Kisah Sukses Fikri Alhaq, Kepala Cabang Utama JNE Sumut! Sering Raih Rangking Satu saat Sekolah

Lewat kedispilinan, tanggung jawab dan motivasi belajar yang tinggi, Fikri Alhaq Fachryana kini berhasil menjadi Kepala cabang utama JNE Sumut.

TRIBUN MEDAN/NATALIN SINAGA
Kepala Cabang Utama JNE Sumut,Ā Fikri Alhaq Fachryana duduk diĀ Kantor JNE Simpang Pelangi, Jalan Brigjen Katamso, Medan. 

Laporan Wartawan Tribun Medan/Natalin 

TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Masih berusia relatif muda tidak menghalangi seseorang untuk meraih kesuksesan. Justru sebaliknya, lewat kedispilinan, tanggung jawab dan motivasi belajar yang tinggi, Fikri Alhaq Fachryana kini berhasil menjadi Kepala cabang utama JNE Sumut.

Laki- laki berusia 31 tahun ini dulunya dilahirkan di Kota Cirebon, ia mengaku tak bersekolah TK tapi langsung SD (sekolah dasar). Belum genap usia lima tahun ia sudah SD.

"Pagi hari saya di sekolah, sorenya saya di pesantren TPA (Taman Pendidikan Al-Quran) sampai lulus SD. Ayah saya guru SD sekaligus mengajar di pesantren, ibu saya seorang ibu rumah tangga. Selama masa SD, saya selalu peringkat satu. Selanjutnya di tingkat SMP, saya lebih banyak main musik sehingga tidak dapat rangking. Namun, saat menjelang masuk SMA, saya kembali serius belajar dan mendapat nilai yang baik," ujarnya, di Kantor JNE Simpang Pelangi Medan,Rabu (1/8/2018).

Ia mengatakan saat duduk di bangku SMA, tepatnya di SMA 3 Cirebon, Fikri kembali mengukir prestasi dengan selalu mendapatkan rangking satu.

"Dari SD sampai SMP saya sangat pendiam, saat SMP saya mulai berorganisasi, masuk pramuka, ngeband. Di SMA juga saya masuk pramuka, bermain musik dan masuk club olaraga," jelasnya.

Sebagai siswa lulusan terbaik dari sekolahnya, ia pun diterima sebagai mahasiswa IPB (Institut Pertanian Bogor) melalui jalur undangan atau PMDK (Penelusuran Minat dan Kemampuan).

"Saat kuliah saya ambil jurusan teknik pertanian, engineering, saya bukan tipikal yang ke teknik. Saat SMA saya ingin masuk IPS tapi karena orangtua saya menyuruh saya untuk masuk IPA akhirnya saya masuk IPA dan mengambil tanggung jawab itu. Saya jalani kuliah itu dengan baik, dan saya menjadi mahasiswa lulusan terbaik di IPB, Teknologi Pertanian 2009," tambahnya.

Saat duduk di bangku kuliah ia juga aktif berorganisasi. Jabatan sebagai ketua di berbagai organisasi juga ia lakoni diantaranya dalam organisasi profesi, himpunan, senat mahasiswa dan memimpin organisasi nasional di bidang pertanian.

"Saya aktivis, saya juga sering demostrasi, tapi memang masih mempertahankan prestasi kuliah, sehingga saya pernah mendapatkan penghargaan menjadi mahasiswa berprestasi di tahun 2007. Saya tidak hanya mendapatkan lulusan terbaik tapi mendapat sebuah piagam, namanya piagam laskar mentari yaitu piagam penghargaan mahasiswa yang paling banyak berkontribusi selama jadi mahasiswa di IPB," tuturnya.

Selain itu juga ia mendapatkan penghargaan dari koran kampus IPB sebagi tujuh orang yang paling berpengaruh di IPB pada tahun 2009, dijajarkan dengan rektor dan sebagainya.

"Pekerjaan profesional saya setelah lulus adalah di JNE, Alhamdulillah hingga saat ini, sebelumnya saya bekerja sebagai asisten dosen, editor penerbitan di IPB press, pekerjaan yang sifatnya akademis, cita-cita saya juga dulu menjadi dosen," tambah laki-laki kelahiran 9 April 1987 ini.

Lebih lanjut Fikri mengatakan di JNE, awalnya ia merupakan seorang karyawan biasa bagian sortir barang, lalu pindah ke bagian customer service, sales counter dan kemudian ia melanjutkan kuliah S2 sekaligus bekerja.

Menurutnya dulu sempat terpikir untuk resign dari JNE, karena ia berkeinginan menjadi dosen.

"Saya menghadap kepala cabang saya, saya bilang saya ingin resign pak karena saya mau kuliah lagi dan saya ingat betul kata-kata kepala cabang saya, yang bilang bahwa nasib kita itu tidak pernah ada yang tahu, sehebat apapun kita. Jadi silahkan kamu kuliah, silahkan kamu tetap lanjutkan di JNE," itulah yang membuat saya bertahan. Akhirnya saya tetap kerja di JNE karena saya juga punya tanggung jawab untuk mencari nafkah buat keluarga dan kuliah saya," jelasnya.

"Ketika saya sedang menyelesaikan kuliah S2 di IPB dengan jurusan yang sama, saya diberi kesempatan untuk menjadi Kepala Cabang di Lampung. Akhirnya saya ambil tantangan itu, tapi memang tesis saya terkendala sehingga saya mundur dari IPB," ucapnya.

Fikri merintis kariernya dari staf paling bawah dan selama 3,5 tahun ia sudah menjadi Kepala Cabang termuda di JNE, karena saat itu usianya masih 25 tahun. Dengan dedikasi dan prestasi kerja ia selalu terpilih sebagai karyawan terbaik JNE dan juga mendapat penghargaan sebagai Kepala Cabang terbaik di JNE secara nasional.

"Selama di Lampung, saya memutuskan untuk kuliah kembali, S2 di Universitas Sang Bumi Ruwa Jurai, dengan jurusan manajemen dan lulus. Selanjutnya di tahun 2016 saya dipindah tugaskan ke cabang yang lebih besar lagi sebagai Kepala Cabang Utama JNE Sumut," ujarnya.

Fikri mengatakan ia memfokuskan diri untuk membangun SDM (Sumber Daya Manusia), "jadi kalau sistem, mesin, teknologi itu bisa dibuat, tapi kalau manusia harus dibangun, budayanya, perilakunya dan sebagainya.

"Kalau SDM sudah baik pasti semua target pencapaian kenerja akan terus baik. Dalam hal gaya kepemimpinan dulu saya sangat otoriter tapi lambat laun saya belajar kepempinan dan saat ini saya lebih banyak demokrasi. Saya terbuka dengan tim dan saya mendengar pendapat yang lain," tambahnya.

Lebih lanjut Fikri mengatakan ia membangun perusahaan ini menjadi sarana spiritual, sehingga budaya yang dibangun pun budaya spiritual.

"Karena seorang karyawan apapun agamanya, bila dia punya spritual yang baik, menjalankan ajaran agamanya dengan baik maka sudah pasti ia punya kinerja yang baik sehingga target pencapaian dan kemudahan akan diberikan oleh Tuhan yang Maha Kuasa," ungkapnya.

Ia mengatakan JNE sudah memberi kesempatan baginya untuk dapat bermanfaat bagi banyak orang, baik  kepada keluarga, karyawan, mitra dan konsumen. Ia selalu menjaga integritas, tanggung jawab, dan senantiasa memberikan waktu, pikiran, serta tenaga dengan sunguh-sungguh dalam pekerjaan ini.

"Alhamdulillah saya mampu meniti karier begitu cepat karena saya disiplin, bertanggungjawab dan belajar. Saya mampu menyesuaikan diri terhadap kondisi dan tantangan," ujarnya.

"Semua orang memiliki waktu yang sama, tapi kenapa ada orang yang mampu mengerjakan banyak hal, ada yang sedikit, kuncinya kemauan dan disiplin terhadap waktu. Semua bisa kita kerjakan baik bekerja, mengurus keluarga, berorganisasi dan beribadah. Kita harus punya target yang jelas, bukan mimpi tapi misi dan visi yang jelas. Pastikan apapun keinginan yang ingin kita capai berujung kepada pengabdian kita kepada Tuhan yang Maha Kuasa," tutupnya.

(cr13/tribun-medan.com)

BACA BERITA POPULER LAINNYA:

Frets Butuan Kembali Bergabung ke PSMS, Butler Tak Mau Pasang sebagai Starter Eleven

Najla Farhan Hafiz, Siswa Berprestasi Jawara Olimpiade yang Harumkan Nama Sumatera Utara

Api Obor Asian Games Sambangi Parapat, Bupati JR Saragih Menortor Bersama 8.500 Masyarakat

Foto-foto Menggemaskan Cucu Kedua Jokowi, Anak Kahiyang Ayu yang Baru Lahir Berat 3,4 Kg

Dalam Waktu Empat Jam, Dua Aksi Kejahatan Terjadi di Jalan Sisingamangaraja, Ini Kata Kompol Revi

Perempuan Berdarah Minang Ini yang Hanya Mampu Mendampret Rocky Gerung dan Fadli Zon!

Di Prancis Siswa Dilarang Bawa Smartphone ke Sekolah, di Indonesia Kapan ?

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved