Gajah Mulai Beradaptasi dengan Alam, Melahirkan Anak-anak Tanpa Gading, Melawan Perburuan Liar
Gajah mulai beradaptasi dengan lingkungan yang melahirkan anak-anak tanpa gading.
TRIBUN-MEDAN.COM - Seiring perjalanan waktu, banyak hewan telah beradaptasi dengan lingkungannya untuk menghindari bahaya dan predator alami.
Namun, tak hanya itu saja.
Sekarang, hewan juga harus berurusan dengan bahaya lainnya, yakni perburuan oleh manusia.
Salah satunya hewan tersebut adalah gajah.
Gajah adalah salah satu yang sangat terancam oleh pemburu liar.
Demi merebut gadingnya, para pemburu dengan keji menembaki gajah sehingga sangat kecil peluang bagi mereka untuk mempertahankan diri atau melarikan diri.
Gading sendiri dipercaya memiliki kekuatan untuk menyembuhkan dari banyak penyakit, meningkatkan kejantanan, kekuatan, dan kesuburan.
Gading akan ditumbuk dan kemudian diminum.
Terlepas tidak adanya dasar ilmiah untuk kepercayaan tersebut, gading gajah masih diperdagangkan di Afrika dan Asia.
China adalah salah satu negara yang masih mencari gading dan kadang nilainya lebih mahal dibandingkan dengan emas.
Namun, alam punya cara tersendiri untuk melawan perburuan liar.
Gajah mulai beradaptasi dengan melahirkan anak-anak tanpa gading.
Temuan ini berdasarkan pada penelitian di Taman Nasional Gorongosa, Mozambik yang dipublikasikan di National Geographic.
Para peneliti mengamati perubahan ini dan berlomba untuk memahami genetika gajah yang lahir tanpa gading berserta sifatnya.
Saat ini, hampir sepertiga dari populasi gajah betina di Mozambik tidak memiliki gading.
Padahal sebelumnya hanya ada antara 2-4 persen dari populasi gajah betina yang tidak memiliki gading.
Ini adalah bukti nyata dari tekanan perburuan dan bagaimana hal tersebut dapat mempengaruhi populasi yang mengarah pada adaptasi evolusi yang luar biasa.
Pakar perilaku gajah dan penjelajah National Geographic, Joyce Poole, menjelaskan bahwa perburuan memiliki pengaruh yang jelas pada gajah.
Tidak hanya dalam hal populasi, tetapi juga evolusi.
Perburuan telah memberi keuntungan pada gajah yang tidak memiliki gading.
Sebab, pemburu fokus pada gajah dengan gading serta menyisakan yang tidak.
Cara Gajah Mengambil dan Makan Sereal yang Sangat Kecil
Gajah menggunakan belalainya untuk mencium, menyentuh, dan terkadang melukis sesuatu yang indah. Namun, bisakah belalai gajah digunakan untuk mengambil sereal dan memakannya?
Para ahli dari Institut Teknologi Georgia mencari tahu hal itu karena mereka ingin mengetahui bagaimana belalai gajah menangani benda yang sangat kecil.
Dengan memahami mekanisme belalai yang canggih, para ahli berpikir hal itu bisa menginspirasi perkembangan robot di masa depan, terutama dalam hal menggenggam dan memindahkan benda seperti pasir dan kerikil.
Semua itu akhirnya dijawab ahli dalam makalah yang terbit di jurnal The Royal Society Interface, setelah mereka meneliti gajah Afrika bernama Kelly selama beberapa minggu.
Kelly yang hidup di Kebun Binatang Atlanta diberi sekantung sereal gandung.
Tim juga memberi wortel dan umbi-umbian bernama rutabaga yang terlah dipotong dengan berbagai ukuran.
Selama lebih dari 24 kali percobaan, tim memberikan makanan yang berbeda untuk kali.
Hingga akhirnya, mereka memberi makan Kelly setumpuk sereal dan sayuran yang disajikan dalam piring berbeda.
Hal ini bertujuan untuk mengukur kekuatan belalai Kelly saat mengambil kudapannya.
Seperti dilansir Live Science, Kamis (13/12/2018), saat mengambil sayuran yang berukuran agak besar, Kelly akan membungkus makanan tersebut dengan ujung belalai, mengambil makanan itu, lalu memasukkannya ke mulut.
Namun, Kelly tidak menggunakan cara itu saat mengambil kudapan yang ukurannya lebih kecil seperti sereal.
Saat makan sereal, Kelly terlebih dahulu menghancurkannya hinga benar-benar remuk.
Kemudian ia menekuk ujung belalai seperti cubitan yang kemudian digunakan untuk mengambil serial yang sudah dihancurkan tadi.

Menurut ahli, proses penjepitan yang dilakukan Kelly saat makan serial butuh lebih banyak energi, yakni sekitar 40 newton.
Sementara untuk makan sayuran yang ukurannya lebih besar, tenaga yang dikeluarkan hanya 10 newton.
Ini artinya, belalai gajah ternyata lebih multifungsi dibanding yang diketahui ilmuwan sebelumnya.
Menurut peneliti Georgia Tech, temuan ini sangat penting karena gajah dikenal sebagai pemakan besar yang sanggup mengonsumsi sekitar 200 kilogram tanaman setiap hari. (*)