Bos Lion Air Rusdi Kirana Dikabarkan Marah pada Boeing, Pembelian 22 Miliar Dollar Terancam Batal

Pendiri Lion Air Indonesia Rusdi Kirana diketahui marah dan menganggap Boeing mengalihkan perhatian publik.

EPA
Rusdi Kirana, pendiri Lion Air, diminta berdiri oleh keluarga korban jatuhnya pesawat Lion Air JT 610 pada Senin (5/11/2018) 

Sebelumnya, salah satu pesaing Lion Air di Asia Tenggara, yakni Air Asia dan Airbus juga sempat memanas setelah pesawat A320 hilang pada tahun 2014 lalu.

Walalupun Air Asia masih terus melakukan pemesanan, tetapi hubungan kedua perusahaan itu tidak pernah sepenuhnya pulih, dan akhirnya maskapai penerbangan asal Malayasia tersebut memilih melakukan pembelian pesawat widebody 787 dari Boeing. 

PT Lion Mentari Airlines ( Lion Air) hingga tahun 2035 telah memesan 218 pesawat pabrikan Boeing yang akan dikirimkan dari Seattle, Amerika Serikat.

Adapun hingga tahun ini terhitung ada 11 pesawat jenis Boeing 737-MAX yang  masuk ke Indonesia, termasuk satu pesawat yang jatuh pada 29 Oktober lalu di perairan Tanjung Karawang.

Pesawat Boeing 737 MAX 8 yang lebih dulu dioperasikan Lion di Thailand. Model inilah yang jatuh di perairan Tanjung, Karawang, Senin (29/10/2018) pagi.
Pesawat Boeing 737 MAX 8 yang lebih dulu dioperasikan Lion di Thailand. Model inilah yang jatuh di perairan Tanjung, Karawang, Senin (29/10/2018) pagi. (lion)

Direktur Eksekutif Lion Air Daniel Putut Kuncoro mengatakan, nasib ratusan pesawat lain saat ini masih dikaji ulang. Pihaknya masih akan memastikan kembali masalah apa yang menyebabkan kecelakaan tersebut dari sisi pabrikan.

Akhir bulan ini, menurut dia, pihaknya akan terbang ke Seattle, Amerika Serikat, untuk membahas hal ini bersama dengan Boeing.

"Kami akan berangkat ke Boeing. Kami harus ketemu dengan mereka dulu masalahnya apa. Kami harus pastikan. Kami akan diskusikan dengan manajemen Boeing," ujar Daniel ketika ditemui awak media di Gedung DPR selepas rapat kerja dengan Komisi V DPR RI, Kamis (22/11/2018).

Hingga saat ini, rencana kedatangan pesawat masih sesuai dengan jadwal. Namun, ada berbagai pertimbangan yang memungkinkan pengiriman pesawat dijadwalkan ulang.

Gedung perakitan Boeing di Amerika Serikat.
Gedung perakitan Boeing di Amerika Serikat. (Wikipedia.com)

"Semua masih on schedule, tapi kami akan diskusi dulu. Apakah memang perlu di-reschedule atau bagaimana," sebut dia.

Pihaknya juga ingin memastikan kepada produsen pesawat mengenai keselamatan penerbangan dengan produk pesawat yang sama di masa yang akan datang.

"Saya perlu jaminan pabrikan pesawat bahwa kejadian ini nggak akan terulang kembali," ujar Daniel. (Kompas.com)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved