Viral Medsos
Masih Ingat Polisi si Anak Pemecah Batu yang Cium Kaki Ayahnya? Begini Kondisinya di Kampung
Asrul tak bisa berharap banyak kepada orangtua karena ayahnya hanyalah seorang pemecah batu.
"Sering dulu makan nasi berkutu. Kata Ibu, 'sabar ya Nak, makan apa adanya'," kata Hasrul lalu meneteskan air mata.

Doa orangtua
Di balik itu, dia ingat besarnya restu yang diberikan oleh kedua orangtuanya untuk dia mendaftar sebagai calon polisi. Ayahnya pasrah dan memberi restu asalkan Asrul memiliki tekad kuat dan semangat untuk menjadi abdi negara.
"Kedua orangtuaku dan keluargaku yang lain terus berdoa. Bahkan, ibuku mengiriku doa Alfatihah sebanyak 1.000 kali saat mendaftar. Pesannya ibu, terus saja berusaha dan ada Allah yang sudah mengatur semuanya. Ditambah juga nazar ayahku, beribadah terus jika saya lulus," katanya.
Ayah Asrul, Syamsuar menambahkan, dirinya tidak mempunyai uang banyak untuk meloloskan anaknya masuk polisi jika ada suap menyuap. Dimana dirinya hanya sebagai tukang batu, bahkan terkadang tidak bekerja.
"Saya tidak punya uang, saya cuma tukang batu. Kalau tidak ada kerjaan, saya ngojek, atau memulung besi-besi tua lalu dijual. Kalau saya ngojek, biasa Rp 50.000 dan kadang hanya Rp 20.000. Jadi kalau ada bayar-bayar, saya tidak sanggup. Hanya doa saya dan istriku, Rosnah yang mengiringi anakku Asrul saat mendaftar polisi," katanya.
Setelah mendaftar dan mengikuti tahapan seleksi secaba Polri, Syamsuar pun bernazar akan lebih mempekuat ibadahnya jika anaknya lulus.
"Saya dulu shalatnya tidak lima waktu, tapi alhamdulillah sekarang tidak lagi. Karena itu nazarku jika anakku lulus, shalatku tidak bolong-bolong lagi," katanya sambil menangis di depan awak media dan Kepala SPN Batua Kombes Polisi Fajaruddin, Kamis (8/3/2018).
Kombes Fajaruddin mengaku sempat kaget didatangi dan dipeluk oleh Syamsuar sesaat setelah pelantikan anggota Polri baru 2018. Saat dipeluk, lanjutnya, Syamsuar menangis dan mengatakan sesuatu.
"Alhamdulillah, anak saya lulus padahal saya ini cuma tukang batu," katanya menirukan ucapan Syamsuar saat itu.
Di situlah, Fajaruddin baru tahu status keluarga salah satu dari lima ratusan lebih siswa Polri yang telah dilantik itu.
"Saya langsung teringat sama ayahku dulu saat dipeluk ayahnya Syamsuar. Kisahnya sama seperti saya. Ayahku dulu guru mengaji, tidak punya uang untuk menyogok-nyogok. Tapi berkat doa kedua orangtuaku, saya pun lulus perwira polisi," tuturnya.
Artikel telah tayang sebelumnya di Kompas.com dengan judul: Cerita Polisi Anak Pemecah Batu Cium Kaki Ayah, Dulu Tak Dianggap Kini Semua Datang Menyalami