VIDEO: Ucok Majestik Jadi Pejuang Pembangun Masjid
Pada Senin (2/3/2015) sore Yan Paruhum Lubis (81) terlihat masih segar, diusianya yang sudah tua ingatannya masih kuat. Itu terbukti,
Laporan Wartawan Tribun Medan / Tarmizi Khusairi
TRIBUN-MEDAN.com,MEDAN - Pada Senin (2/3/2015) sore Yan Paruhum Lubis (81) terlihat masih segar, diusianya yang sudah tua ingatannya masih kuat. Itu terbukti, dengan ingatannya sewaktu ia masih muda. Mantan preman besar Kota Medan ini, bercerita dahulu ia menguasai bioskop-bioskop di Kota Medan.
"Sebenarnya aku enggak suka dengan kata 'preman', karena kata itu disematkan PKI kepadaku dalam karikatur. Gara-gara itu kubakar percetakannya di Jalan Kumango," ucap Ucok Majestik saat ditemui di rumahnya, Jalan Melati Raya, Perumnas Helvetia.
Nama Ucok Majestik ia dapat karena Bioskop Majestik merupakan bioskop yang pertama dia 'kuasai' pada 1950-an. Setelah Bioskop Majestik, dia pun memperluas daerah kekuasaannya dengan menguasai bioskop-bioskop lain di Kota Medan.
Bahkan, seorang legenda lainnya, mendiang Olo Panggabean, saat itu menjadi anak buahnya. "Dia pernah datang memberi sertifikat rumah di Pondok Surya, katanya dia teringat jasa-jasaku membesarkan mereka di Majestik, tapi kutolaklah," ucapnya.
Ucok Majestik juga terkenal sebagai sesepuh Pemuda Pancasila (PP). Ia turut mendirikan organisasi kepemudaan di Sumatera Utara."Dulu pernah kami di panggil ke Jakarta untuk bentuk PP di Sumatera Utara," katanya.
Pada tahun 1970-an, Ucok meninggalkan "dunia hitam" dia mendapatkan hidayah."Aku kecil-kecil dahulu bukan orang jahat, anak pengajian aku. Guruku KH Abdul Rauf dan Syech Nawawi. Karena mengaji itu, aku teringat dahulu aku mengaji dan aku tobat. Begitula kalau kita mengaji, saat kita jahat ada kalanya, kita kembali ke jalan-Nya," katanya.
Meski ia tobat, ada saja orang yang menawarkan ia kembali ke jalan yang dilarang Allah. Ia ditawari menjadi beking dan mengelola judi. Ia pun ditawari uang Rp 1 juta perhari, kala itu di tahun 1970-an, uang Rp 1 juta sudah sangat besar.
"Kawan-kawan bilang aku bodoh menolak tawaran itu. Aku bilang ke mereka, 'Kalau Bung mau, Bung saja yang ambil! Jumpai saja mereka (para cukong judi). Kalau dipercaya, silakan'," kisahnya.
Pertobatan ia pun di rasakan oleh masyarakat sekitar. Pada tahun 2004 ia memimpin pembangunan Mesjid Raya Al Falah di Jalan Cendana. Perjuangan pembangunan Mesjid tidak mulus, ia pun mendapatkan masalah, dia diperkarakan pihak developer yang merasa lahannya diserobot untuk pembangunan masjid. Ia hampir di tahan di Kantor Polisi. Namun dukungan penuh Wali Kota, membuat ia semangat berjuang membangun mesjid.
"Karena saya sungguh-sungguh dan memperjuangkan yang baik, Allah pun membantu. Tapi kalau setengah-setengah waktu itu, mungkin Mesjid itu tidak berdiri seperti sekarang. Saya perjuangkan karena masyarakat sulit untuk solat, mesjid jauh dari tempat mereka," ujarnya.
Di akhir wawancara ia berpesan, jika ingin tetap sehat, jangan iri, gosip dan buat dosa.
(cr4/tribun-medan.com)