Buwas Angkat Bicara soal Prabowo Ungkit Polemik Impor Beras Dirinya dengan Mendag di Debat Capres

Buwas Angkat Bicara soal Prabowo Ungkit Polemik Impor Beras Dirinya dengan Mendag di Debat Capres

Editor: Tariden Turnip
Kompas.com/Mutia Fauzia
Direktur Utama Perusahaan Umum Badan Usaha Logistik (Perum Bulog) Budi Waseso di Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) Jakarta, Selasa (22/1/2019). 

TRIBUN-MEDAN.COM - Perbedaan pandangan antara Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso dengan Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengenai impor beras menjadi 'peluru' bagi calon presiden nomor urut 01 Prabowo Subianto dalam debat capres pertama, 18 Januari 2019 lalu.

Buwas, sapaan Budi, merespons hal tersebut ketika berjumpa dengan wartawan di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Kamis (24/1/2019) sore.

Buwas menegaskan, perbedaan pandangan di dalam pemerintahan merupakan hal yang wajar.

Bagi dia, yang terpenting adalah, ketika pimpinan sudah memutuskan, maka anak buah harus menghilangkan perbedaan dan melaksanakan keputusan tersebut.

"Itu (perbedaan pandangan) kan wajar-wajar saja. Tapi yang terpenting, persoalan itu selesai dengan Presiden memutuskan pada akhirnya enggak impor, ya sudah, selesai," ujar mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri tersebut.

"Namanya kita kan demokrasi. Demokrasi ya enggak usah menjadi masalah sebenarnya. Asalkan ya demi kepentingan bangsa dan negara," lanjut dia.

Baca: Komisioner KPU: Pidato Kebangsaan Prabowo Sandi Kampanye, Kampanye Terselubung Jokowi tak Terbukti

Meski demikian, Buwas juga tidak mempersoalkan apabila dinamika di internal kabinet dijadikan 'peluru' bagi oposisi untuk menyerang Presiden yang sedang mencalonkan diri kembali dalam Pemilu mendatang.

Buwas berpendapat, dalam sebuah format debat, hal seperti itu lumrah.

"Ya dipersoalkan (oleh Prabowo) juga enggak ada masalah. Itu boleh-boleh saja. Dalam debat, boleh-boleh saja. Kalau mencari-cari (kesalahan) enggak ada larangan. Tapi sekali lagi, yang penting, persoalan itu selesai," ujar Buwas.

Diangkatnya perbedaan pandangan internal kabinet ke ranah politik menjadi pengalaman berharga bagi Buwas.

Ke depan, ia pun berkomitmen untuk menjaga koordinasi dan komunikasi agar apapun perbedaan pandangan yang terjadi, tidak menimbulkan kegaduhan di publik.

"Kita belajar dari pengalaman. Kalau komunikasi kita baik, terus kita sudah berkoordinasi dengan baik, kan tidak mungkin terjadi seperti itu. Missed bisa terjadi kapan saja. Tapi missed itu bukan berarti menjadi pertentangan seterusnya, rusak, enggak dong. Itu justru untuk penyelesaian, buktinya sekarang kan sudah selesai," ujar Buwas.

Dalam debat pertama yang digelar di Gedung Bidakara, Jakarta, 17 Januari 2019 lalu, Prabowo memang bertanya kepada Jokowi mengenai pejabat yang memiliki konflik kepentingan.

Prabowo mencontohkan beda suara antara Buwas dengan Enggartiasto Lukita soal impor beras.

"Yang membingungkan kami adalah bahwa di antara menteri-menteri Bapak berseberangan. Ada (yang) katakan persediaan beras cukup, tapi ada lagi yang impor beras. Ini bikin bingung. Gimana pejabat yang Bapak angkat termasuk Bulog, Pak Buwas, cukup, tapi Mendag izinkan impor komoditas pangan," kata Prabowo.

Jokowi menjawab, pada dasarnya perbedaan pandangan di dalam internal kabinet merupakan hal yang lumrah.

Namun yang terpenting, apabila sudah ada keputusan mengenai itu, maka seluruhnya harus mematuhinya.

"Kalau ada perbedaan seperti itu dinamika, di rapat-rapat, menteri saling debat, saya persilakan. Ada yang mau impor, ada yang tidak, tapi kalau sudah diputuskan, harus dijalankan," ujar Jokowi.

Ekspor beras

Teranyar, Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso mengatakan, stok beras di Tanah Air sangat cukup, bahkan berlebih.

Saat panen raya, Februari hingga Mei 2019, Bulog akan menyerap beras 1,8 juta ton.

Sementara hingga saat ini masih ada stok beras di gudang Bulog sebanyak 2,1 juta ton. 

Di sisi lain, kapasitas gudang Bulog maksimal hanya mencapai 3,6 juta ton.

Oleh karena itu, terdapat potensi kelebihan kapasitas sekitar 300 ribu ton saat panen raya.

Oleh karena itu, Bulog berencana melakukan ekspor.

"Jadi produksi (beras dari petani) bukan untuk disimpan, tapi untuk dijual ke negara lain," ujar dia.

Buwas mengatakan, kualitas beras Indonesia tidak kalah dibanding dengan negara lain. Maka dari itu, Indonesia percaya diri untuk mengekspor berasnya.

"Saya kira beras kita bisa (bersaing dengan produk beras di luar negeri). Beberapa wilayah di kita itu menghadilkan beras berkualitas kok," ujar Budi saat dijumpai di Kompleks Istana Presiden, Jakarta, Kamis (24/1/2019).

Rencana ekspor beras ini sendiri, lanjut Buwas, sapaan Budi, akan dilaksanakan dalam waktu dekat.

Beberapa negara sudah bersedia menjadi tempat berlabuh beras-beras petani Indonesia.

Namun, Buwas enggak menyebutkan negara mana saja yang dimaksud.

"Ada lah negara yang sudah kami hubungi. Respons mereka bagus," ujar mantan Kepala Bareskrim Polri itu.

Buwas juga telah mengkoordinasikan rencana ekspor tersebut dengan Kementerian Perdagangan dan Kementerian Luar Negeri.

Ketika ditanya mengenai berapa volume ekspor beras yang direncanakan, Buwas juga belum dapat memastikannya.

Berapa jumlah beras yang akan diekspor baru dapat diketahui jika produksi beras nasional sudah dalam tahap puncak.

"Tinggal dilihat perkembangan hasil (produksi beras nasional). Serapannya (dalam negeri) berapa, kelebihannya berapa dan itu yang akan diekspor berapa," ujar Buwas.

Impor 30 ton jagung 

Direktur Utama Perum Bulog Budi Waseso memastikan, importasi 30.000 ton jagung dari Amerika Latin direalisasikan dalam waktu dekat.

Namun, ia juga memastikan bahwa impor tidak akan mengganggu produksi jagung petani di Indonesia yang akan panen pada Februari hingga Maret 2019 mendatang.

Agar tidak mengganggu produksi petani jagung Indonesia, Bulog bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) untuk memetakan daerah produsen jagung.

Bahkan, Presiden Joko Widodo sudah memerintahkan Bulog untuk menyerap jagung petani lokal pada masa panen.

"Kami sekarang sedang memetakan tempat-tempat yang akan panen jagung di mana saja. Nantinya, kami akan persiapkan penyerapannya juga, karena Bulog telah diperintahkan Presiden untuk juga mempersiapkan penyerapan jagung," ujar Budi).

Buwas mengaku, baru memantau satu wilayah tanam jagung, yakni di Garut, Jawa Barat.

Ketika ditanya soal berapa target penyerapan jagung petani lokal oleh Bulog, mantan Kepala Badan Reserse Kriminal Polri itu menegaskan, sebanyak-banyaknya.

Buwas tidak mempunyai data berapa produksi jagung pada masa panen mendatang.

"Umpamanya begini, Garut produksi sekian. Kebutuhan (di Garut) sendiri berapa banyak? Kalau di sana kelebihan, kita ambil untuk kemudian disuplai ke wilayah lain yang defisit. Begitu juga di daerah lain," ujar Buwas.

Meski demikian, Buwas juga menegaskan bahwa penyerapan jagung ini hanya akan dilakukan jika harga jagung rendah.

"Apabila harga turun maka kita yang akan menyerap, Bulog. Kalau harga bagus di tingkat petani, ya sudah biar saja toh (tidak diserap). Toh yang membutuhkan itu peternak ayam kan," ujar Buwas.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ini Kata Buwas soal Pernyataan Prabowo dalam Debat Pertama Pilpres..." 
Penulis : Fabian Januarius Kuwado

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved