Hari Raya Nyepi
Menyambut Hari Raya Nyepi, Pemangku Pura Agung Raksa Buana Harapkan Kedamaian untuk Kota Medan
Tidak hanya itu, umat Hindu juga harus menjalankan upawasa, di mana tidak beh makan dan minum selama 24 jam.
TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Umat Hindu di Indonesia akan merayakan Hari Raya Nyepi Tahun baru Caka 1940. Sebagai puncaknya, umat Hindu akan melaksanakan Catur Brata.
"Catur Brata berarti kewajiban meniadakan empat aktivitas. Amati geni, amati karya, amati lelanguan dan amati lelungan. Itu dilakukan sama 24 jam," ujar Mangku Suroto saat dijumpai seusai ibadah Pencaruan di Pura Agung Raksa Buana Medan.
Tidak hanya itu, umat Hindu juga harus menjalankan upawasa, di mana tidak beh makan dan minum selama 24 jam.
Mangku Suroto berharap pelaksanaan Catur Brata umat Hindu Kota Medan dapat melaksanakan tata brata penyucian dengan baik, sehingga bisa lahir suci kembali.
"Harapannya juga untuk mendamaikan seluruh umat Hindu di indonesia agar mencapai darmani sesanti," serunya lagi.
Baca: Ritual Mecaru, Persembahan Kepada Roh-Roh di Bawah Manusia
Hari Raya Nyepi akan jatuh pada tanggal 17 Maret, dimulai pada pukul 06.00 WIB hingga 18 Maret pukul 06.00 WIB.
Sehari sebelum perayaan Nyepi, umat Hindu Kota Medan sudah melakukan rangkaian ibadah. Di antaranya upacara Melasti, dan dilanjutkan dengan upacara Mencaru.
Hal tersebut diungkapkan oleh seorang umat Hindu Kota Medan, Komang.
"Untuk penyambutan Hari Raya Nyepi kita ada upacara Melasti dan Mencaru atau Merupuk. Upacara Melasti, yaitu upacara pembersihan rumah peribadatan. Kalau di Bali, penyucian benda sakral milik pura dan dibawa ke sumber mata air atau tirta amerta. Biasanya ke Pantai," ucapnya.
"Sedangkan untuk upacara Mencaru atau merupuk, yaitu dengan mbunyikan pelepah kelapa ke lantai, sampai mengeluarkan bunyi. Tujuannya, untuk mendendangkan energi negatif dengan suara-suara itu," ucapnya menambahkan.(*)
