Kota Medan Terkotor di Indonesia, Ini Kata Pengamat Lingkungan Jaya Arjuna
"Kita itu ada 26 daerah yang diuji, dan Medan ada pada peringkat terbawah sebagai terkotor," ujarnya.
Penulis: Satia |
Laporan Wartawan Tribun Medan/Satia
TRIBUN MEDAN.COM, MEDAN - Pengamat Lingkungan Jaya Arjuna menanggapi predikat Kota Medan sebagai kota terkotor di Indonesia.
Ia menilai Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota tidak becus dalam menjalankan tugas, di mana membuat daerahnya bersih dari sampah.
Jaya Arjuna bahkan menyampaikan, bahwa Kota Medan sebenarnya masuk dalam kategori tempat tidak layak huni, karena keadaan sampahnya yang terlalu banyak kemudian tidakketidaksediaan tempat pembuangan akhir.
"Medan sudah lima tahun yang lalu berada pada peringkat terbawah. Kota
Medan sendiri tidak pernah dinilai Adipura ya. Di dalam Adipura itu tidak ada penilaian kota terkotor, tetapi menilai kotak layak huni, dan Medan sendiri bisa dikatakan kota tidak layak huni," katanya, melalui sambungan telepon genggam, Kamis (17/1/2018).
Dirinya menyampaikan, bahwa dalam penilaian Adipura (penghargaan kota terbersih) itu tidak menilai kota terkotor, namun apakah tempat tersebut layak huni atau tidak.
Untuk seluruh Indonesia, Jaya Arjuna mengatakan, bahwa ada 26 daerah yang masuk dalam kota terkotor, namun Kota Medan atau Sumatera Utara masuk dalam urutan tercorot (akhir).
"Kita itu ada 26 daerah yang diuji, dan Medan ada pada peringkat terbawah sebagai terkotor," ujarnya.
Jumlah sampah setiap harinya, Jaya Arjuna menyebutkan, untuk Kota Medan sendiri, sebanyak 75 persen tidak terangkut tiap harinya.
"Sebenarnya Medan ini, aku sudah melakukan penelitian terhadap sampah di kota Medan, 75 persen sampah di kota Medan itu sudah tidak bisa terangkut setiap harinya," katanya.
Sampah yang tidak terangkut tersebut, Jaya Arjuna mengatakan, mengakibatkan banjir pada sejumlah tempat, karena belum diangkat dan berserekan di jalanan hingga dalam parit tiap sudut kota.
"Dan yang tidak terangkut itu makanya tersebar dan berserakan di jalan. Bahkan lebih parahnya di parit makanya sering terjadi banjir," katanya.
Dengan jumlah sampah yang banyak, Jaya Arjuna mengucapakan, bahwa bisa dipergunakan sebagai sumber energi baru, tetapi pemerintahnya sendiri yang enggan mencanangkan aturan tersebut. Bahkan, dirinya mengatakan, sempat adanya investor asing yang ingin mengelola sampah di Kota Medan, namun diabaikan.
"Sebenarnya untuk Medan dengan sampah yang ada, bisa dipergunakan untuk kebutuhan energi. Dulu sudah ada yang menawarkan dari Australi untuk mengolah sampah menjadi sumber energi" ucapnya.
Menurutnya, sempat terjadinya kerjasama antar pemerintah dengan investor dari luar negeri, tetapi ia menganggap bahwa Pemko Medan tidak serius. Padahal, untuk anggarannya sendiri dikucurkan oleh investor, pemerintah hanya menerima itikad baik, karena mengurangi masalah sampah.
"Tapi apa, pemerintah kota Medan tidak serius dalam menangani permalasahan sampah ini, kalau hanya sekedar MoU itu tidak laku. Biayanya juga bukan kita yang keluarkan itu, biasanya dari investor yang akan membiayakan," ucapnya.
Pria ini mengatakan, bahwa pemerintah Kota Medan sendiri pernah melakukan kunjungan kerja hingga keluar negeri, tetapi hasil yang dibawah dari sana itu, menurutnya tidak ada.
"Percuma saja, di pemerintahan kota Medan dan provinsi tidak ada yang mengerti penanganan masalah sampah ini. kota Medan ini luar biasa, padahal mereka sudah mengunjungi Korea Selatan dan daerah lain tapi apa percuma saja,"katanya.
Pemberian predikat kota Medan terkotor di Indonesia, menurutnya karena tidak adanya tempat penampung sementara sampah tersebut.
"tempat sampah saja tidak ada. Kalau tempat sampah tersedia, baru bisa bilang siapa yang buang sama tangkap, jangan asal tangkap saja kalau tempat sampah tidak disediakan," ucapnya.
Pemberlakuan peraturan bahwa setiap orang yang buang sampah sembarang akan ditangkap, menurut Jaya Arjuna, itu adalah perbuatan yang konyol, lantaran tempat untuk membuang sampah saja tidak tersedia.
"Kenapa orang buang sampah sembarangan, karena tidak ada tempat sampah yang disediakan di area dekat rumahnya," katanya.
Kota Medan ini paling bebal, katanya, padahal, program pembersihan kota sudah ada tinggal diteruskan saja itu namun tidak teralisasikan. Pemerintah kota Medan sudah mengabaikan keindahan tata struktur.
Faktor utama banjir yang diakibatkan masalah sampah teknologi, karena tidak bisa terbuai dengan proses alam. Jaya Arjuna sudah bertahun-tahun menjadi tim penilai pada penghargaan Adipura, di antara seluruh daerah, Kota Medan paling parah.
"Saat ini sampah teknologi dan tidak bisa terbuai. Saya juga sudah bertahun-tahun menjadi tim Adipura, bahkan sampai ke luar Sumut,cuman Medan yang paling parah untuk masalah sampah. Bahkan adapun kota jorok di Jawa misalnya, tetapi Medan yang paling kotor. Memang Medan pernah pernah dapat Adipura tapi pasar terbersih di Indonesia," katanya.
Gubernur Sumatera Utara, Edy Rahmayadi saat diwawancarai mengenai pemberian predikat kota terkotor di Indonesia oleh Menteri Lingkungan hidup, mengatakan, bahwa akan manggil seluruh kepala daerah.
"Kita akan panggil seluruh Buapti dan Wali Kota," katanya.
Tetapi, jaya Arjuna menyampaikan, percuma saja lantaran tidak didukung oleh alat teknologi untuk mengatasi permasalahan sampah.
"Jadi kalau pak Edy mengumpulkan orang kalau tidak di dukung oleh teknologi percuma saja. Pemko sendiri bukan tidak ada uang untuk membeli teknologi," katanya.
(Cr19/Tribun-Medan.com)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/medan/foto/bank/originals/jaya_arjuna_20160118_130141.jpg)