Baca Edisi Cetak Tribun Medan

Arlan nan Mengibakan, Lumpuh Tiga Tahun setelah Kejang Demam Hanya Bisa Berbaring Sepanjang Hari

"Jadi sepanjang hari cuma bisa tiduran. Sesekali dia saya pangku. Sesekali dibawa ke luar, ke halaman, biar kena matahari,"

Tribun Medan / Arjuna
Yuli menunjukkan kondisi fisik putranya, Arlan, yang menurutnya, kian hari memburuk seperti ketika ditemui Tribun di Rumah kontrakannya, Jalan Pintu Air IV, Gang Bersama, Medan, Sabtu (11/3/2017). (Tribun Medan/Arjuna Bakkara) 

"Panasnya bisa sampai empat puluh derajat. Sempat beberapa kali step. Yang terakhir kami bawa ke rumah sakit. Tapi kondisinya makin parah. Setelah step yang terakhir anak kami ini nggak bisa berjalan lagi," kata Yuli pada Tribun-Medan.com di kediamannya di Jl Pintu Air IV, Gang Bersama Ujung, Kecamatan Medan Johor, Kelurahan Kwala Bekala, Medan, akhir pekan lalu.

Kondisi ekonomi keluarga Arlan yang tidak dapat dikatakan sejahtera, membuat upaya pengobatannya terkendala.

Ayah Arlan, Saridon Boangmanalu (46) yang berprofesi penjual es, mencoba membawa anaknya ke tempat-tempat pengobatan alternatif.

Hasilnya tidak menggembirakan. Bukannya membaik, kesehatan Arlan justru terus memburuk. Kelumpuhannya menjadi. Kedua kaki yang tadinya masih berukuran normal, pelan-pelan mengecil.

"Kami kemudian urus BPJS dan bawa anak saya ini ke rumah sakit. Tapi ternyata pihak rumah sakit tidak menanggapi," ucap Saridon.

Dipaparnya, saat itu Arlan menderita sakit diare. Berulang-ulang buang air besar sehingga kondisi tubuhnya yang sudah buruk jadi semakin lemah. Saridon lalu membawanya ke RSU MS di kawasan seputaran Asrama Haji Medan.

Penyakit diare Arlan diobati menggunakan fasilitas BPJS. Dalam kesempatan itu, Saridon Boangmanalu berkonsultasi dengan dokter yang menangani Arlan, bertanya apakah kelumpuhan anaknya dapat diobati.

"Dokter itu bilang yang menangani harus dokter spesialis saraf. Katanya, nanti, diobati dulu penyakitnya satu-satu. Sakit perutnya dulu. Kalau sudah tidak mencret-mencret, baru diobati yang lain. Nanti diarahkan ke dokter saraf," sebutnya.

Setelah Arlan sembuh, Saridon kembali membawanya ke MS.

"Tapi tidak ada tanggapan. Ada macam-macam alasan yang saya tidak mengerti. Karena itu Arlan saya bawa pulang lagi. Terakhir kali dia berobat pada bulan November tahun lalu," ujarnya.

Saridon dan Yuli sekarang hampir pasrah.

Tidak ada lagi yang bisa mereka perbuat. Sementara dari hari ke hari berat badan Arlan terus turun. Sekarang tinggal 12 kg.

Sendi-sendinya semakin kaku. Sudah tidak bisa lagi dibengkokkan.

"Jadi sepanjang hari cuma bisa tiduran. Sesekali dia saya pangku. Sesekali dibawa ke luar, ke halaman, biar kena matahari," katanya.

Yuli berharap pemerintah memperhatikan nasib mereka. Rakyat kecil dan miskin seperti kami, imbuhnya, supaya tidak selalu diketepikan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved