Viral Medsos
Kisah Pramugari Garuda Indonesia yang Luput dari Maut Tsunami Palu, Panik Lihat Terjangan Air Tinggi
"gempa 7,7 SR yang singkat itu rasanya lama sekali ngebuat kami ga bisa angkat badan sendiri untuk berdiri,"
"Aku ga berani lihat ke belakang, gempa 7,7 SR yang singkat itu rasanya lama sekali ngebuat kami ga bisa angkat badan sendiri untuk berdiri,"
Tria Aditia Utari, Pramugari Garuda Indonesia
TRIBUN-MEDAN.com - Seorang pramugari maskapai Garuda Indonesia mengisahkan cerita saat dirinya berhasil luput dari maut terjangan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (28/9/2018).
Kisahnya ini pun menjadi viral di media sosial.
Pramugari bernama Tria Aditia Utari itu mengaku berhasil selamat dari bencana gempa serta tsunami yang terjadi di Palu.
Tiba di Palu pada Jumat sore, Tria Aditia Utari mengaku langsung masuk ke dalam kamar Mercure Hotel, Palu pada pukul 17.00 WITa.
Sebelumnya, Tria mengaku sudah mengetahui bahwa gempa telah terjadi sebanyak 4 kali di Palu.
Beberapa kru maskapai Garuda Indonesia pun telah memberitahukan kepadanya.
Namun saat itu, Tria mengaku tidak terlalu menanggapi hal tersebut secara serius, karenanya ia terus beraktivitas seperti biasa di kamar hotel bersama seorang rekannya bernama Kartika.
Beberapa menit setelah melakukan aktivitas di dalam kamar, Tria Utari merasakan hal mengejutkan.
Kamar hotel yang ia tempati terasa bergetar, seluruh isi ruangan di sana pun berhamburan.
Tria yang pada saat itu panik mengaku hanya bisa berpelukan dengan rekannya sambil menangis.
"Aku ga berani lihat ke belakang, gempa 7,7 SR yang singkat itu rasanya lama sekali ngebuat kami ga bisa angkat badan sendiri untuk berdiri," tulis Tria melalui story pada akunnya pada Instagram @triaudtr.

Usai merasakan gempa dahsyat itu, Tria dan rekannya pun langsung bergegas keluar dari kamar hotel.
Saat keluar, Tria terkejut melihat atap lorong kamar hotelnya telah runtuh.
Ia pun lalu berjalan cepat menghindari runtuhan tersebut untuk menyelamatkan diri bersama rekannya dan dua orang lainnya.
Proses menyelamatkan diri itu Tria lakukan bersama keempat orang lainnya.
Awalnya mereka sempat kesulitan sebab area yang tidak memungkinkan, atap plafon di atas pintu darurat tampak rapuh.

Namun akhirnya, beberapa saat kemudian, Tria dan yang lainnya menemukan cara untuk menuju ke tempat yang aman yakni rooftop.
Saat sedang menuju ke rooftop yang posisinya berada 6-8 meter di bawah lokasi Tria sedang berdiri, salah seorang ibu mengalami insiden pilu.
Ibu tersebut terjatuh saat sedang berpegangan untuk menuju ke bawah rooftop bersama Tria.
Alhasil, kepala ibu itu pun bocor dan bersimbah darah.
Melihat hal tersebut, Tria pun langsung menyelamatkan sang ibu sambil memegang kepala sang ibu yang bocor.
Namun saat sudah merasa aman sambil berlari menuju pintu keluar usai dari rooftop, Tria kembali terkejut.
"Udah setengah lari tiba-tiba ada bapak-bapak teriak ke aku "mbaa balik ke sini, bahaya ada tsunami datang," tulis Tria meceritakan.

Mendengar teriakan tersebut, Tria dan yang lainnya pun langsung kembali ke rooftop tersebut.
Saat itu, Tria mengaku panik dan terus menerus berdoa.
"Aku berdoa dalam hati 'ya Allah lindungi mba kartika semoga ngga hanyut kegulung ombak'," tulisnya.
Sesampainya di rooftop tersebut, Tria pun mendengar ada gemuruh suara ombak yang kencang.
Ia pun sempat panik dan terus berdoa di dalam hati.
Beberapa saat kemudian, Tria melihat air yang tadi deras menerjang hotelnya telah berhenti datang.
Genangan air yang ada di bawah hotelnya pun telah surut.
Saat itu, Tria mengaku melihat beberapa mayat wanita yang tergenang usai dibawa terjangan tsunami.
Namun seolah tak kunjung usai, Tria dan keempat orang lainnya kembali merasakan guncangan gempa.
Dan setelah gempa susulan tersebut datang, Tria menceritakan bahwa terjangan tsunami kembali datang.
Kepanikan Tria pun semakin menjadi-jadi saat mengetahui tsunami itu datang kembali.
Sadar akan genangan air yang semakin tinggi, salah seorang pria yang berada dalam rombongan itu pun berinisiatif mencari tangga agar mereka bisa naik ke rooftop yang lebih tinggi.
Berhasil dapat, Tria dan rombongannya pun akhinrya naik ke rooftop yang lebih tinggi.
Proses tersebut dilakukan secara hati-hati, namun tetap sigap.
Sebab mereka khawatir terjangan tsunami akan sampai ke tempat mereka saat itu berdiri.
"Ayo cepat naik ke atas, tsunami besar datang lagi," sambung Tria.

Saat tiba di rooftop, Tria pun mengaku lega sebab ia berhasil bertemu dengan rekan-rekan kerjanya.
Sempat dikira hilang, kru Garuda Indonesia pun mengaku lega saat melihat Tria yang selamat.
Usai selamat dan bertahan di rooftop tersebut, Tria dan rekannya pun berhasil diselamatkan oleh kapten Garuda Indonesia.
Mereka pun akhirnya diangkut keluar dari hotel tersebut dan dievakuasi ke tempat yang lebih aman.
Tria dan rekannya lalu bermalam di Masjid Agung bersama tamu hotel lainnya beralaskan seadanya dan siang hari keesokan harinya dipindahkan ke Posko buatan warga di sekitar Bandara Palu.
"Kami diberikan makanan seadanya, baju bersih untuk ganti dan bersih-bersih badan dengan air secukupnya saat itu," ucap Utari.
Hingga akhirnya dievakuasi menggunakan pesawat Hercules TNI AU ke Makassar, Sulawesi Selatan, lalu kembali ke rumahnya di Bogor, Jawa Barat.(*)
Artikel ini telah tayang di tribun-timur.com dengan judul Cerita Pramugari Garuda Indonesia Tria Aditia Utari Selamatkan Diri saat Tsunami, Gempa di Palu