Kapal Tenggelam
Ritual Kembang Mayang di Danau Toba untuk Anak Semata Wayang yang Hilang Bersama KM Sinar Bangun
Duduk bersila menghadap danau, Marsudi dan istrinya Sumiem (43) serta keluarga lainnya terisak-isak.
Penulis: Arjuna Bakkara | Editor: Tariden Turnip
"Kami masih berharap jenazah itu dapat muncul. Dalam keadaan apa pun,"harapnya.
Disinggung soal rilis Basarnas yang menyatakan bangkai KM Sinar Bangun sudah terekam robot perangkat Remotely Operated Vehicle (ROV), dirinya tidak mengetahui.
Dia dan keluarga hanya berharap jenazah dapat ditemukan.
Pulang Pergi (PP) Indrapura ke Tigaras saban ari harus mereka lalui demi kepastian Fitri.
Waizaituni (80), Nenek kandung Fitri yang tubuhnya tinggal dibalut dagin tipis keriput itu ikut demi cucunya. Wazaituni terus meneteskan air mata.
"Fitri anak yang rajin bantuin mamaknya di dapur,"bisik nenek berusia uzur ini.
Wazaituni mengaku terpukul berat atas kejadian yang menimpa cucunya. Apalagi, Fitri yang masih setahun tamat dari SMA Pesantren Bandar Rejo Simalungun ini sering menghabiskan kesehariannya bersama neneknya.
Sementara itu, Sumiem ibunya tidak dapat berkata apa pun. Sumiem terus-menerus menatapi Danau. Setiap kapal tim SAR yang merapat ke dermaga dia kejar seperti yang dilakukan korban lainnya demi memastikan apakah kapal itu membawa salas satu korban.
Amatan Tribun di Pelabuhan, keluarga dan kerabat korban hilir mudik. Membaca data korban yang dinyatakan hilang, selamat dan meninggal berulang-ulang mereka datangi.
Pencarian di tengah danau oleh tim SAR dan relawan masih terus berlangsung. Dermaga Tigaras dipenuhi pengunjung. Selain keluarga korban, warga dari berbagai wilayah turut menyaksikan suasana pencarian.(cr1/tribunmedan.com)