Penambang Semakin Sulit Dapatkan Bijih Emas di Sungai Batal Natal: Sehari Paling Banyak Rp 100 Ribu
N merupakan satu di antara ratusan warga Mandailing Natal yang melakoni pekerjaan sebagai penambang emas di Sungai Batang Natal, Mandailing Natal.
Penulis: Tulus IT |
Menurut Nasution, penambangan emas di Sungai Batang Natal sudah ada sejak dulu. Namun, puncaknya terjadi sekitar dua atau tiga tahun lalu.
"Saya cuma dua kali ikut menambang. Tapi saat itu memang lagi banyak-banyaknya. Sehari kadang kami bergaji Rp 1 juta sampai Rp 2 juta. Bayangkan saja sehari bisa dapat puluhan gram emas," katanya.
Nasution menambahkan, mendulang emas di Sungai Batang Natal seperti 'mencari suatu yang tidak terlihat'. Artinya, faktor keberuntungan sangat berpengaruh.
"Ada enak dan ada tidak enaknya. Namanya juga mencari yang tidak tampak. Kadang dapat banyak, kadang tidak dapat. Ada yang tambangnya besar, dapat cuma sedikit. Ada yang cuma pakai dompeng kecil, dapatnya banyak," katanya.
Tak jauh dari Simpang Gambir, tepatnya di Desa Rantobi, Kecamatan Batang Natal, terlihat aktivitas penambangan emas yang jauh lebih besar. Titik penambangan emas di lokasi ini disebut-sebut sedang naik daun. Sebab, beberapa waktu terakhir para penambang di sini memeroleh hasil yang memuaskan.
Sama seperti N, para penambang di sini juga mendulang emas di aliran Sungai Batang Natal. Bedanya, di sini ada puluhan orang. Sedangkan N hanya melakukannya sendiri. Jumlah mesin dompeng di lokasi tersebut pun lebih banyak. Terlihat ada empat unit. Selain lelaki dewasa, juga terlihat remaja dan seorang perempuan. Aktivitas pertambangan di lokasi ini terlihat menyebabkan lubang-lubang di pantai sungai.
Seorang pedagang warung asongan di sekitar lokasi mengatakan, dulunya tambang-tambang itu merupakan lokasi Galian C. Namun karena terdapat ketidaksepakatan, warga demo dan melarang aktivitas itu dilanjutkan. Setelah heboh soal emas, lokasi Galian C itu akhirnya dimanfaatkan warga setempat menjadi tambang emas.
"Dulu itu Galian C. Tapi karena taukenya tidak menepati janji memberi lima persen untuk masjid, warga demo," ujar lelaki paruh baya ini mengunakan bahasa Suku Mandailing.
Warga tersebut kemudian mengatakan bahwa penambangan emas di lokasi itu dilakukan oleh warga setempat. Untuk satu lobang, terdapat 10 hingga 15 orang.
Mereka menggunakan sistem bagi hasil. Para penambang biasanya memeroleh 70 persen, sedangkan pemilik mesin dompeng 30 persen. Namun, ia tidak menyebut pemilik mesin yang ia maksud. Termasuk indikasinya adanya oknum seperti pengusaha luar daerah yang memodali mereka.
"Tergantung hasilnya berapa. Kalau hasilnya (emas) banyak, ya dapat mereka besar," katanya.
Kemasyhuran Mandailing sebagai surga emas tidak dapat dipungkiri. Bahkan, kesohoran daerah tersebut diduga sudah menyebar sejak zaman Kerajaan Majapahit berkuasa di Nusantara.
Hal ini terindikasi dari peninggalan candi di Simangambat, Mandailing Natal. Konon, Gajah Mada sangat berambisi untuk mendatangi daerah ini. Lebih dari itu, Mandailing bahkan tertulis dalam naskah kuno Jawa Tahun 1364, Negarakertagama. Pada naskah tersebut, Mandailing ditulis dengan ejaan Mandahiling.
"Sejarah penambangan emas kuno di Mandailing belum diteliti. Tapi kompleks percandian yang ada di kawasan itu berdiri karena bagian dari dan indikasi untuk mendapatkan emas," kata sejarawan sekaligus Ketua Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-Ilmu Sosial UNIMED Prof Ichwan Azhari.
Aktivitas penambangan emas di Sungai Batang Natal tidak hanya terdapat di dua titik lokasi. Amatan Tribun Medan, terdapat puluhan titik tambang emas mulai dari Kecamatan Batang Natal hingga Lingga Bayu. Kategorinya pun bervariasi. Ada yang dikerjakan puluhan orang, ada yang hanya melakukannya sendirian.