Kisah Playboy Ganteng Membobol Bank Islam Dubai Rp 3,2 Triliun dengan Ilmu Hitam

"Dia lantas menyerahkan uang kepada Sissoko—uang dari bank—dan dia mengharapkan jumlahnya berlipat ganda," tambah Fine.

Editor: Tariden Turnip
Bank Islam Dubai yang dibobol playboy Foutanga Babani Sissoko Rp 3,2 triliun 

"Pemilik bank diterpa masalah besar. Apalagi kerugian bank tidak ditanggung pihak asuransi. Bank itu terselamatkan karena pemerintah campur tangan untuk membantu. Tapi mereka menyerahkan ekuitas di bank agar penyelamatan bisa terjadi," papar Fine.

Lalu, di manakah Foutanga Babani Sissoko? Saat itu terjadi, dia sudah berada jauh dari Dubai.

Salah satu kecanggihan triknya adalah dia tidak perlu berada di Dubai untuk terus menerima uang.

Pada November 1995, beberapa bulan setelah menampilkan atraksi 'sihir' di hadapan Mohammed Ayoub, Sissoko berkunjung ke bank lain di New York.

"Suatu hari dia masuk begitu saja ke Citibank, tanpa membuat janji, dan bertemu dengan kasir bank. Sissoko kemudian menikahi sang kasir," tutur Alan Fine.

"Jelas beralasan untuk meyakini sang kasir yang membuat hubungan Sissoko dengan Citibank lebih nyaman. Dia kemudian membuka rekening dan, seingat saya, melalui rekening itu ada lebih dari US$100 juta dikirim ke Amerika Serikat," lanjutnya.

Faktanya, berdasarkan dokumen kasus perselisihan antara Bank Islam Dubai dan Citibank, lebih dari US$151 juta "didebit oleh Citibank dari rekening Bank Islam Dubai tanpa melewati otorisasi sepatutnya". Kasus itu belakangan digugurkan.

Sissoko memberikan istri barunya lebih dari US$500.000 sebagai tanda terima kasih atas bantuannya menjembatani hubungan dengan Citibank.

"Saya tidak tahu keabsahan pernikahannya, tapi dia (Sissoko) menyebut dia sebagai istrinya dan perempuan itu yakin berstatus istrinya," kata Fine.

"Perempuan itu paham bahwa ada banyak istri lainnya. Ada yang dari Afrika, dari Miami, dari New York."

Foutanga Babani Sissoko

Foutanga Babani Sissoko/ Miami Herald

Seiring dengan mengucurnya dana dari bank, Sissoko dapat mewujudkan keinginannya mendirikan maskapai penerbangan di Afrika Barat. Dia membeli pesawat bekas jenis Hawker-Siddeley 125 dan sepasang Boeing 727 usang. Dengan demikian, lahirlah maskapai Air Dabia—nama kampung halaman Sissoko di Mali.

Namun, pada Juli 1996, Sissoko membuat kesalahan serius dengan mencoba membeli dua helikopter Huey dari era Perang Vietnam. Tidak jelas mengapa dia ingin memilikinya.

"Penjelasan dia adalah dia ingin helikopter itu berfungsi sebagai ambulans udara. Namun, dua helikopter ini sangat besar, bukanlah jenis helikopter yang lalu-lalang di atap rumah sakit di Amerika Serikat," kata Fine.

Lantaran helikopter yang diinginkan Sissoko bisa dipakai untuk keperluan militer, moda transportasi itu perlu ijin ekspor khusus. Anak buah Sissoko mencoba mempercepat proses tersebut dengan menawarkan uang suap sebesar US$30.000 kepada petugas bea cukai.

Sumber: bbc
Halaman 2/4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved