Alamak
Gunting Menempel di Jasad Jamiran, Perawat Malah Tertawa saat Ditanya Pihak Keluarga
Benda seperti gunting ini ditemukan keluarga almarhum saat membuka kain pembungkus jenazah di rumah duka, Senin (1/5/2018).
"Kalau terbukti ada kesalahan prosedur, sudah diketahui siapa yang paling bertanggungjawab, maka pihak manajemen harus memberi sanksi. Ya harus dengan sanksi tegas, karena pelayanan seperti ini tidak hanya persoalan yang menunjukkan kebobrokan layanan rumah sakit, tapi ini juga telah berdampak munculnya rasa ketakutan masyarakat untuk berobat di rumah sakit pendidikan itu,"kata Abyadi.
Karena dari peristiwa ini, kata Abyadi, bahwa layanan di rumah sakit milik Pemkab Deliserdang itu menunjukkan ketidakprofesionalan.
Menurutnya, kalau ada kaitannya dengan anggaran katanya, ini menjadi tanggungjawab Pemda untuk merevisi anggaran.
"Memang kalau melihat layanan seperti ini kan kita sebagai masyakat pengguna layanan, akan ketakutan berobat ke sana. Pemda harus memberi perhatian serius soal ini. Harus lakukan kajian mendalam mengenai layanan rumah sakit ini," katanya lagi.
Direktur RSUD Deliserdang dr Hanif Fahri SpKJ mengakui ada kesalahan yang dilakukan oleh anggotanya terkait penanganan yang dilakukan terhadap pasien atas nama Jamiran warga Desa Tanjung Sari Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deliserdang, Sumatera Utara.
Pasien itu meninggal dunia karena penyakit komplikasi Selasa, (1/4/2018) sore.
Saat jenazah diantar ke rumah duka menggunakan mobil ambulance rumah sakit, keluarga pasien sempat dikejutkan dengan benda seperti gunting yang masih menempel pada bagian dadanya.
Hal ini pun kemudian membuat keluarga warga lain yang turut melayat menjadi heboh.
"Itu bukan gunting tapi penjepit pendarahan. Penjepit pembuluh darah itu terbuat dari nikel. Jika tidak dilakukan seperti itu darah bisa terus-terusan mengalir, tapi saya akui ada juga kesalahan anggota dalam hal ini," ujar dr Hanif Fahri saat dikonfirmasi Harian Tribun Medan/ Online Tribun-Medan.com Rabu, (2/5/2018).
Ia menyebut seharusnya sebelum jenazah dibawa ke rumah duka anggotanya menginformasikan tentang tindakan yang dilakukan itu dan menjelaskan apa maksud dan tujuannya.
Facebook.com/ Ronggur Raja Doli Simorangkir.
Saat itu Jariman meninggal di dalam ruang ICU setelah dirawat selama dua minggu.
"Seharusnya dijelaskan dan ikut mendampingi ke rumah duka anggota. Kalau cuma ditutup saja itu pasti akan keluar terus-terusan darahnya karena sudah sempat ditutup pakai perban tapi gak bisa. Kalau satu atau dua jam darah masih akan mengalir tapi kalau sudah empat hingga lima jam darah pastikan sudah membeku dan bisa dilepas penjepitnya. Anggota saat itu enggak ikut mendampingi karena harus tangani pasien lain di ICU," kata Hanif.
Ia menjelaskan darah yang mengalir dari dada almarhum lantaran sebelumnya ada selang yang dipasang di parunya.
Disebutkan, selain terkena penyakit diabetes, Jariman juga terkena gangguan paru dan jantung.
(dra/tribun-medan.com/FACEBOOK)