Gempa Bumi
Saking Seringnya Gempa 'Hantam' Sumut, 10 Ahli Geologi Jepang Turun Tangan
Kedatangan ahli geologi asal Jepang ini cukup membantu tim pemantau gempa bumi di Sumatera Utara. Ada apa di balik gempa Sumut?
Gempa terkuat terjadi pada 16 Februari 2017 lalu sekitar pukul 19:42:12 WIB dengan Magnitudo 5,6 Skala Richter (SR).
Sedangkan gempa terkuat kedua terjadi pada 14 Februari 2017 pukul 03:30 WIB dengan Magnitudo 5,2 SR. Gempa ini dirasakan warga di daerah lainnya, seperti sejumlah warga Kota Medan.
Menurut Syahnan, aktivitas atau pergerakan di sekitar sesar tersebut juga pernah terjadi sebelumya. Berdasarkan karakternya, kata Syahnan, gempa seperti saat ini cenderung terjadi dengan durasi yang tidak singkat
"Untuk gempa-gempa seperti ini biasanya agak lama. Karena memang di sana banyak segmen atau sesar-sesar yang berdekatan. Tidak terlalu luas tapi itu bergerak aktif," kata Syahnan.
Syahnan memastikan tidak ada kaitan antara peningkatan intensitas gempa tektonik dengan aktivitas vulkanik Gunung Sinabung.
Meski demikian, ia belum dapat memastikan pengaruh gempa tektonik di kawasan Kabupaten Karo dan Kabupaten Deliserdang terhadap kondisi Danau Toba.
Yang jelas, katanya, Danau Toba berada di atas sebuah lempengan atau sesar.
Syahnan menambahkan, terdapat 12 sensor gempa tektonik yang kini dioperasikan sebagai pemantau titik gempa. Sensor-sensor itu diletakkan di sejumlah daerah, di antaranya Tuntungan, Kutacane dan Parapat.
Selain sensor BBMKG, terdapat sekitar delapan unit sensor lainnya yang juga dapat dimanfaatkan memantau gempa, yakni milik Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG).
"Kami belum dapat memprediksi kapan berakhir gempa-gempa seperti ini, tapi biasanya perlahan akan semakin menurun. Jadi kami harap masyarakat tetap berhati-hati dan waspada dengan gempa-gempa kecil seperti ini," imbau Syahnan.
Retno Agung salah satu Prakirawan mengatakan, pihaknya sudah melakukan pemantauan pada 17 dan 18 Januari kemarin.
"Dari hasil pemantauan kami, gempa pada 16 Januari kemarin itu akibat patahan lokal dengan arah Utara dan Selatan. Untuk memastikannya, kami melakukan survei di lokasi titik gempa," kata Retno.
Ia menyebut, gempa 16 Januari itu termasuk grown failure. Artinya, terdapat patahan tanah yang menyebabkan robohnya bangunan.
"Arah robohnya bangunan itu ke Utara dan Selatan. Kami melakukan pemantauan di Desa Kebayaken dan Durin Pitu, Tanah Karo," ungkap Retno.
Gempa pada 14 Februari kemarin, lanjut Retno, termasuk dalam kategori normal obligh. Sebab, banyak struktur patahan yang menyebabkan retakan di sejumlah kawasan.(cr5/ray)