Kisah Soeharto yang Jarang Diketahui Orang, dari Ultimatum Bu Tien hingga Memeluk Pria
Mien membatin, "Seandainya orang-orang yang dulu diberi pesan oleh Ibu Tien mendengarnya."
TRIBUN-MEDAN.com, JAKARTA -- Dalam sebuah upacara Golkartahun 1996, Ny. Mien Sugandhi yang waktu itu menjabat sebagai Menteri Negara Urusan Peranan Wanita duduk berdampingan dengan Ny. Tien Soeharto.
Tiba-tiba Ibu Tien berkata, "Tolong katakan kepada ... (ia menyebut salah seorang petinggi Golkar), agar Pak Harto jangan menjadi presiden lagi. Sudah cukup, sudah cukup. Beliau sudah tua."
"Lo, kalau begitu siapa yang mumpuni untuk menggantikan beliau?" Mien Sugandhi terkejut dan bertanya.
Baca: Begini Nasib Komika Ernest Prakarsa setelah Sebut Ustaz Zakir Naik Danai ISIS
Baca: 160 Istri di Desa Ini Ajukan Cerai Bersamaan, Alasannya Mengejutkan
Baca: Astaga, Hanya Bermodal Uang Rp 2000, Pria Ini Sodomi 17 Bocah TK dan SD
Baca: Janda Cantik Diperdaya Pria Kenal di FB Ajak Hubungan Intim, Ngaku Kerja di Kapal Pesiar
Baca: Siswa SMP Bogor Mencari Tuhan ternyata di Brastagi, Kirim Pesan Protes Disebut Hilang
"Biarlah itu diserahkan dan ditentukan oleh Pemilu saja. Aku sudah tidak mau lagi. Aku mau pergi, aku lungo (pergi). Pokoke aku lungo," kata Ny. Tien.
Mien Sugandhi menyampaikan pesan itu kepada orang yang dimaksud, tetapi orang itu tak percaya.
April 1996 Ny Tien benar-benar pergi untuk selama-lamanya. Maret 1998 Pak Harto tetap dipilih menjadi presiden.
Perubahan memaksa Soeharto berhenti. Mien membatin, "Seandainya orang-orang yang dulu diberi pesan oleh Ibu Tien mendengarnya."
Baca: Tumbuhan Liar Putri Malu Sering Diabaikan, Ternyata Punya Khasiat yang Gak Diduga Lho
Baca: Sadis, Polisi Temukan 19 Janin Bayi di Gorong-gorong, Mereka Dibunuh karena Alasan Ini
Baca: BREAKING NEWS: Langkah Kaki 3 Calon Penumpang Garuda Ini Aneh, setelah Digeledah . . .
Baca: Mobil Dinas Wakil Ketua DPRD Goyang-goyang di Pelabuhan, Warga: Kaya Main Kuda-kuda

Baca: Jet Li dan Jacky Chan Disebut-sebut Bakal Bintangi Film Kolosal Sulsel
Baca: Pria Ini Posting Chat Rekayasa Kapolri dan Kapolda Jabar, Sebut Naga Mega dan 9 Naga
Baca: Inilah ‘Kesalahan’ KPU DKI yang Tak Mau Dimaafkan Ahok
Baca: Ahok Datang, Acara Maulid Nabi di Asrama Aceh Foba Bubar
Tak selamanya Ny. Tien serius.
Brigjen Eddie M. Nalapraya, mantan wagub DKI, bercerita tentang pengalamannya sewaktu mendampingi Pak Harto memancing di Pelabuhan Ratu. Ketika mobil hendak berangkat, sang nyonya mengetuk kaca persis di posisi Eddie duduk.
"Siap! Saya Bu," kata Eddie setelah kaca diturunkan.
"Jangan memancing ikan yang rambutnya panjang ya!" pesan Ny. Tien.
Hubungan Eddie dan keluarga Soeharto terbilang dekat. Anak-anakSoeharto mudah merajuk kepadanya untuk memintakan izin bepergian kepada ayahnya.
Baca: Lihat Foto Ini, Banyak yang Berharap Tania dan Tommy Kurniawan Tak Berpisah

Ketika Eddie melaporkan kenaikan pangkatnya, Ny. Tien Soehartolangsung mengambil sapu tangan dan mengelap bintang di pundak Eddie.
"Sungguh, saya terharu. Tidak ada pengawal lain yang diperlakukan seperti itu."
Lain kisah bersumber dari Des Alwi, tokoh pergerakan asal Bandaneira, Maluku. Des mengenal Soeharto ketika ditugasi oleh ayah angkatnya, Sutan Syahrir, untuk melakukan konsolidasi dengan sesama pemuda perjuangan setelah Indonesia merdeka.
Tahun 1949, saat di Yogyakarta, ia sering berdiskusi dengan para pemuda yang bermarkas di Pathuk. Di situlah ia mengenalSoeharto.
"Soeharto cukup akrab dengan pemuda setempat, Faisal Abdaoe, yang kala itu berusia 15 tahun. Saya mendengar suatu saat Soeharto mengajak Faisal naik mobil dan memarkirnya untuk mengamati gerak-gerik tentara Jepang di markas mereka di Malioboro.
Baca: Truk Pembawa Puluhan Motor Honda CBR Terguling Menutup Jalan Tol

Baca: China Marah Terhadap Korea Utara, Singgung Ancaman Perang Nuklir
Baca: Sakit dan Jarang Manggung, Bagaimana Cara Julia Perez Mencari Rezeki?

Tiba-tiba mendekat tentara Jepang yang mencurigai mereka. Segera Soeharto melilitkan kain scarf yang dibawanya, lantas memeluknya seperti orang pacaran.
"Ha, ona aremaska (Hah, ada perempuan ya)?!' teriak serdadu itu sambil berlalu dari tempat itu," cerita Des Alwi.
Soal bahasa, Maftuh Basyuni menceritakan bahwa Pak Harto memiliki kemampuan bahasa Inggris yang bagus.
"Jangan salah. Memang kalau di PBB berbahasa Indonesia demi kebanggaan bangsa." Hal yang sama dikatakan oleh Amoroso Katamsi saat mengikuti aktivitas Pesiden Soeharto untuk melakukan pengamatan sebelum memerankan tokoh itu dalam Pengkhianatan G30S/PKI (Arifin C. Noer, 1984).
Baca: Kisah Ahok yang Tiba-tiba Datangi Wanita Berkerudung Merah Muda lalu Minta Maaf
Baca: Terpesona Keindahan Pulau Dewata, Rombongan Raja Salman Tambah 3 Hari Liburannya
Baca: Geregetan Tak Tahan Lihat Wajah Tampan Murid di Kelas, Guru Kirim Pesan Rahasia, Ternyata Isinya
Baca: 4 Posisi Seks Ini Dijamin Membuat Wanita Anda Klepek-Klepek, Mau Coba Malam Ini?
"Saat menjelaskan soal peternakan sapi di Tapos kepada tamu-tamu dari Australia, ternyata Pak harto berbicara sangat lancar dalam bahasa Inggris," kata Laksamana Pertama TNI ini.
Pak harto pun rajin mencatat. Setiap kunjungan ke daerah ia melengkapi diri dengan buku catatan. Seperti yang diceritakan Try Sutrisno saat melakukan kunjungan incognito selama dua pekan ke Jawa Tengah dan Jawa Timur.
"Tak banyak yang tahu. Bahkan Panglima ABRI pun tidak. Hanya Komandan Paspampres, Komandan Pengawal, dr. Mardjono, dan seorang mekanik."
Baca: Teganya, Pegawai Honorer Ini Sebar Foto Bugil Mantan Pacar yang Masih SMA di Facebook
Baca: Bukan Porno tapi Penduduk Desa ini Memang Selalu Telanjang, Alasannya Unik
Rombongan tidak menginap di rumah kepala desa atau rumah penduduk. Namun tidur seadanya dan tidak ingin diketahui orang.
"Sangat prihatin tapi saya melihat Pak harto sangat menikmati perjalanan keluar masuk desa itu," cerita Try. Seluruh hasil kunjungan dicatat di buku yang selalu dibawa Pak Harto.
Masih banyak kisah-kisah menarik dan humanis dalam buku setebal 603 halaman dari tuturan 113 narasumber ini. (Agus Surono)