Alamak
Perdebatan Soal Jilbab Kembali Ramai Dibicarakan di Jerman Saat Digelarnya Pameran Fashion Muslimah
Penutup kepala yang dikenakan perempuan Muslim selalu menjadi topik kontroversial, khususnya di Jerman
Penutup kepala yang dikenakan perempuan Muslim selalu menjadi topik kontroversial karena mencakup begitu banyak isu, seperti misalnya tentang hak-hak perempuan di seluruh dunia atau prasangka Barat dan diskriminasi terhadap Muslim.
/////
TRIBUN-MEDAN.COM - Sehubungan dengan dibukanya pameran pertama yang didedikasikan untuk mode wanita Muslim di Museum Angwandte Kunst Frankfurt, perdebatan seputar jilbab kembali ramai dibicarakan di Jerman.
Pameran dengan tema "Contemporary Muslim Fashions", yang pertama kali ditampilkan di M.H. de Young Memorial Museum di San Francisco, tidak bertujuan untuk menjawab berbagai pertanyaan politik dan sosial yang berkaitan dengan jilbab atau burkini.
"Fokus pameran adalah busana tertutup yang modis, dan apa yang kami coba tunjukkan dalam pameran adalah bahwa ada banyak pilihan untuk perempuan Muslim," kata Jill DAlessandro, kurator pameran "Contemporary Muslim Fashions" di San Francisco.
Pameran fesyen kontemporer Muslim ini adalah pameran mewah yang menampilkan sekitar 80 gaya dan pakaian yang berbeda.
Banyak barang yang dipamerkan di sana dipinjam dari desainer Timur Tengah dan Asia.
Kaftan, jilbab dan gaun desainer penuh warna dapat dilihat di samping burkini yang kontroversial dan jilbab olahraga buatan Nike.
Keamanan diperketat karena adanya email rasis
Koordinator pameran di Jerman sudah mulai menerima email bernada kebencian dan rasis sebelum pameran dibuka pada hari Kamis (4/4/2019).
Itulah sebabnya Museum Angwandte Kunst melakukan pengecekan tas dan tubuh selama pameran berlangsung, "untuk keamanan semua pengunjung dan karyawan," kata Direktur museum Matthias Wagner K kepada kantor berita Jerman DPA.
Beberapa minggu sebelum pertunjukan, para aktivis yang menyebut diri mereka "Migrants for secularity and self-determination" menerbitkan surat terbuka di majalah feminis Jerman "Emma", di mana mereka menyatakan bahwa mereka "terkejut" oleh fakta bahwa pameran itu diselenggarakan di Frankfurt.
"Pameran ini, yang menggambarkan persyaratan busana keagamaan sebagai mode, adalah tamparan bagi aktivis hak-hak perempuan di dalam dan luar negeri," bunyi pernyataan dalam surat itu. Kelompok yang terdiri dari para pengungsi Iran itu juga mengingatkan orang-orang bahwa "setiap tahun, ribuan wanita di Iran dihukum karena melanggar aturan berpakaian ini."
Namun, meskipun penulis surat terbuka itu mengatakan bahwa "menggambarkan aturan berpakaian sebagai "fesyen yang sopan" adalah sesuatu yang sinis," istilah "fesyen yang sopan" (Inggris: modest fashion -red) tidak diciptakan untuk pameran - dan istilah itu juga tidak akan segera hilang.
Populer: #Hijabistas dan #mipsterz