Heboh Medsos
Konyol dan Dungu, Siswa SMA Diadu Tarung bak Gladiator, Sang Ibu Pilu Anaknya Tewas
Maria memohon kepada Presiden Joko Widodo dapat menegakkan keadilan atas kasus yang merenggut nyawa anaknya.
Korbannya adalah junior mereka yang masih duduk di kelas satu SMA.
Para junior ini, lanjut Vanansius, dipaksa diadu fisiknya dengan berduel tangan kosong oleh para seniornya.
Lawannya adalah murid dari sekolah lain yang sebelumnya juga sudah disiapkan.
"Kakak kelas ini dikoordinir sama alumni sekolah. Jegernya atau promotornya, ya alumni itu, yang mengelola kelas tiga. Mereka mencari anak-anak yang baru masuk untuk dipaksa berduel," kata Vanansius.
Ia menambahkan, tradisi "bom-boman" antar kedua sekolah itu sudah lama berlangsung dan dilakukan secara sembunyi-sembunyi.
Sebelum berduel, mereka mencari lapangan yang sepi.
Hanya komunitas mereka saja yang bisa melihat pertarungan ala gladiator itu secara langsung.
"Saya dapat informasi itu dari semua orang yang saat itu ada di lokasi kejadian, termasuk dari teman anak saya. Acara (bom-boman, red) ini emang udah lama, tapi yang sampai tewas ya baru ini, anak saya. Setelah kejadian ini, baru pada tahu ternyata ada ajang seperti itu. Pihak sekolah dan guru juga tidak tahu awalnya," ungkapnya.
Keadilan ditegakkan
Sementara itu, Maria meminta agar keadilan bisa ditegakkan.
Sebab, kata dia, meski pelaku utama yang menewaskan anaknya sudah dikeluarkan dari sekolah, namun hal itu belum dirasa cukup untuk memberikan efek jera.
Selain itu, alumni yang menjadi promotor "bom-boman" juga tidak diketahui keberadaannya.
Beberapa siswa yang ikut terlibat pun hanya dikenai sanksi skors dari pihak sekolah.
"Ada 50 orang lebih yang menonton anak saya disiksa sampai sakratul maut. Divideokan oleh siswa-siswa yang menyaksikan," tutur Maria.
Selain itu, ia bersama suami juga menolak ketika jasad Hilarius harus diautopsi.