Gordang Sambilan Jati Diri Budaya Masyarakat Mandailing, Ini Keistimewaannya

Masih ada istana, peninggalan sejarah, Benteng Portugis hingga Meriam Rafles. Satu yang paling unik adalah Gordang Sambilan

Penulis: Tulus IT |
TRIBUN MEDAN/NANDA RIZKA NASUTION
Lembaga Kesenian Mandailing saat memainkan Gordang Sambilan beberapa waktu lalu. 

Alat ritual terbuat dari tanah yang telah dilubangi dan dititup papan. Kemudian, diatasnya terdapat kayu dan senar dari rotan. Gordang ini digunakan ketika manusia Mandailing masih nomaden.

"Kemudian, kebudayaan berkembang dan muncul Gordang Bulu. Yaitu alat yang terbuat dari bambu. Dari tekniknya mulai bagus. Sudah punya stik khusus dan irama teratur. Nah, setelah itu baru muncul Gordang Sambilan," terangnya.

Bagi orang Mandailing sendiri, katanya, sehebat-hebatnya pesta, kalau tidak ada Gordang Sambilan, belum dikatakan hebat. Di Medan sediri ada delapan grup pemain Gordang yang hampir setiap Sabtu dan Minggu mengisi acara.

"Untuk memainkan Gordang ini pun ada ritualnya, baik sebelum dan sesudah. Ada disebut Paampe Gordang. Yaitu, pemberitahuan jika Gordang akan dimainkan agar jangan terkejut mendengar suaranya. Sekaligus pemberitahuan kepada tokoh adat dan para raja. Kalau pesta adat, harus memotong kerbau jantan. Kepala kerbau ditunjukkan di depan Gordang. Karena itu, tidak sembarang orang yang bisa memainkan," jelasnya.

Gordang ini pun, harus dibuat dari kayu khusus yaitu kayu Ingul atau surian yang susah didapatkan dan harganya sangat mahal. Kayu surian yang dipakai juga kayu yang telah berumur 30 tahun.

"Kalau dibuat dengan jenis yang lain, tidak seindah ini. Ada yang mencoba batang aren, tetapi tidak seindah dan semerdu surian. Membuatnya pun manual dan mahal. Satu perangkat bisa mencapai Rp 50 Juta," jelas Bakhsan.

Sekarang, Gordang Sambilan tidak hanya diperuntukkan untuk orang Mandailing. masyarakat etnik lain juga terkadang menggunakan Gordang ini untuk acara penyambutan.tentu tidak terlepas karena hingar bingar musik Gordang yang wah dan suaranya membahana. Berbagai etnik etnis mana saja sudah menggunakannya.

"Gordang Sambilan ini menjadi aset Sumatera Utara. Sudah hampir seluruh negara di dunia yang memainkannya," terangnya.

Peran Anak Muda

Koordinator Adat, Seni, Budaya Himpunan Keluarga Besar Mandailing Sumut Drs Muhammad Bakhsan Parinduri (JASINALOAN) mengungkapkan jika Gordang Sambilan saat ini pastinya membutuhkan peran serta anak muda untuk melestarikan.

"Saya ada mengajar beberapa murid di Universitas Sumatera Utara. Di Medan, paling enggak 40 sampai 50 orang yang memang kerjanya hanya sebagai pemain Gordang. Di Mandailing, pemain Gordang adalah profesi yang sakral dan membanggakan," jelasnya.

Bakhsan juga menuturkan, bahkan teman-temannya ada yang melatih sampai ke Malaysia. Gordang Sambilan saat ini hampir ada di semua provinsi karena persebaran orang Mandailing.

"Tentunya kita ingin membudayakan ini ke geneasi muda. Kalau bisa menjadi satu muatan lokal sekolah di Mandailing Natal. Karena ini jati diri. Sekarang di sana, dari dana desa, setiap kampung di Madina hampir memiliki Gordang Sambilan," terangnya.

(cr17/tribun-medan.com)

Sumber: Tribun Medan
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved