INILAH Langkah-langkah Pemerintahan Jokowi Menyelamatkan Minyak Sawit Indonesia

Pemerintahan Joko Widodo berupaya terus menyelamatkan minyak sawit sebagai produsen terbesar di dunia

Editor: AbdiTumanggor
KOMPAS/IWAN SETIYAWAN
Panen kelapa sawit. 

Pemerintah Indonesia memandang tindakan Uni Eropa sebagai langkah untuk melindungi minyak bunga matahari yang diproduksi secara lokal dan minyak goreng lainnya, karena mereka tahu keunggulan minyak sawit yang dihasilkan Indonesia.

Pemerintah RI menganggap bahwa sikap EU terhadap CPO Indonesia adalah pelanggaran terhadap prinsip-prinsip fair trade.

Upaya Pemerintah Indonesia Terus Melobi Uni Eropa

Pemerintah RI yang dipimpin Luhut Panjaitan didampingi Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan melakukan lobi (diplomasi) ke Uni Eropa.

Luhut juga didampingi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) serta Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).

Menurut Oke, persepsi negatif terhadap minyak sawit lebih lanjut akan merugikan Indonesia. Sebab, Indonesia merupakan salah satu pengekspor kelapa sawit terbesar di dunia.

Menurut Oke, pemerintah Indonesia akan berupaya agar kebijakan tersebut tak disahkan oleh Uni Eropa.

"Itu yang harus dihindari sehingga kami perlu melakukan (lobi)," kata Oke beberapa waktu lalu.

Sebelumnya Luhut menjelaskan lobi perlu dilakukan karena usulan tersebut akan merugikan Indonesia. Sebab, saat ini terdapat 16 juta industri plasma kelapa sawit yang memproduksi biodiesel.

"Kalau itu terjadi akan mempengaruhi industri kelapa sawit kita," kata Luhut.

Beberapa pengusaha industri kelapa sawit yang dalam daftar tamu bertemu dengan Luhut untuk membahas hal ini di antaranya Martua Sitorus (Wilmar International), Bachtiar Karim (Musim Mas), dan Surya Darmadi (Duta Plasma).

Luhut mengungkapkan, salah satu strategi lobi yang akan dilakukan dengan melakukan rangkaian perjalanan ke negara-negara Uni Eropa.

Dalam rangkaian tersebut, Indonesia akan menjelaskan posisinya terkait permasalahan biodiesel.

Di Eropa dalam hal lobi-lobi ini, Luhut juga  bertemu dengan Pemimpin Gereja Katolik Se-Dunia Paus Fransiskus.

Diplomasi Sawit Kembali Dilanjutkan Menteri ESDM 

Mnteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan melanjutkan diplomasi sawit ke Uni Eropa melalui Vatikan, Italia dalam mensosialisasikan  program Energi Baru dan Terbarukan (EBT) atau renewable energy yang sedang gencar digalakan pemerintah Indonesia.

Usai courtesy call dengan Pemimpin Umat dan Gereja Katolik tertinggi di dunia, Paus Fransiskus bertemu sejumlah pimpinan perusahaan listrik dan minyak dan gas bumi (migas).

Selanjutnya, Jonan tampil sebagai pembicara utama dalam forum Carita Politica, lembaga think tank internasional bidang lingkungan hidup yang dibentuk Vatikan.

Seminar yang digelar di Ruang Pio XI, Piazza San Calisto, Vatikan itu, dipandu oleh Prof Alfredo Luciani, pendiri dan Presiden Carita Politica.

Menurut Dubes Indonesia untuk Vatikan Antonius Agus Suryono, Jonan adalah orang pertama dari Indonesia yang tampil di Forum Carita Politica, lembaga yang berpengaruh atas kebijakan lingkungan di Eropa.

Termasuk isu minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO), batubara, perubahan iklim dan lainnya. Didampingi Dubes Sriyono dan Direktur Bioenergi Kementerian ESDM Andriah Feby Misna, Jonan tampil sebagai pembicara dengan topik: “Fueling the Nation by Sustainable Renewable Energy”.

Dalam paparannya, Jonan menjelaskan kebijakan dan komitmen pemerintah Indonesia untuk menerapkan green energy.

Salah satunya, upaya Indonesia untuk menggenjot penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) serta berkelanjutan adalah dengan menerapkan teknologi energi B20.

“Kami sudah mulai menerapkan penggunaan energi B20. Pertanyaannya ke depan, apakah Indonesia akan menggunakan energi B30 atau lebih di masa mendatang, untuk menekan polusi dan menghemat devisa valuta asing,” katanya.

Jonan menjelaskan, Indonesia juga menggunakan CPO untuk memproduksi listrik. “Besok pagi (Kamis), saya akan pergi ke Napoli untuk melihat power plant (pembangkit listrik) yang 100 persen dijalankan dengan CPO,” jelasnya.

Jonan menegaskan, komitmen pemerintah Indonesia untk meningkatkan penggunaan biodiesel, yang dikenal sebagai energi ramah lingkungan, yang diolah dari CPO.

Sebagai informasi, pemerintah Indonesia sudah memulai penggunaan biodiesel sebagai campuran dalam solar sebanyak 5 persen (B5) dari tahun 2010.

Nah, sejak Januari 2016, penggunaan biodiesel sebagai campuran solar sudah mencapai 20 persen (B20).

Untuk itu, pada September 2018, pemerintah membuat kebijakan untuk meningkatkan penggunaan B20 secara masif dan tidak terbatas pada Public Service Obligation (PSO) saja.

“Penggunaan biodiesel ini selain untuk mengurangi bahan bakar diesel impor, juga guna menjaga defisit transaksi berjalan, menghemat biaya valuta asing, serta meningkatkan konsumsi biodiesel domestik,” urai Menteri Jonan.

Pada kesempatan itu, Jonan juga menjelaskan tentang rencana pemerintah Indonesia untuk menerapkan kebijakan mobil listrik.

“Pasar otomotif Indonesia sudah sekian lama didominasi oleh produk Jepang. Dan kami akan segera beralih menggunakan mobil listrik secepatnya. Ini juga penting untuk mengurangi polusi,” ujar Jonan.

Usai menyampaikan presentasi, Jonan memutarkan video mengenai bagaimana upaya pemerintah Indonesia di bawah pimpinan Presiden Jokowi, menerapkan kebijakan energi berkeadilan lewat program BBM satu harga, program elektrifikasi dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas sampai Pulau Rote. Para hadirin, terutama yang berasal dari Italia, tampak serius menonton video yang diputar Jonan.

“Lewat forum ini, kita minimal bisa membaca pandangan para pembicara dari Eropa tentang dasar moralitas terhadap kebijakan lingkungan. Apalagi tekanan terhadap CPO Indonesia juga datang dari pandangan-pandangan di Carta Politica dan mungkin berikutnya mengenai isu batubara,” kata mantan Menteri Perhubungan itu.

Sementara, Ketua Umum Asosiasi Biofuel Indonesia (APROBI) MP Tumanggor, yang ikut dalam dalam delegasi kunjungan ini, mengaku senang dan puas dengan pemaparan Menteri Jonan.

“Paparan Pak Menteri tadi sangat bagus. Ini namanya diplomasi sawit. Setelah mendengarkan paran Pak Menteri Jonan di Carita Politica yang cukup disegani dan berpengaruh di Uni Eropa, kami dari Jajaran Pengurus APROBI mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, atas dukungan penuh Bapak Menteri terhadap Sawit Indonesia. Kiranya, melalui upaya Bapak Jonan ini, industri sawit Indonesia bertambah maju,” kata Tumanggor.

Tumanggor mengatakan, dia sangat mengapresiasi paparan Menteri Jonan terhadap sawit Indonesia mengenai pengembangan biodiesel. Khususnya, rencana PT PLN (Persero) untuk menggunakan CPO.

“Dengan adanya kebijakan beliau, tentunya akan dapat menyerap CPO cukup besar. Beliau juga tadi memaparkan rencana menerapkan B30 pada 2020 mendatang. Kami sebenarnya menginginkan April 2019,” harap Tumanggor.

Selain Jonan, pembicara lain yang tampil dalam diskusi itu antara lain Kepala Kantor Vatikan Kardinal Don Attilio Riva, Presiden BNL- BNP Paribas Group Prof Luigi Abete dan CEO Terna Dr Luigi Ferraris.

Tampil sebagai pembicara terakhir, Menteri Luar Negeri Vatikan Kardinal Pietro Parolin. Sebagai penutup diskusi, Dubes Agus Sriyono mengucapkan terima kasih atas digelarnya forum dialog ini.

“Indonesia adalah negara yang besar dengan multi-etnis, budaya dan agama. Kami sangat senang bisa berdialog dan bertukar pandangan dalam forum ini. Karena tanpa dialog, sulit buat kita untuk menyatukan pandangan dan persepsi yang berbeda atas beragam isu,” ujar Dubes Sriyono mengutip situs Rakyat-merdeka.co.id.

Tanggapan Presiden Jokowi

Presiden Joko Widodo meminta industri otomotif mendukung penerapan kebijakan yang mewajibkan campuran 20% bahan bakar nabati (biodiesel) dalam solar alias Program B20.

Dia menilai kebijakan ini akan mampu mengerek harga minyak kelapa sawit (CPO) sebesar US$ 100 per ton menjadi sekitar US$ 700 per ton tahun ini

Selain bisa memperbaiki harga sawit, Jokowi juga memperkirakan kebijakan mandatori biodiesel 20% dapat menghemat devisa hingga US$ 5,9 miliar per tahun.

Penghematan penting dilakukan saat ini, di tengah defisit neraca pembayaran yang terus membesar dan nilai tukar rupiah yang sedang tertekan.

Inilah yang menjadi beberapa alasan pemerintah akan lebih serius dan tegas dalam menjalankan Program B20 saat ini.

"Sehingga kami konsentrasi menerapkan kebijakan ini," kata Jokowi di hadapan para pengusaha otomotif beberapa waktu lalu.

Jokowi meyakinkan pelaku usaha, bahwa jajaran kabinetnya akan memastikan program ini berjalan. Pemerintah pun memperluas cakupan kebijakan ini untuk semua mesin diesel.

Indonesia merupakan produsen kelapa sawit terbesar di dunia.

Dengan produksi yang melimpah, Indonesia seharusnya bisa memanfaatkan komoditas tersebut di dalam negeri. Salah satunya sebagai pengganti bahan bakar minyak yang selama ini diimpor dari luar negeri. 

"Masa kita punya sawit, tapi tidak bisa menyelesaikan ini (defisit transaksi berjalan)," katanya.

Dia memberi contoh negara lain seperti Brazil.

Sejak 1970, negara ini telah berhasil memberlakukan kebijakan bioetanol dari tebu.

Pada kesempatan yang sama, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan kebijakan biodiesel akan membuat permintaan sawit meningkat, sehingga harganya pun naik.

Saat ini harga sawit mencapai US$ 530 per ton. "Akhir tahun akan meningkat hampir dekati US$ 700 per ton," ujarnya. (*)

Sumber artikel ini diolah dari Kompas.com/Tribunnews.com/Rakyat-merdeka.co.id/Katadata.co.id.

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved