Komunitas Perempuan Hari Ini Ajarkan Remaja Sei Mati Kenali Potensi dan Menghargai Diri Sendiri

PHI hari ini mengajarkan mengenai gender dan perspektif. Kita memilih bergerak di sini karena kami merasakan edukasi adalah tugas kita semua

Tribun Medan / Nanda Rizka S Nasution
Komunitas Perempuan hari Ini berfotp bersama para remaja di Kelurahan Sei Mati setelah selesai mengadakan bimbingan konseling mengenal diri, Rabu (12/12/2018). 

Laporan Wartawan Tribun Medan / Nanda Rizka S Nasution

TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Melihat besarnya potensi diri para remaja-remaja di Kelurahan Sei Mati, Komunitas Perempuan Hari Ini (PHI) gelar Diskusi Konseling dan Bimbingan Remaja, Rabu sore (12/12/2018). Bertempat di perkampungan TPU Mandailing, Sei Mati, sebanyak 15 remaja belajar mengenali serta menghargai diri sendiri.

"PHI hari ini mengajarkan mengenai gender dan perspektif. Kita memilih bergerak di sini karena kami merasakan edukasi adalah tugas kita semua. Rata-rata kami perempuan yang beberapa ada guru kenapa enggak mengajar informal mengupayakan satu pendekatan emosional," ujar Founder PHI Lusty Ro Manna Malau.

Lusty menambahkan jika ia miris mengenai anggapan masyarakat yang melabeli Sei Mati sebagai kampung narkoba. Untuk itu, mereka bekerja sama dengan Komunitas Sahabat Alam dan Sanggar Sungai Deli.

Pengajaran kepada remaja, diakui Lusty sudah enam kali ia dan teman-teman lakukan. Pada bimbingan kali ini mereka memberikan pemahaman gender atau kesetaraan dengan memberikan akses pendikan. Karena menurutnya ketika (para remaja) mendapatkan ilmu yang cukup, mereka akan menapaki pemikiran maju.

"Saya, seperti yang dilihat tadi, menujukkan visual mana dari para anak-anak tadi yang menganggap perempuan cantik. Kenapa mereka memilih perempuan yang dianggap cantik. Ternyata cantik itu yang menutup aurat, atau yang rambutnya panjang. Sementara yang gemuk dianggap tidak cantik. Artinya tubuh itu punya versi. Tubuh tidak dihargai dan ada standar," jelas perempuan alumni UNIMED ini.

Viral Video Penangkapan Oknum TNI, Kapolda Copot 17 Personel Narkoba Polrestabes Medan

2 Warga Meninggal dan 8 Orang Masih Tertimbun Tanah di Desa Halado, Kecamatan Pintu Pohan Tobasa

Orang-orang yang Terlibat Pengeroyokan TNI Dicari, Rumah Orangtua Iwan Hutapea Diobrak-abrik

Lusty dan rekannya memberikan pemahaman untuk mengurangi istilah-istilah yang memberikan spesifikasi. Mulai dari tubuh yang gemuk, warna kulit, suku hingga agama.

Juru Bicara Jokowi- Maruf Blak-blakan: Video Penolakan Sandiaga di Pasar hanya Sandiwara

Sempat Jatuh saat Antre Program GISA, e-KTP Milik Kakek Jet Tjie Jung Antarkan Petugas ke Rumah

"Istilahnya sekarang sedang menguat isu body shaming. Kita sampaikan itu bisa berakibat sama psikologis yang menjadi korbannya. Kita tidak memaksakan mereka mengerti gender. Karena kita juga sering salah perbedaan gender dan jenis kelamin," tuturnya.

Selentingan body shaming terangnya kembali ke perspektif. Ia akan menjadi orang yang berhati-hati untuk menilai. Pekerjaan menilai akan menjadi multitafsir. Untuk itu kita bisa kasih penilaian kalau ditanya saja.

"Menyadarkan masyarakat tidak bisa dikatakan universal berhasil jika tidak dimulai dari diri sendiri dan lingkungan sekitar. Media sosial bisa jadi efektif dan program literasi seperti ini. Sehingga mereka melek buku, diskusi serta berbagi pengalaman,"

Lusty sendiri beranggapan remaja-remaja ini adalah anak emas yang dari sekarang sudah diajarkan organisasi. Inputnya mereka bisa mengelola emosi, dan mengenali diri. Mereka akan merasakan manfaat ketika mereka tahu istilah.

Sucofindo Hadirkan Produk Jasa dan Layanan yang Bervariasi ke Pelanggan 

Cinta Pandangan Pertama, Pria Ini Nekat Berhenti Bekerja demi Bertemu Gadis Pujaannya yang Misterius

"Saya sangat senang ketika mereka mau mengatakan kekurangan dirinya. Ada yang minder tidak bisa bilang huruf R. Ada yang ngomongnya terlalu cepat, ada yang kurang pede kulitnya hitam, ada yang merasa dirinya emosian. Kita berikan cara menyikapinya bagaimana," terang Lusty lagi.

Selain memberikan materi, dalam bimbingan, para remaja dibagi menjadi beberapa kelompok dan diberikan konseling. Mereka bebas bercerita tentang dirinya. Persoalan dalam dirinya. Dan tahu apa yang harus disikapi.

"Kita buat ini agar kita tahu mereka dan kita tahu bagaimana membina dan tahu potensi diri mereka. Nantinya akan ada tindak lanjutnya,"

2 Warga Meninggal dan 8 Orang Masih Tertimbun Tanah di Desa Halado, Kecamatan Pintu Pohan Tobasa

Longsor di Desa Halado Pintupohan Timbun Empat Rumah,  Akses Jalan Kabupaten Tobasa ke Asahan Lumpuh

Lusty berharap masyarakat luas berhenti menjustifikasi terhadap kampung di Kelurahan Sei Mati. Setiap masyarakat puya kesadaran untuk mengedukasi kelompok yang rentan atau rawan karakter. Ia juga berharap para remaja dapat mencintai dirinya sendiri dengan keadaan apapun.

"Kami beruntung bisa diterima di sini. Semoga masyarakat sekitar juga menerima. Semoga anak-anak ini kedepnnya lebih mandiri, dewasa dan independen, dan eksis di komunitas mereka. Merekalah yang akan mengubah dan membesarkan kampung ini," pungkasnya.

(cr17/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved