Breaking News

Gempa Lombok

Gempa Susulan Diperkirakan Terjadi hingga 6 Bulan Lagi, Ini yang Perlu Dilakukan

Lebih dari 400 gempa susulan tercatat terjadi setelah gempa 7.0 SR yang mengguncang Lombok pada Minggu (05/08) lalu.

Editor: Tariden Turnip
KOMPAS.com/GARRY ANDREW LOTULUNG
Sejumlah bangunan rumah rusak akibat gempa di desa Menggala, Kecamatan Pemenang, Lombok Utara, Rabu (8/8/2018). Berdasarkan data terkini Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Jumat (10/8/2018), tercatat jumlah korban meninggal dunia 322 orang. 

Namun prediksi ini dapat berubah kembali - setelah sebelumnya diperkirakan berlangsung selama dua minggu - tergantung data gempa susulan yang dikumpulkan BMKG yang dievaluasi setiap tiga hari.

Sebagai perbandingan, gempa Jogja pada 2006 berlangsung selama enam bulan.

Permukiman warga di Pulau Gili Trawangan, Nusa Tenggara Barat (NTB), Kamis (9/8/2018) yang kini sunyi setelah gempa besar berturut-turut mengguncang kawasan ini, dengan gempa utama pada Minggu (5/8/2018) malam.

Gempa Lombok menyebabkan ribuan rumah hancur dan korban banyak yang tertimpa bangunan.

Berapa besar?
Agus Riyanto menjelaskan bahwa gempa susulan akan menurun secara eksponensial dan fluktuatif.

"Artinya dia akan semakin mengecil dibanding gempa utamanya, tetapi juga fluktuatif," terang Agus.

Lantas, dapatkah gempa susulan lebih besar dari gempa utama?

Tidak. Jika ada gempa yang lebih besar dari gempa utama, maka pusat gempanya akan berada di lokasi atau bidang patahan yang berbeda.

"Seperti kemarin kan setelah gempa di Lombok, terjadi gempa di Jawa Timur, artinya berbeda tempatnya," jelas Agus.

Gempa Lombok menyebabkan sekitar 270.000 orang mengungsi.

Apa yang harus dilakukan?

Untuk warga yang rumahnya masih tampak kokoh, BMKG menghimbau agar warga tinggal di dalam rumah.

Gempa <a href='https://medan.tribunnews.com/tag/lombok' title='Lombok'>Lombok</a>

Mereka yang rumahnya retak disarankan untuk tak kembali ke rumah.

Namun untuk warga yang rumahnya sudah ada retakan, atau terlihat goyah, disarankan tidak berada di dalam rumah, lebih bagus di lapangan terbuka.

Berbahaya untuk tetap di dalam rumah yang sudah ada tanda-tanda kerusakan, karena "yang rumahnya sudah ada rusak, ada sembilan korban jiwa kena gempa susulan kemarin," ujar Agus Riyanto.

Sedang yang berada di dalam bangunan, ada metode "Drop Cover Hold" yang bisa diingat.

Halaman
123
Sumber: bbc
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved