Baca Edisi Cetak Tribun Medan
Pangkostrad Tak Gentar Ancaman Teroris, Yakin Polisi Bisa Beri Perlindungan
Syawaludin Pakpahan dan kelompoknya mengincar tiga markas polisi dan tiga markas tentara sebagai sasaran aksi teror.
TANJUNGMORAWA, TRIBUN-Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pangkostrad) Letnan Jenderal (Letjen) Edy Rahmayadi tak gentar menghadapi teroris, yang mengincar markas tentara sebagai sasaran aksi teror, termasuk Markas Kodam Bukit Barisan di Kota Medan.
Sebelumnya, berdasar hasil pemeriksaan sementara, tersangka teroris, yang menyerang Mapolda Sumut di Medan, Syawaludin Pakpahan (43) dan kelompoknya mengincar tiga markas polisi dan tiga markas tentara sebagai sasaran aksi teror.
Tujuan mereka adalah merebut senjata yang ada di markas-markas tersebut. Detail lokasi yang diincar Syawaluddin Pakpahan (SP) dan kelompoknya tersebut diungkapkan Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Penmas) Polri Brigjen Rikwanto.
Fakta tersebut berdasarkan hasil pemeriksaan sementara terhadap SP dan dua anggota kelompoknya, yakni Firmansyah Putra Yudi (FPY), dan Hendri Pratama (HP) alias Boboy.
Lokasi-lokasi yang disurvei SP dan kelompoknya, seluruhnya berada di Kota Medan dan sekitarnya. Rinciannya adalah Markas Polda Sumatera Utara, Markas Komando Brimob Polda Sumut, Markas Polsek Tanjungmorawa, Markas Kodam Bukit Barisan, Markas Yon Zipur, dan Kompleks Asia Megamas Medan.
Menyikapi hal tersebut, Pangkostrad mengatakan, anggotanya selalu siap untuk menghadapi kemungkinan teror.
"Kita akan selalu siap menghadapinya. Tidak ada ceritanya negara kalah sama teror," ujarnya ketika diwawancarai di sela-sela kehadirannya pada pelantikan DPD VOX Point Sumut-Indonesia di Resto Budaya, Jalan Tanjungmorawa Km 12,5, Deliserdang, Sabtu (1/7).
Namun, ia selalu percaya pada kinerja polisi memberi perlindungan kepada masyarakat. "Polisi pasti bisa," ujarnya.
Sementara itu, Bhiksu Nyana Pratama dari Sangha Agung Indonesia, mengatakan, baik penduduk Tionghoa maupun non-Tinghoa di Kompleks Asia Megamas harus tetap waspada. Ia berharap, semua suku menyebar cinta kasih terhadap sesama. Upaya tersebut, katanya, dapat menperkecil gerakan radikalisme.
"Mudah-mudahan dengan demikian, reaksi yang akan mereka lakukan dapat terhenti," ujarnya.
Anggota DPRD Medan Hasyim, yang daerah pemilihannya turut menjadi target sasaran aksi teror, yaitu Kompleks Asia Megamas, berharap masyarakat berperan dalam pencegahan aksi teror.
"Selalu waspada bila ada orang asing di lingkungan tempat tinggal masing-masing," kata Hasyim, melalui sambungan telepon, seluler, kemarin. Ia berharap, pemerintah daerah harus cepat tanggap dalam memandang ancaman tersebut, dengan cara aktif memonitor lingkungan dan meningkatkan peran lurah, camat hingga SKPD demi mengantisipasi aksi teror.
Jalin komunikasi dan tingkatkan kerja sama dengan polisi dan TNI dalam menjaga keamanan dari prilaku orang tidak bertanggung jawab.
"Tingkatkan patroli dan razia, sehingga dapat meminimalisir tindakan teror yang meresahkan masyarakat," katanya.
Sedangkan tokoh masyarakat Asia Megamas Mardiyah Siregar awalnya terkejut dapat informasi tempat tinggal menjadi salah satu sasaran rencana aksi teror. Ia pun berharap ada peran aktif aparatur menjaga keamanan, sehingga gerak-gerik pelaku teror terbatas dan mudah terawasi.
"Tentunya kehadiran polisi sangat diperlukan, supaya masyarakat merasa aman. Bila perlu tingkatkan razia secara besar-besar," katanya.
Sedangkan Uskup Agung Medan Mgr Anicetus Bongsu Antonius Sinaga OFM Cap menganjurkan, warga Katolik tidak perlu takut terkait aksi teror. Namun, ia meminta warga waspadai segala kemungkinan yang bisa terjadi.
Ia menambahkan, agar umat juga slelau mengantisipasi apapun yang akan terjadi. Namun, untuk pengamanan, ia mempercayayakan kepada aparat negara.
Ia berpesan, agar umat Katolik tetap berpegang pada lima sikap dasar gereja Katolik. Pertama, setiap umat harus memedomani gereja Katolik sebagai pembawa damai. Tidak perduli apapun yang mereka perbuat, tetapi gereja Katolik harus tetap menjadi pembawa damai.
Geraja Katolik tidak boleh menjadi problem, tetapi harus menjadi bagian dari solusi. Gereja Katolik harua menganpuni semua orang berdosa.
Setiap umat harus membawa persaudaraan sejati dan tentu dengan mendukung Bhineka Tunggal Ika.
"Konsensus kebangsaan tidak bisa kita tawar. Kita harus tetap menghargai Bhineka Tunggal Ika. Katolik dan NKRI adalah harga mati," katanya.
Terapkan Buddy System
Pascapenyerangan Markas Kepolisian Daerah (Mapolda) Sumatera Utara, Minggu dini hari lalu, dan insiden penusukkan dua anggota Brimob tak jauh dari Mabes Polri seusai Salat Isya, Jumat (30/6) malam, membuat aparat kepolisian juga meningkatkan kewaspadaan.
Kepala Bidang (Kabid) Humas Polda Sumut Kombes Pol Rina Sari Ginting mengatakan, ketika melaksanakan tugas, setiap personel harus menerapkan buddy system.
"Saat bertugas tidak sendiri-sendiri, minimal dua orang. Setiap anggota yang bertugas diawasi anggota yang tidak berpakaian dinas," kata Rina melalui pesan Whatapps, Sabtu (1/7).
Selain itu, pengamanan seluruh markas kepolisian mulai dari Polda Sumut, polres sejajaran, polsek pos polisi juga tetap ditingkatkan.
"Jangan pernah lengah, tetap waspada," tegasnya. (cr1/cr8)