News Video
Longsor di Tobasa, Edy Rahmayadi: Nanti Malam Saya akan Berangkat Langsung ke Sana
Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi akan berangkat ke Kabupaten Tobasa untuk melihat lokasi longsor, Jumat (14/12/2018) malam
Penulis: Satia | Editor: Hendrik Naipospos
Laporan Wartawan Tribun Medan/ Satia
TRIBUN MEDAN.COM, MEDAN - Gubernur Sumatera Utara Edy Rahmayadi akan berangkat ke Kabupaten Tobasa untuk melihat lokasi longsor, Jumat (14/12/2018) malam.
Dirinya juga akan melakukan pengecekan terhadap seluruh daerah yang rawan bencana alam.
Pengecekan dilakukannya untuk ke depannya tidak ada bencana serupa yang terjadi.
"Nanti malam saya akan berangkat langsung ke Tobasa. Kita lihat dulu persoalannya bagaimana, apakah rakyat tidak displin dengan mendirikan bangunan rumah pada daerah-daerah rawan bencana," kata Edy Rahmayadi, setelah acara penyerahan GIPA, di Aula Raja Inal Siregar, Lantai dua, Kantor Gubernur Sumut, Jumat (14/12/2018) sore.
Jika ditemukan pelanggaran, Edy akan mengambil tindakan tegas terhadap masyarakat yang dinyatakan bertanggung jawab.
"Jadi rakyat ketimpa tanah, rakyat kenak longsor, yang seharunya tidak boleh ditempati. Saya akan mengecek itu bangunan rumah mereka, sudah IMB atau rakyat yang membandel," katanya.
Pada pemberitaan TribunMedan.com, korban longsor satu keluarga disemayamkan di rumah familinya di Desa Aek Rihit Kacamatan Pintu Pohan, Kabupaten Tobasa, Jumat (14/12/2018).
Enam jenazah satu keluarga Tambunan tersebut diletak berjejer di dalam rumah duka.
Amatan Tribun, kerabat keluarga berduyun-duyun datang ke rumah duka. Suara tangisan terdengar di segala sudut rumah. Ruangan disesaki keluarga dan kerabat dan warga.
Mereka merupakan korban tiga generasi yang terdiri dari satu kakek yakni Bantu Tambunan (70) kakek, dan anaknya Jones Tambunan (45), Nurcahaya Marpaung istrinya Jones (40), serta ketiga cucunya Ambrin Tambunan (L,13), Ahmadi Tambunan (L, 23) dan Serly Tambunan (P, 19).

Friska Tambunan, anak perempuan paling sulung korban yang tiba dari Pekanbaru menangis histeris.
Friska memeluk satu persatu peti jenazah tersebut sambil memanggil ibu, ayah, kakek dan adik-adiknya.
Friska terus menangis sejadi-jadinya di atas peti jenazah tersebut.
"Ito bereng ji bere mu on. Inong, alusi jo ahu. Bapa..boasa lao hamu, anggi Serly hu dia nama ahu. (Adikku, lihat keponakanmu, ibu, jawab dulu aku. Adiku, Serly, Madi, Ambrin, kemanalah aku nanti," ratapnya sambil sambil menangisi petih jenazah keluarganya.
