Puluhan Penyandang Tunanetra Antusias Ikuti Tadarusan di Kantor Pertuni
Dalam acara tadarusan tersebut, terlihat baik pria maupun wanita, sangat antusias membaca Al Quran 1 a'in perorang.
Penulis: M.Andimaz Kahfi |
Puluhan Penyandang Tunanetra Antusias Ikuti Tadarusan di Kantor Pertuni
TRIBUN-MEDAN.com - Puluhan orang penyandang tunanetra melakukan acara tadarusan bersama di Kantor Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) di Jalan Sampul nomor 30, Kelurahan Sei Putih Barat, Kecamatan Medan Petisah, Medan, Sumatera Utara, Kamis (9/5/2019).
Dalam acara tadarusan tersebut, terlihat baik pria maupun wanita, sangat antusias membaca Al Quran 1 a'in perorang. Tak ada rasa canggung ataupun malu yang dirasakan para peserta.
Walaupun kondisinya sebagai penyandang tunanetra, tapi hal itu tidak menghambat mereka untuk semangat melantunkan tiap ayat suci yang dibacakan.
Terlihat sang guru mengaji yang juga penyandang tunanetra, dengan sabar mengajari dan mendengarkan tiap lantunan ayat suci yang dibacakan, dengan cara meraba huruf Al Quran Braille.
Salah seorang guru pengajar Al Quran di Pertuni, Yeni Heryani mengatakan bahwa untuk belajar huruf itu sebenarnya tidak lama hanya sebentar.
"Kita memberikan dulu huruf-huruf Hijaiyah nya dan mereka kita suruh menghafal bentuk-bentuknya struktur titik-titik dan kemudian meningkat ke tanda baris," kata Yeni, Kamis (9/5/2019).
Pertemukan Perempuan Muda Dengan Om-om Senang, Pengusaha Ini Didenda Rp 384 juta
Kota Medan Langganan Banjir karena Pemko Tak Becus Urus Sampah, 75 Persen Sampah Berserakan di Jalan
Berselisih Paham di Bawah Pengaruh Alkohol, Dua Pria Ini Tikam Tetangganya hingga Tewas
"Jika sudah hafal tanda baris maka akan dilanjutkan kepada tanda-tanda yang perlu disampaikan. Seperti mad panjang dan mad pendek apa. Ketika mereka sudah tahu huruf dan tanda-tanda dan dilanjutkan kepada Makhraj dan tajwid," sambungnya.
Yeni menjelaskan memang dibutuhkan waktu yang lama untuk mempelajari Al Quran Braille. Kendala biasanya pada pergerakan tangan. Karena mereka bermacam-macam ada yang lambat meraba dan ada yang cepat meraba.
Detik-detik Kapal Pesiar Meledak saat Diperbaiki hingga Pekerja Terlempar dan Tewas di Laut
Dilaporkan Orangtua Hilang, Siswi SMK Negeri 4 Batam Ditemukan Boncengan Dengan Teman Lelakinya
Pemain Bola Tewas Terkena Serangan Jantung karena Kebanyakan Minum Air Dingin setelah Bertanding

"Jadi ketika dia mendapat huruf kata pertama misalnya "Mim bertemu waw" nah "Mim disini bertemu waw tangan mereka belum sampai karena lambat meraba. Jadi harus dibaca dulu tulisannya dan dikeluarkan suaranya," urai Yeni.
Lebih lanjut, Yeni menambahkan seandainya ada penulisan Braille yang salah maka akan langsung di catat dan laporkan ke percetakan.
Politisi Gerindra M Taufik Siap Diperiksa terkait Penemuan Ribuan Formulir C1 dalam Kardus
Indonesia Pasar Smartphone Paling Subur se-Asia Tenggara, Begini Sifat Warga saat Membeli Smartphone
"Kebiasaan yang terjadi huruf timbul karena sering dibaca dan diraba hurufnya menjadi tidak jelas. Jadi Al Quran yang baru direvisi memang bagus tulisannya dan lebih jelas titik bacanya," jelas Yeni.
Ketua DPD Pertuni Sumut, Khairul Batubara mengatakan Pertuni Sumut setiap tahunnya mengadakan tadarus Al Quran Braile dikalangan tunanetra.
"Kita dibagi dalam empat kelompok, ada di tingkat permula, maher, pemantapan dan tingkat yang sudah bisa membaca Satu Juz satu hari (One Day One Juz)," kata Khairul.
"Untuk bisa mahir membaca Al Quran Braile dibutuhkan waktu 2 tahun. Tahapan belajar dia sama dengan orang mata sehat, cuma bedanya dia meraba. Jadi mesti diraba satu-satu titiknya. Kalau tingkat dasar permula maka dibutuhkan waktu sekitar 6 bulan untuk belajar," sambungnya.