Panglima TNI Merasa Kewenangannya Dikebiri imbas Tak Dilibatkan dalam Rencana Anggaran Alutsista
Panglima TNI merasa kewenangannya menjadi orang nomor satu di TNI dikebiri terutama soal alat utama sistem pertahanan senjata.
Tim yang dipimpin oleh Irjen TNI AU ini berjumlah sekitar 10-12 orang.
"Independen dari AU. Dipimpin Irjen TNI AU. Kurang lebih 10 sampai 12 orang. Efektifnya baru kerja tiga hari," ujar Hadi.
"Investigasi sampai sejauh mana proses perencanaan, pengadaan sampai pesawat sudah ada di Indonesia. Saat ini sedang kita laksanakan pendalaman dipimpin Irjen AU terkait masalah administrasi," tambah Hadi.
Dualisme
Anggota Komisi I DPR RI Bobby Adhityo Rizaldi menilai hubungan antara Panglima TNI Gatot Nurmantyo dengan Ryamizard Ryacudu seperti dualisme di tubuh PT Pertamina (Persero).
Dalam hal ini ada dua kepemimpinan yang memiliki kepentingan berbeda.
"Ketidakharmonisan ini mungkin seperti kejadian di BUMN Pertamina baru-baru ini," ujar Bobby.
Bobby pun menyayangkan adanya hubungan tidak baik antara Panglima TNI dengan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu. Seharusnya, kata Bobby kedua instansi bisa bekerjasama lebih baik lagi.
"Saya juga menyayangkan adanya hubungan koordinasi yang kurang baik antara Menhan dan Panglima TNI dalam soal ini," ungkap Bobby.
Bobby pun berharap Gatot dan Ryamizard bisa bekerjasama ke depannya. Karena hal itu bisa mendorong persatuan di dalam NKRI.
"Kami yakin sinergi di antara mereka akan mampu memperkuat NKRI," jelas Bobby.
Ia pun mengaku siap memperbaiki hubungan antara Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu dengan Panglima TNI Gatot Nurmantyo.
Karena setelah rapat kerja, Gatot mengeluh TNI tidak bisa melakukan pengadaan alat utama sistem pertahanan (alutsista).
"Koordinasi mengenai pembelian alutsista, bisa dijembatani lebih baik," ujar Bobby.
Bobby memaparkan, DPR sudah mempunyai panja alutsista yang membahas mengenai semua pengadaan. Melalui Panja tersebut, Bobby yakin rencana pembelian alutsista MEF II bisa dibahas antara Gatot dan Ryamizard.