Inspiratif

Anak Ajaib Asal Surabaya, Lulus SMA 13 Tahun, Umur 14 Tahun TOEFL 670, Kuasai 6 Bahasa Asing

Saat usianya 11 tahun, ia telah hafal di luar kepala kamus Indonesia-Inggris yang tebalnya 650 halaman.

Editor: AbdiTumanggor
Tribun-Medan.com/Istimewa
Audrey 

Sejak kecil Audrey terus dinasihati ttg sulitnya jadi minoritas. Ttg bahayanya menjadi golongan Tionghoa. Risiko bermata sipit. Berkulit kuning. Ttg risiko² pergaulan. Kekerasan. Apalagi dia seorg wanita. Begitu protektif si ibu sampai² saat ada tukang di rumahnya, Audrey tidak boleh keluar kamar.

Begitu ketatnya aturan yg hrs dijalani seorg anak kecil bermata sipit membuat Audrey memberontak. Diam² Dia ­pendam dlm hati. Dia berusaha menghitamkan kulitnya. Tp tiap becermin dia mengakui matanya msh sipit. Dia bertekad tidak mau berbahasa Mandarin. Dia berhenti kursus Mandarin. Bahkan, dia bertekad tidak akan mau menikah dgn pemuda Tionghoa.

Dia tidak percaya soal perbedaan ras tidak bisa diatasi. Dia percaya pada Pancasila. Yg ajarannya mulia. Tidak membeda²kan warga negara. Dia tahu dlm kenyataan bhw pembedaan itu ada. Justru itu hrs diperjuangkan. Agar Pancasila bisa dilaksanakan.

Dia tidak mau kaya raya. Tidak mau jadi pengusaha. Dia jg msh melihat bnyk golongan Tionghoa yg tidak melaksanakan Pancasila. Di tengah bangsa yg msh begini miskinnya. Tp dia jg kecewa bhw golongan Tionghoa msh diperlakukan tidak adil & beradab oleh golongan lainnya. Dia kecewa dlm hal ini Pancasila baru di bibir saja.

Mengapa saat berumur empat thn Audrey sudah mempertanyakan arti kehidupan dan kemana perginya rasa bahagia?

Hari itu Audrey mendadak diajak ke Tulungagung. Kakeknya meninggal. Kakek yg dia sayangi. Kakek yg periang & penyayang. Sepanjang perjalanan dari Surabaya ke Tulungagung, dia mendengar pembicaraan org tuanya. Terutama ttg penyebab meninggalnya. Yakni, meninggal krn sedih. Ditinggal mati istrinya. Sang istri meninggal stlh menderita lama: korban tabrak lari.

Audrey kecil sgt sayang oma & opanya. Audrey memanggilnya Ama & Akong. Pagi itu jam 4 pagi, Ama bersepeda sehat ke arah alun² Tulungagung. Sebuah mbl menabraknya. Tidak pernah diketahui siapa penabraknya.

Dari situlah Audrey terus berpikir. Mengapa org yg begitu menyenangkan hrs meninggal. Bahagia itu ternyata bisa datang & pergi. Bnyk sekali yg dia renungkan. Padahal, kalau ada org dewasa bicara, Audrey itu hanya diam. Begitulah kata ibunya. Kami-kami ini tidak tahu bhw dlm diamnya itu ternyata dia terus berpikir. Padahal, org mengira dia diam krn tidak peduli dgn pembicaraan org dewasa.

Kata Audrey, umur itu ternyata pendek. Sejak saat itu, Audrey bertekad utk mengisi umur yg pendek itu dgn sebanyak mgkn arti kehidupan. Audrey jadi anak genius. Audrey bukan tidak bisa berubah.

Dia terkejut saat ke dokter gigi. Org tuanya membawa Audrey ke dokter gigi di Singapura. Di sana dia mendapat kesan betapa org² Singapura sangat bangga akan negaranya. Padahal, dia melihat org² itu memiliki nama China. Kesimpulannya: utk bangga pd negara, utk membela negara, ternyata tidak hrs dgn cara mengubah identitas. Dgn nama tetap China, dgn kulit tetap kuning, dgn mata tetap sipit, ternyata org² itu begitu fanatik pd ke-Singapura-annya. Pd negaranya.

Audrey mulai mau bljr lg bhs Mandarin. Dgn cepat. Bahasa apa pun bisa dia kuasai dgn mudah. Bahkan, Audrey sudah menerbitkan bbrp buku pelajaran bhs Mandarin utk anak Indonesia. Audrey jg mulai ingin punya nama Tionghoa.

Dia ke pengadilan. Mengubah namanya. Menjadi: Audrey Yu Jia Hui. Dia ingin membuktikan bhw utk cinta negara tidak hrs mengubah atau menyembunyikan identitas suku atau rasnya. Spt di Singapura. Dan sebetulnya jg di Amerika.

Hanya, dia tetap msh membujang. Umurnya sudah 30 thn saat ini. Mengajar bhs Inggris utk level tertinggi di Shanghai. Sambil terus menyusun konsep penerapan Pancasila yg baik. Saya sudah dikirimi draft konsep pemasyarakatan Pancasila mnrt dia. Saya sudah membaca dan ikut merenungkannya.

Ibunya jg sudah mulai berubah. Audrey sudah bisa pulang thn dpn dgn suasana baru.

''Saya baru tahu dari bukunya kalau perasaannya kpd saya spt itu,'' kata sang ibu kpd saya. ''Saya menyesal,'' tambahnya. ''Saya sudah berubah. Saya mau berubah,'' kata sang ibu.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved