Benarkah Si Manusia Kebal Bisa Ditaklukkan oleh Daun Kelor dan Batang Padi?
Tiba-tiba keajaiban terjadi: seseorang tak mempan ditebas. "Lehernya sekeras baja, hingga pedang algojo itu gempil.
Dalam kerangka lebih teoritis, barangkali seperti dirumuskan oleh Sejarawan Sartono Kartodirdjo dalam Ratu Adil (Jakarta, 1984: 42 - 43). Kebudayaan tradisional Jawa diliputi oleh suatu keyakinan kuat akan hal-hal yang serba gaib.
Kalau kalangan elite cenderung menciptakan sejenis individualisme kebatinan gaib yang berorientasi pada kekuasaan, maka kaum jelata dipengaruhi oleh kekuatan gaib dan ramalan tentang Ratu Adil.
Sejarah gerakan sosial Jawa pada abad XIX - XX memperlihatkan luasnya kepercayaan gaib yang berorientasi pada kepercayaan jimat.
Sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia pun bertaburan kisah kekebalan.
Saat melawan Belanda dalam Clash II tahun 1948 misalnya, siapa pun yang terlibat dalam perang saat itu, pasti mengenal nama Komarudin. Seorang prajurit yang kebal peluru dari Sleman, Yogyakarta.
Begitu kentalnya keyakinan itu sehingga film Janur Kuning pun tak menyingkirkan kisah keberanian Komarudin dari berondongan peluru musuh.
Supriyadi, oleh pengagum fanatiknya juga dipercaya kebal peluru. Pahlawan dalam pemberontakan Peta (Pembela tanah Air) di Blitar ini, bahkan diyakini bisa menghilang.
Tokoh lain, siapa lagi kalau bukan Bung Karno? Berapa kali tokoh besar Indonesia ini mengalami usaha pembunuhan tapi selalu lolos justru tanpa disadari? Peristiwa penembakan waktu sembahyang Idul Adha atau peristiwa Cikini, menjadikan tokoh kemerdekaan ini semakin dikenal sakti.
Soal kekebalan, dari dulu tokoh-tokoh Indonesia kuno sudah mengenalnya. Tengok saja Kitab Pararaton, betapa Ken Arok atau Gajah Mada kebal senjata tajam. Berapa kali Ken Arok dikejar-kejar rakyat, tapi selalu luput dari kematian. Bahkan akhirnya anak Ken Endok ini jadi raja.
Enam abad telah lewat sejak zaman Gajah Mada, namun cerita kekebalan tumbuh terus semakin berbunga-bunga. Peristiwa G30S/PKI misalnya, menyisakan cerita kekebalan di kalangan pengkhianat atau mereka yang ditumpas.
Seorang tokoh lokal di Madiun yang dulu melawan PKI berkisah, suatu ketika dia menyaksikan beberapa orang PKI dijejer berbaris dengan mata ditutup untuk dieksekusi dengan tebasan pedang algojo.
Namun tiba-tiba keajaiban terjadi: seseorang tak mempan ditebas. "Lehernya sekeras baja, hingga pedang algojo itu gempil," kata si tokoh mengenang. Algojo bingung.
Dicarilah daun kelor dan dicambukkan di tubuh tokoh PKI itu. Tiba-tiba tubuh yang semula kebal itu menjadi lemas tiada daya.
Sampai kini kisah kesaktian manusia itu masih sering terdengar.
Tapi Mujiono, seorang mantri polisi pamong praja di kawasan Dungus, Kecamatan Wungu, Madiun, yang percaya soal kekebalan dalam peristiwa PKI 1965 menambahkan, "Di sini dulu beberapa orang PKI dieksekusi," katanya sambil menunjuk kawasan hutan jati 10 km timur Madiun.