Breaking News

Edisi Cetak Tribun Medan

Gara-gara Serangan Teror, Polisi Larang Jamaah Bawa Tas dan Bungkusan ke Dalam Masjid

Polda Sumut mengambil kebijakan menempatkan personel polisi bersenjata lengkap mengawasi Masjid Al Hidayah Mapolda Sumut.

Tribun Medan / Mustaqim
Seorang personel Sabhara bersenjata lengkap menjaga Masjid Al Hidayah ketika berlangsung Salat Zuhur berjamaah, Rabu (5/7/2017). (Tribun Medan / Mustaqim) 

TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Polda Sumatera Utara (Sumut) meningkatkan pengawasan pascapenyerangan Mapolda Sumut akhir Juni lalu, dan penikaman terhadap dua personel polisi usai Salat Isya berjemaah di Masjid Masjid Falatehan Blok M, Jakarta, Jumat lalu.

Polda Sumut mengambil kebijakan menempatkan personel polisi bersenjata lengkap mengawasi Masjid Al Hidayah Mapolda Sumut.

Tujuannya untuk menimbulkan rasa aman. Sebab, yang ibadah di masjid tersebut bukan hanya personel polisi, tapi juga warga sekitar Mapolda, dan masyarakat yang datang untuk keperluan tertentu.

"Itu dilakukan sejak terjadi penyerangan di Mapolda Sumut. Dan, semakin ditingkatkan ketika terjadi penusukan terhadap personel polisi usai Salat Isya di Jakarta," kata Kasubbid Penerangan Masyarakat (Penmas) Polda Sumut, AKBP MP Nainggolan, Rabu (5/7) malam.

Baca: Tembak Mati Terduga Teroris, Tiga Polisi Ini Naik Pangkat

Baca: Ini Pertimbangan Kapolda Naikkan Pangkat Polisi yang Tembak Mati Teroris

Ia memastikan, penempatan anggota bersenjata di seputaran Masjid Al Hidayah dan pelarangan membawa tas serta bungkusan ke dalam masjid demi memberi rasa aman ketika masyarakat beribadah.

"Itu demi kepentingan bersama. Apalagi, yang salat di sana kan ada warga sekitar Mapolda. Dan, masyarakat yang datang setiap hari juga berbeda. Jadi, itu untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Jangan sampai kecolongan," katanya.

Memaklumi
Dua hari terakhir, ada pemandangan berbeda di sekitar Masjid Al Hidayah Mapolda Sumut.

Kemarin, empat personel polisi dari Brimob, dan Sabhara Polda Sumut, terlihat mondar-mandir melihat aktivitas warga, yang akan melaksanakan salat atau yang berkegiatan di sekitar masjid.

Personel yang berjaga tersebut dilengkapi senjata laras panjang dan rompi. Mereka menghampiri orang yang membawa tas atau bungkusan plastik, yang hendak masuk ke Masjid Al Hidayah, yang kebetulan membawa tas ataupun bungkusan plastik. Petugas meminta kepada mereka untuk meletakkan tas atau bungkusan palstik di luar Masjid Al Hidayah.

"Mas, tasnya nanti diletak di luar saja, ya. Biar kami yang jaga," kata seorang personel Brimob.

Ia mengaku, pengamanan tersebut dilakukan pascapenyerangan di Pos Penjagaan III Mapolda Sumut beberapa jam sebelum pelaksanaan Salat Idul Fitri, dan pascapenikaman dua personel polisi usai melaksanakan Salat Isya berjemaah di masjid, sekitar Mabes Polri, Jumat lalu.

"Ini demi keamanan kita bersama. Penjagaan ini akan terus dilakukan sampai situasai benar-benar kondusif," ungkap personel Brimob tersebut.

Walau melakukan penjagaan, bukan berarti mereka melalaikan salat. Ketika azan berkumandang menandakan telah masuk waktu Salat Zuhur, maka dua personel yang berjaga siap melaksanakan salat berjemaah. Dua personel lainnya tetap berjaga sampai salat berjemaah usai.

Setelah itu, dua personel, yang sebelumnya berjaga, bersiap untuk melaksanakan Salat Zuhur.

Seorang warga, yang Salat Zuhur berjemaah di Masjid Al Hidayah Mapolda, Romeo mengaku, awalnyabertanya-tanya terkait ketatnya pengawasan terhadap orang yang mau masuk masjid.

Namun, ia memaklumi, karena ada rentetan teror yang menimpa aparat kepolisian.

"Ya, awalnya kaget, kok sampai kayak gini kali. Tapi, kalau dipikir-pikir dampak teror yang terjadi, bisa dibilang pantas juga pengamanannya jadi ketat. Lagian tas juga mereka yang jaga," ujar pria yang berdomisili di kawasan Titi Kuning tersebut.

Pascapenyerangan Mapolda Sumut, Minggu (25/7) lalu, Polda memperketat penjagaan di setiap pintu gerbang masuk dan keluar Mapolda Sumut. Bahkan, setiap tamu dan kendaraan yang datang diperiksa petugas, yang bersiaga di pintu gerbang. Mereka kemudian bertanya kepada tamu, apa tujuan mereka menyambangi Mapolda Sumut.

Lambang ISIS Dicat
Lambang ISIS, yang beberapa tahun terakhir menempel di dinding rumah Syawaluddin Pakpahan (SP) di Jalan Pelajar Timur, Gang Kecil, Lingkungan XVIII, Kelurahan Binjai, Kecamatan Medan Denai, akhirnya dihapus, Rabu siang.

Penghapusan lambang ISIS itu dilakukan dengan cara mengecat dinding rumah pelaku penyerangan Mapolda Sumut tersebut menggunakan cat bewarna hijau. Warna tersebut sesuai dengan warna dasar rumah SP.

Kepala Lingkungan XVIII Hari Isnaini mentakan, penghapusan dilakukan setelah warga mengaku, resah dengan keberadaan lambang ISIS itu. Dan, setelah mendapat persetujuan dari keluarga SP, maka dilakukan pengecatan untuk menghilangkan lambang ISIS tersebut.

"Kalau tidak dihapus, dikhawatirkan akan mengkontaminasi masayarakat," kata Hari di halaman rumah SP.

Selain itu, masyarakat mengaku dirugikan, bila lambang ISIS tetap ada di dinding rumah SP.

Kasubbid Penmas Polda Sumut AKBP MP Nainggolan, yang turut mengawal pengecatan mengatakan, selama ini Polisi Masyarakat (Polmas) telah berulang kali mengingatkan pemilik rumah untuk mengapus lambang ISIS. Namun, tak pernah mendapat respons dari pemilik rumah.

"Setelah pengecatan ini, mudah-mudahan tidak terulang lagi paham dan kegiatan yang dapat memancing seseorang berbuat radikal dan membahayakan orang lain," kata MP Nainggolan.

Ia menambahkan, lambang ISIS di dinding rumah SP telah ada sejak 2013. Sebelumnya, sempat ada atribut serupa dan berhasil dicopot, tetapi berganti menjadi gambar di depan rumah pelaku.

"Dahulu bentuknya bendera yang dipasang dan sempat dicopot atas pemintaan Polmas di sini, tapi tekhir malah dicat dalam bentuk gambar," ungkapnya.(cr8)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved