urusan T-nya, bisa bayar tidak? kita bisa bayar," kata Jusuf Kalla.

Halaman
12
Sumber: TribunWow.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved