Adik Prabowo Beber Alasan Slogan 'Make Indonesia Great Again' yang Diusung Prabowo Sandi

Saya tanya dua,tiga empat kali, karena saya tidak mau percaya, tapi World Bank katakan demikian.

Editor: Tariden Turnip
KOMPAS.com/Ihsanuddin
Direktur Media dan Komunikasi Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Hashim Djojohadikusumo, dalam pertemuan dengan sejumlah media asing di Media Center Prabowo-Sandi, di Kebayoran Baru, Jakarta, Jumat (19/10/2018). 

TRIBUN-MEDAN.COM - Direktur Media dan Komunikasi Badan Pemenangan Nasional Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Hashim Djojohadikusumo menyoroti permasalahan krusial di Pemerintahan Jokowi-JK, yaitu harga nominal makanan di Indonesia yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara lain seperti India dan Singapura.

Hashim mengatakan data tersebut bukanlah data sembarangan, karena dipaparkan oleh World Bank. Dalam laporan World Bank disebutkan harga nominal makanan di Jakarta lebih mahal dibandingkan dengan New Delhi dan Singapura.

"Dengan nominal pricing, berarti itu dengan pricing yang berlaku. Saya tanya dua,tiga empat kali, karena saya tidak mau percaya, tapi World Bank katakan demikian. Nominal price harga makanan di Jakarta, lebih tinggi daripada harga makanan di Singapura, dan harga makanan di Jakarta dua kali lipat harga makanan di New Delhi, India. Itu bukan angka kami, itu angka dari World Bank," tandas Hashim dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (19/10/2018).

Hasyim lebih jauh mengatakan ia tidak heran jika 38 persen anak Indonesia saat ini mengalami stunting (gagal tumbuh) karena keluarga berpenghasilan rendah tidak mampu untuk membeli makanan yang sehat bagi anak-anaknya.

Data stunting tersebut, kata Hashim lagi-lagi berasal dari World Bank. Menurutnya sejak tahun 2006 Prabowo sudah mendapati bahwa angka stunting yang terjadi pada anak di Indonesia sudah mencapai 30 persen, dan meningkat menjadi 38 persen pada saat ini. Oleh karena itu Prabowo sangat serius dengan pemerataan gizi bagi seluruh anak di Indonesia.

Selain menyoroti masalah perekonomian, Prabowo juga menggulirkan niat “Make Indonesia Great Again”, di mana lewat slogan tersebut Prabowo ingin mengembalikan masa kejayaan Indonesia yang menurut Hashim saat ini mulai pudar.

Dua pasangan capres menunjukkan nomor urut masing-masing. Semula nomor urutnya, Jokowi Maruf nomor urut 1, Prabowo Sandiaga nomor urut 2 berubah jadi Jokowi Maruf nomor urut 01 dan Prabowo Sandiaga nomor urut 02
Dua pasangan capres menunjukkan nomor urut masing-masing. Semula nomor urutnya, Jokowi Maruf nomor urut 1, Prabowo Sandiaga nomor urut 2 berubah jadi Jokowi Maruf nomor urut 01 dan Prabowo Sandiaga nomor urut 02 (kompas.com)

Bahkan Indonesia pada saat sekarang ini dianggap lemah dan tidak disegani oleh negara-negara lain didunia seperti dulu.

"Ya kita pernah disegani juga, tapi sekarang kita merasa bahwa kita agak lemah, suara Indonesia kan gak begitu dianggap. Zaman Pak Harto, Indonesia sebagai ketua Non Blok, kita disegani, kita dianggap negara mayoritas muslim terbesar di dunia. Tahun 55 Bung Karno mengadakan konferensi Non Blok pertama di Bandung, pemimpin dunia semua datang ke Indonesia, menghormati Indonesia sebagai salah satu pemimpin Gerakan Non Blok," tambah Hashim.

Meski begitu, Hashim menolak jika dikatakan slogan “Make Indonesia Great Again” meniru slogan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang meluncurkan slogan “Make America Great Again” pada masa kampanyenya dulu.

Slogan tersebut menurutnya diambil Prabowo berdasarkan lagu kebangsaan Indonesia Raya,yang artinya Great Indonesia, dimana Prabowo ingin Indonesia menuju cita-cita para pendiri bangsa ini.

Tim Kampanye Jokowi-Ma'ruf Bantah Pernyataan Hashim

Ditemui secara terpisah Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Abdul Kadir Karding mengatakan pernyataan tim Prabowo-Sandi tentang harga nominal makanan itu tidak didasarkan pada data yang akurat. Abdul mencontohkan ketika Sandiaga Uno memaparkan harga nasi ayam di Jakarta lebih mahal dibandingkan Singapura, faktanya tidak demikian.

"Saya kira data itu tidak tepat. Dibandingkan dengan makanan apa saja saya kira Jakarta masih jauh lebih murah dibandingkan dengan Singapura. Pak Sandi pernah bilang bahwa harga nasi ayam lebih mahal di Indonesia daripada di Singapura. Kita cek, ternyata jauh kok (lebih murah). Harga ikan dan lainnya juga enggalah, engga seperti yang disampaikan. Kadang-kadang apa yang disampaikan datanya lemah, tidak akurat," tandas Abdul seperti dilansir VOA Indonesia.

Selain itu, pihaknya juga membantah bahwa Indonesia mulai lemah, tidak diakui dan tidak disegani oleh negara lain lain.

Faktanya, kata Abdul, Indonesia dihujani pujian dalam pertemuan tahunan IMF-World Bank karena berhasil menyelenggarakan acara dengan baik, seiring dengan upaya menangani serangkaian gempa di Palu dan Lombok secara intensif.

Selain itu Jokowi pun masuk ke dalam daftar 500 tokoh Muslim yang berpengaruh di dunia yang dirilis oleh “The Muslim 500.”

Menurut Abdul, ini membuktikan bahwa Indonesia masih diakui dan disegani oleh dunia.

Bantah Prabowo Sandi anti asing

Hashim juga meluruskan persepsi yang selama ini berkembang bahwa Prabowo Subianto adalah calon presiden yang anti asing.

Hashim, yang merupakan adik Prabowo ini, menegaskan, persepsi tersebut tidak benar alias hoaks.

Klarifikasi ini disampaikan Hashim saat menggelar diskusi dengan sejumlah media asing di media center Prabowo-Sandi di Kebayoran, Jakarta, Jumat (19/10/2018).

Hashim menyebutkan, diskusi khusus dengan media asing ini memang sengaja digelar untuk meluruskan persepsi yang salah tentang Prabowo.

"Dari beberapa pertanyaan-pertanyaan, ya sudah terlihat bahwa pers asing banyak yang salah mengerti sikap Pak Prabowo," kata Hashim.

"Pak Prabowo dan Pak Sandiaga bukan anti-asing. Bukan anti investor asing, bukan anti aseng. Ini kan dipelintir, itu hoaks," tambah dia.

Hashim mengaku tidak percaya dengan hasil survei yang dirilis sejumlah lembaga survei.

Ia menyebut elektabilitas antara Prabowo-Sandi dan Jokowi-Ma'ruf saat ini hanya selisih 6-8 persen, bukan 20 persen seperti yang dirilis sejumlah lembaga.

"Saya tidak percaya semua survei itu. Itu semua salah," kata Hashim.

Hashim menjawab pertanyaan kantor berita Perancis AFP, mengenai strategi untuk mengejar elektabilitas Joko Widodo-Ma'ruf Amin.

Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra itu lalu mengingatkan fenomena yang terjadi di Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.

Saat itu, menurut dia, semua survei memprediksi calon petahana Basuki Tjahaja Purnama-Djarot Saiful Hidayat akan menang di putaran pertama karena meraih lebih dari 50 persen.

"Semuanya salah, jauh," kata Hashim.

Kenyataannya, di putaran pertama, pasangan Basuki-Djarot unggul, tetapi hanya meraih 42,99 persen.

Namun, di putaran kedua, pasangan petahana itu akhirnya kalah dari pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno yang diusung Gerindra.

"Lembaga Survei yang sama sekarang mengatakan Jokowi memimpin dengan selisih 20 persen. Survei internal kita Jokowi hanya unggul 6-8 persen. Itu angka internal kita. Jadi bukan 20 persen," ucap Hashim.

Hashim pun meyakini, dalam waktu yang tersisa, Prabowo-Sandi bisa menaikkan elektabilitasnya hingga mengalahkan petahana.

"Kami yakin Jokowi jatuh. Kenapa sekarang dia masih unggul? Jokowi adalah pria yang disukai. Saya suka dia. Saya yang sponsor untuk dia datang ke Jakarta (maju di Pilgub DKI 2012)," kata Hashim.

"Dia orang yang baik. Tapi bukan pemimpin yang baik," tambah Hashim.

Saat ditemui usai acara, Hashim menyebut survei yang dimaksud melibatkan 2.000 responden dari seluruh Indonesia.

Menurut dia, survei internal itu baru dilakukan beberapa minggu yang lalu. Keterangan Hashim berbeda dengan pernyataan sebelumnya yang dilontarkan Sandiaga.

Kemarin, Sandiaga menyebut bahwa survei internal yang dilakukan pihaknya melibatkan jutaan responden.

Artikel ini dikompilasi dari kompas.com dan voa indonesia

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved