Pilpres

Anies Bongkar Prabowo Siapkan Sandiaga bakal Cawapresnya sebelum Bertemu SBY

Anies Baswedan secara tidak langsung menguak intrik Prabowo Subianto dalam penetapan calon wakil presiden

ist
Anies jadi imam salat di rumah Prabowo saat ditawari jadi cawapres oleh Prabowo. 

Dan pada akhirnya, hasilnya adalah Jokowi berpasangan dengan Maruf Amin dan Prabowo berpasangan dengan Maruf Amin.

Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto (kiri) dan Sandiaga Uno (kanan) saling berpegangan tangan usai mendaftar sebagai calon presiden dan wakil presiden di kantor KPU, Jakarta, Jumat (10/8/2018)
Pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto (kiri) dan Sandiaga Uno (kanan) saling berpegangan tangan usai mendaftar sebagai calon presiden dan wakil presiden di kantor KPU, Jakarta, Jumat (10/8/2018) (ANTARA FOTO/HAFIDZ MUBARAK)

Sandiaga Uno Kisahkan Dirinya Bersedia jadi Cawapres

Sandiaga Uno sudah resmi menjadi Cawapres mendampingi Prabowo Subianto di Pilpres 2019.

Sandiaga Uno menyebut dirinya tak perlu kehilangan 2 posisi sekaligus apabila Anies Baswedan mau menjadi Cawapres.

Hal itu diungkapkan Sandiaga Uno dalam acara Indonesia Lawyers Club yang diunggah di akun youtube Indonesia Lawyers lub tvOne dengan judul ’[EKSKLUSIF] Cerita Sandiaga Uno Bersedia Menjadi Cawapres ILC 14 Agustus 2018’.

Sandiaga Uno kemudian menceritakan bahwa ada sederet pertemuan terkait hal itu, dan dirinya seharusnya tak terpilih apabila Anies Baswedan mau menjadi Cawapres Prabowo Subianto.

Sandiaga Uno memeluk Anies Baswedan di ruang kerjanya sebagai tanda perpisahan dan minta doa restu
Sandiaga Uno memeluk Anies Baswedan di ruang kerjanya sebagai tanda perpisahan dan minta doa restu (Twitter)

“Ini saya mestinya nggak duduk disini dan nggak kehilangan 2 posisi dalam satu malam itu kalau Mas Anies bilang iya. Dia akhirnya memutuskan tidak dan singkat dalam suasana yang sangat cair itu akhirnya bola panas itu dateng ke saya,” ujar Sandiaga Uno dalam video tersebut.

Sandiaga Uno juga menceritakan bahwa pernah terjadi pertemuan bertiga antara Sandiaga Uno, Anies Baswedan, dan Prabowo Subianto dimana Prabowo menyampaikan untuk kesekian kalinya, dan Anies Baswedan bersikukuh ingin fokus di Jakarta dan menunaikan tugas dan janji amanahnya untuk menyelesaikan kewajibannya selama 5 tahun.

Sandiaga Uno pun kemudian menyampaikan argumen Anies Baswedan menolak pinangan Prabowo Subianto dengan kata-kata yang amat tertata dan diplomatis.

“ Jadi itu yang dia (Anies Baswedan) sampaikan , dia (Anies Baswedan) bilang saya sudah terucap, saya teringat janji saya kepda seorang ibu di bukit duri yang menitipkan gendongan anaknya, ibu Saidah itu bilang gendongan ini mohon Pak Anies bawa, dan kebetulan pada waktu itu saya ada disana, mohon digendong seluruh anak jakarta jangan sampai ada yang mendapatkan pendidikan yang tidak tuntas dan berkualitas,” kata Sandiaga Uno.

AHY Bikin Tak Nyaman

Berbeda dengan Anies Baswedan, Prabowo Subianto justru memiliki fakta lain sampai akhirnya tak memilih AHY sebagai Cawapresnya.

Luhut Binsar Panjaitan membongkar fakta soal Prabowo Subianto akhirnya memilih Sandiaga Uno ketimbang AHY saat diwawancara Najwa Shihab yang diunggah di akun youtube Najwa Shihab pada 14 Agustus 2018. 

Unggahan di akun youtube Najwa Shihab itu diberi judul 'Catatan Najwa Part 2 - Utak Atik 2019 : Luhut : Prabowo Tidak Nyaman dengan AHY.' 

Luhut Panjaitan memulai cerita itu dengan mengungkapkan bahwa ia sudah meramalkan bahwa Prabowo Subianto tak akan memilih Sandiaga Uno ketimbang AHY sebagai wakilnya. 

Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bertemu Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono beserta Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Selasa (24/7/2018), di rumah SBY, Kuningan, Jakarta Selatan.
Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto bertemu Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono beserta Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Selasa (24/7/2018), di rumah SBY, Kuningan, Jakarta Selatan. (Dok. Partai Demokrat)

"Nggak, saya sudah ramalin dari awal. Saya bilang sama presiden saya susah membayangkan prabowo partneran sama AHY," kata Luhut Panjaitan ketika ditanya Najwa Shihab apakah ia kaget melihat pilihan Prabowo Subianto.

Luhut pun kemudian bahwa ia memiliki hubungan yang baik dengan Prabowo Subianto, bahkan Luhut menyebut berteman lama dengan Prabowo Subianto, dan sudah sering berkelahi dengan Prabowo Subianto

Namun Luhut juga mengakui bahwa Prabowo Subianto adalah orang baik, dan karena berteman lama, Luhut dan Prabowo Subianto selalu berbicara bebas dan santai setiap bertemu. 

Makanya di suatu pertemuan Luhut pernah menanyakan ke Prabowo Subianto soal siapa wakil yang akan dipilih Prabowo Subianto

"Saya pernah tanya sekali soal itu. Kalau kami berdua ketemu kan bicara ya bebas. Kamu maunya wakilmu mana sih?," kata Luhut menirukan ucapannya saat bertanya ke Prabowo Subianto

Luhut pun kemudian menirukan jawaban dari Prabowo Subianto. "Bang, kalo kita mayor kan tahu bagaimana berpikirnya mayor," kata Luhut menirukan jawab Prabowo Subianto ketika ditanya Luhut soal Cawapres yang akan dipilihnya.

Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan kedua orangtuanya
Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dengan kedua orangtuanya (Kolase Foto/Instagram)

Dari situ Luhut lalu mengingat sikap anaknya yang juga masih berpangkat mayor. 

"Terus saya ingat anak saya, anak saya kan mayor juga. Anak saya kan mayor, lagi sekolah di Command Staf General College di Amerika Serikat. Pas dia kirim foto ibunya, dia lagi mengunjungi satu pabrik pesawat terbang sama sekolahnya. Ya saya bilang otak mayor itu ya gini gini gini lah," ujar Luhut.

Luhut pun mengaku kemudian menceritakan hal itu ke Presiden Jokowi

Luhut menyampaikan ke Presiden Jokowi bahwa Prabowo Subianto itu tidak nyaman (dengan AHY). 

"Masa dia nyawam wakilnya mayor dia Letnan Jenderal. Dia Jenderal anak buahnya gini gimana. Repok pak," kata Luhut.

Tak Kuat

Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya, mengungkapkan bahwa pilihan Cawapres Jokowi dan Prabowo Subianto sama-sama diluar prediksi. 

Bahkan saking diluar prediksi, banyak lembaga survei belum punya perhitungan apabila Jokowi-Ma'ruf Amin berhadapan dengan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno

"Kalau di atas kertas survei, ini bukan pilihan terbaik untuk kedua-duanya. Karena ketika dilakukan simulasi, ini bukan angka yang tinggi. Jokowi bukan dengan maruf amin untuk angka tertinggi, tetapi dengan mahfud justru jauh lebih tinggi. Prabowo juga tidak tertinggi dengan Sandiaga, paling tinggi itu dengan AHY," jelas Yunarto Wijaya di acara Catatan Najwa itu. 

Tapi kemudian pilihan itu tetap terjadi lantaran ada logika-logika politik yang menurut Yunarto Wijaya  menjadi problem yang kompleks di masing-masing koalisi.

Bakal capres cawapres Pilpres 2019, Joko Widodo (tengah), putra bungsu Jokowi Kaesang Pangarep dan Ma'ruf Amin (kiri ) tiba di RSPAD untuk menjalani tes kesehatan yang diselenggarakan KPU, Jakarta, Minggu (12/8).
Bakal capres cawapres Pilpres 2019, Joko Widodo (tengah), putra bungsu Jokowi Kaesang Pangarep dan Ma'ruf Amin (kiri ) tiba di RSPAD untuk menjalani tes kesehatan yang diselenggarakan KPU, Jakarta, Minggu (12/8). (Warta Kota/Henry Lopulalan)

Yunarto Wijaya melihat buat Jokowi memilih Ma'ruf Amin adalah pilihan yang reaktif realistis, walaupun bukan yang terbaik.

"Satu tadi Pak Luhut sudah kasih bocoran dikit tadi partai-partai (tidak setuju). Partai-partai ini kan yang  menatap 2024 yang tidak bertuan. Ketua umum punya peluang yang sangat besar di 2024. Yang paling penting kan bagaimana menjaga 2024 ini tidak kemudian menjadi milik 1 orang yang sangat kuat. Nah problemnya siapapun yang menjadi Wapresnya jokowi itu kan seperti dapet tiket gratis 2024 menjadi Capres paling kuat. Sementara Pak mahfud dari sisi usia, kesehatan, dan ambisi politik sangat mungkin menjadi Capres 2024," kata Yunarto Wijaya.

Atas analisa itulah Yunarto Wijaya tak kaget melihat Parpol pendukung Jokowi memilih seseorang yang dari sisi usia, dan ambisi tak akan maju lagi di Pilpres 2024. 

"Nah ini pilihan kedua, jadi mungkin saja ada justifikasi juga buat seorang jokowi melihat situasi di pihakn lawan 2 hari terakhir, yakni Ketika prabowo bergabung dengan sandi, dan ini tidak terlalu kuat, sehingga Pak Jokowi tidak harus memilih Cawapres yang terkuat," kata Yunarto Wijaya.

Simak yuk video lengkapnya cerita Sandiaga Uno

 
Sumber: Tribun Medan
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved