Mereka Terpaksa Menonton Video P0rno 8 Jam, tapi ternyata Tugasnya Sangat Mulia
"Apa yang akan Anda rasakan kalau harus terpaksa menonton pornografi hingga 8 jam setiap hari. Berapa lama Anda bisa terima itu?"
"Ini (moderator konten) merupakan industri tersembunyi di Filipina, di mana banyak perusahaan outsourcing yang berkecimpung di situs media sosial populer," jelas Riesewieck, sutradara The Cleaner.
Para moderator berjibaku dengan segala macam konten negatif demi "membersihkan" linimasa.
Mereka hanya bersenjatakan mouse untuk memilih opsi "hapus" atau "abaikan".
Sebagai panduan, moderator diberikan buku aturan main setebal ratusan halaman.
Tapi ada kalanya juga mereka masih kebobolan meloloskan konten.
Maklum, mereka kebanyakan hanya diberikan waktu pelatihan sepekan atau paling banyak tiga pekan saja untuk mempelajari semua aturan, sebelum bisa memutuskan konten mana yang harus dihapus dan mana yang harus diabaikan.
"Misalnya, siapa yang memutuskan apa definisi dari teroris. Mereka punya daftar, mereka harus mempelajari daftar yang mengacu dari departemen keamanan dalam negeri AS," terang Riesewieck.
Di sinilah masalah dimulai. Bagi para pekerja muda Filipina yang rata-rata berumur 21 tahun, mereka harus paham betul pedoman yang berkiblat pada undang-undang AS.
"Jika mereka ingat dengan baik, mereka akan memblokir simbol apapun terkait terorisme. Tapi jika mereka hanya melihatnya sekilas, mereka bisa saja salah menerka orang biasa yang ingin protes ke pemerintah, tapi dianggap sebagai teroris", imbuh Riesewieck.
Tertekan, tak bisa mundur Jika terjadi kesalahan seperti kurang memperhatikan konten yang dinilai, para moderator akan medapatkan masalah besar.
"Ketika memulai pelatihan saya tidak tahu apa itu moderator konten. Saya benar-benar tidak tahu dan itu kali pertama saya mendengarnya (konten moderator)", ujar salah satu pegawai wanita.
Ia pun merasa tertekan, menyaksikan serangkaian konten negatif, mulai dari siaran bunuh diri secara langsung, pelecehan seksual kepada anak-anak, perundungan, hingga penjagalan di wilayah perang.
"Saya harus melihat video-video kekerasan anak-anak yang dilecehkan, tindakan dalam video tersebut tak bisa saya maafkan", aku pegawai wanita tadi dengan suara tercekat.
Sayangnya, ketika ia mencoba mengundurkan diri, kelapa tim tempatnya bekerja tidak mengijinkan. "Dia (kepala tim) bilang bahwa saya harus melakukannya karena itu adalah pekerjaan saya dan saya telah menandatangani kontrak," ujarnya.
Nonton pornografi 8 jam