Pembunuhan Model Cantik 'Simpanan' Najib Razak Diduga Disaksikan Istri, Tubuh Korban Dibom. Ngeri!

TRIBUN-MEDAN.COM - Kesaksian yang disampaikan salah seorang pemilik media di Malaysia, Raja Petra menghubungkan kematian yang dialami oleh Altantuya Shaariibuu dilakukan karena perintah orang kuat di Malaysia.

Bahkan, Raja Petra menulis, pembunuhan itu diungkapkan, telah disaksikan oleh istri Najib Razak, Rosmah Mansor.

Selain itu, tubuh Altantuya yang tidak berdaya juga diseret sebelum dieksekusi di sebuah hutan di Shah Alam.

Raja Petra menyatakan, dia mendapat informasi yang terpercaya bahwa Datin Seri Rosmah Mansor (istri bekas Perdana Menteri Malaysia, Datuk Seri Najib Abdul Razak) adalah satu dari sejumlah orang yang hadir di TKP (Tempat Kejadian Perkara), ketika Altantuyaa Shaariibuu dibunuh pada 19 Oktober 2006.

Dia menulis bahwa istri Najib, Rosmah Mansor, dan Pejabat Kolonel Abdul Aziz Buyong, dan istrinya, Norhayati, pembantu pembantu Rosmah, hadir di TKP pembunuhan dan bahwa Abdul Aziz Buyong adalah individu yang menempatkan bahan peledak plastik C4 di tubuh Altantuya dan meledakkannya.

Baca: Dikritik Ketua MPR, Menkeu Sri Mulyani Akhirnya Jawab Makjleb Asal Dana THR dan Gaji Ke-13

Sementara itu, Dr Shaariibuu Setev, ayah Altantuyaa Shaariibuu telah meminta polisi untuk melakukan penyelidikan menyeluruh atas dugaan oleh Raja Petra yang mengatakan bahwa polisi harus melihat dengan serius fakta yang diungkap tersebut untuk memberikan mereka bukti baru dalam kasus mereka.

Dua orang yang disebutkan dalam pernyataan resmi Raja Petra pada 18 Juni 2008, Letnan Kolonel Abdul Aziz Buyong dan istrinya, Lt-Col Norhayati Hassan telah hadir di tempat pembunuhan Altantuya.

Mereka kemudian ramai-ramai menggugat Raja Petra karena tuduhan pencemaran nama baik.

Abdul Aziz menuntut permintaan maaf dari Raja Petra untuk dipublikasikan di situs web dan surat kabar tertentu, penghapusan deklarasi hukum dari blognya dan ganti rugi sebesar RM1 juta.

Sementara itu, J Chandra, kemudian menyatakan bahwa artikel berjudul 'Ayo kirim pembunuh Altantuya ke neraka' pada 25 April 2008 ditulis Raja Petra diposting tanpa persetujuan atau sepengetahuannya. 

Raja Petra dalam sebuah wawancara televisi dengan TV3, mengatakan, tuduhannya yang menghubungkan Najib Abdul Razak dan Rosmah Mansor pada pembunuhan itu mengulangi informasi yang disampaikan kepadanya oleh tokoh-tokoh oposisi.

Baca: OTT KPK: 4 Orang Terciduk di Jateng dan Jakarta,1 di Antaranya Bupati

Dia tampaknya telah menyatakan bahwa dia tidak benar-benar percaya bahwa Rosmah berada di lokasi pembunuhan.

Meski demikian, wawancara yang diduga dilakukan di bawah tekanan itu tidak bisa dipercayai di antaranya memicu reaksi Gerakan Kebebasan Sipil Malaysia yang menyatakan bahwa wawancara itu telah banyak diedit dan disensor demi mendukung Perdana Menteri Najib Abdul Razak tepat pada waktu untuk pemilihan negara bagian Sarawak.

Sedangkan Raja Petra juga membantah bahwa dia tidak percaya Rosmah berada di tempat kejadian.

Dia mengatakan bahwa wawancara itu diedit sedemikian rupa.

Dia juga kemudian mengklarifikasi dan menunjukkan bahwa dia selalu konsisten dalam kaitannya dengan pernyataan sebelumnya, yang mengatakan bahwa dia tidak pernah secara langsung menuduh Rosmah berada di lokasi pembunuhan.

Melainkan hal itu adalah hanya mengulangi informasi yang dikatakan kepadanya.

Deklarasi hukum kedua diajukan pada tanggal 1 Juli 2008 oleh penyelidik swasta Abdul Razak Baginda, P Balasubramaniam, yang mengungkapkan kaitan Najib Razak dan Altantuya.

Baca: Modal PSMS Medan Melawan Persib Bandung yang Diakui Djanur Lebih Berkualias

Bala mengatakan bahwa polisi menghilangkan informasi tentang hubungan antara Najib dan Altantuya selama penyelidikan mereka.

Dalam pernyataan resmi, Abdul Razak mengatakan kepada Balasubramaniam bahwa Najib Razak memiliki hubungan perselingkuhan dan hubungan seksual dengan Altantuya dan bahwa mereka telah makan bersama di Paris.

Pembicaraan terperinci dalam pernyataan resmi mengungkapkan bahwa Abdul Razak sebenarnya menjadikan Altantuya sebagai seorang kekasih dari Najib karena dia tidak ingin dilecehkan sebagai wakil perdana menteri, kala itu.

Di antara Berita Acara Pemeriksaan yang mengejutkan lainnya, Balasubramaniam mendeskripsikan pesan teks antara Najib dan Abdul Razak di mana yang terakhir meminta bantuan untuk menghindari penangkapan, yang menyiratkan Najib secara pribadi mengganggu penyelidikan pembunuhan.  

Dalam membuat pernyataan resmi, Balasubramaniam menyebutkan bahwa seorang pria di mobil Proton Saga biru kebetulan mengemudi melewati rumah analis pertahanan, Abdul Razak Baginda pada waktu hari sebelum Altantuya dilaporkan hilang pada 19 Oktober 2006 dan mengungkapkan bahwa pria itu adalah Nasir Safar, penasihat khusus untuk Najib Abdul Razak.

Sementara itu, tokoh Malaysia, Anwar Ibrahim telah meminta Komisi Penyelidikan Kerajaan untuk menyelidiki kasus ini.

Namun, pihak berwenang masih belum bersidang tentang masalah ini.

Diharapkan, kasus model cantik Altantuya yang diisukan simpanan Najib Razak segera terungkap.