Ini Isi Cerpen yang Bikin Gempar Kampus USU, Rektor Murka Angkat Tema LGBT
Rektor USU Prof Runtung Sitepu berhentikan semua Pengurus SUARA USU 2019. Pimum Suara USU yang dipecat rektor Yael Stefani Sinaga angkat bicara
TRIBUN-MEDAN.com - Rektor USU Prof Runtung Sitepu memberhentikan semua Pengurus SUARA USU 2019. Pemberhentian ini karena semua anggota sepakat tidak ada kesalahan yang ada pada cerpen ‘Ketika Semua Menolak Kehadiran Diriku di Dekatnya’ yang dimuat sebelumnya.
Pimpinan Umum Suara USU yang dipecat rektor Yael Stefani Sinaga angkat bicara. Ia tak menyangka cerpen tersebut tiba-tiba saja booming dan menimbulkan kontroversi dalam beberapa hari terakhir.
Bahkan se-antero Indonesia membicarakan cerita pendek (Cerpen) hasil karyanya yang penuh pro kontra.
Apalagi cerpen tersebut telah memutus karirnya di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM). Berakhir, setelah rektorat membubarkan kepengurusan Suara USU.
Para pengurus menganggap rektorat terlalu otoriter. Karena menerbitkan cerpen pro kontra tersebut.
Dimana cerpen itu dianggap para pengurus untuk menolak diskriminasi terhadap kaum minoritas. Khususnya Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender (LGBT).
Para pengurus Suara USU akhirnya dipanggil pihak rektorat pada Senin (26/3/2019) kemarin. Pada pertemuan itu, pengurus disidang karena dianggap telah berbuat salah.

Pertemuan dipimpin langsung Rektor USU Runtung Sitepu. Ada juga ahli bahasa dari Fakultas Ilmu Budaya (FIB) USU, pembina Suara USU dan jajaran rektorat.
"Mereka menanyakan kenapa cerpen itu bisa lolos. Setelah itu kami dimintai pendapat," kata Yael saat ditemui di salah satu Pendopo di USU, Selasa (26/3/2019).
"Kita ditanyai satu persatu, tapi selalu dipotong-potong jawaban kami. Karena kami tetap bersikukuh cerpen itu adalah sastra, isinya fiksi," sambungnya.
Yael menjelaskan pembahasan penting dalam pertemuan itu adalah redaksi cerpen yang dianggap mengandung unsur pornografi. Pengurus tetap tidak terima dan tetap bilang jika itu karya sastra.
Sementara itu pemecatan pengurus Suara USU dilakukan saat pertemuan di Ruang Senat Akademik Gedung Biro Rektor.
“Tidak ada satu pun dari kalian (pengurus SUARA USU —red) yang pantas dipertahankan,” ujar Runtung seperti yang dikutip dari Suarausu.co, Senin (25/3).
Prof Runtung mengatakan cerpen-cerpen tersebut tidak layak dimuat di bawah naungan USU. “Itu sangat tidak pantas. Masih banyak yang harus ditulis dan mendidik,” tegasnya.
Hasil dari pertemuan tersebut, Rektor USU memutuskan mencabut Surat Keputusan Kepengurusan SUARA USU 2019 dan melakukan rekrutmen untuk mengisi kekosongan.