Ada Uang 'Preman' Rp 250.000 Untuk Pasang Stand Booth di Merdeka Walk
Saban Minggu pagi, kawasan MerdekaWalk kerap menggelar kegiatan Car Free Day. Kegiatan positif seperti olahraga kerap dilakukan di sini
Penulis: Alija Magribi |
TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN - Saban Minggu pagi, kawasan Merdeka Walk kerap menggelar kegiatan Car Free Day (CFD).
Memanfaatkan CFD ini, umumnya masyarakat Kota Medan kerap menjadikan seputaran tanah lapang untuk kegiatan positif seperti olahraga, kumpul komunitas, pameran, dan adapula memanfaatkannya untuk memasarkan dagangan.
Ternyata, ada keluh kesah yang dihadapi para pedagang saat mendirikan stand booth-nya di Merdeka Walk. Sejumlah pedagang mengaku dikutip uang keamanan dan kebersihan oleh beberapa orang berperawakan preman.
Kepada Tribun Medan, salahseorang sales bernama Anugrah (27) yang sedang memasarkan produk milik perusahaannya mengaku dikutip 'uang preman' sebesar Rp 250.000 saat mendirikan stand booth nya pertama kali.
"Pas masuk kami diminta bayar Rp 250.000 terus selanjutnya, seperti kayak tadi ini, kami diminta Rp 30.000 per Minggu. Jadi tiap Minggu atau tiap meletakkan stand di sini kami mesti bayar Rp 30.000," keluhnya, Minggu (31/3/2019)
Sales produk kesehatan ini mengaku heran dengan adanya pengutipan uang tersebut. Menurutnya, MerdekaWalk adalah ruang terbuka publik, dan tak layak dijadikan ladang bisnis mafia.
Bahkan ironisnya, Anugrah mengatakan saat para preman di lokasi melakukan penagihan, tampak pula sejumlah pegawai Satuan Pamong Praja dan Dishub di lokasi berbeda.
"Kadang aku pun bingung. Preman preman ini ngutip selalu, setiap Minggu. Masa gak ada yang tahu. Pemko ataupun Polisi. Polsek di sini dekat. Kemudian setiap Minggu ada juga Satpol PP berjaga-jaga tapi seperti tutup mata, semuanya," tambahnya.
Bahkan dari penuturan Anugrah, tak jarang para preman melakukan aksi kasar terhadap stan booth para pedagang maupun komunitas.
Ia menceritakan bahwa preman di sana kerap menendang lapak dagangan, jika uang preman belum diberikan.
"Wah meresahkan kali lah. Kadang dagangan ibu-ibu ditendang sama orang itu (preman) kalau gak mau ngasih. Malah disuruh pindah keluar. Kasar lah," katanya.
Sebagai warga negara yang baik, Anugrah berharap jika memang ada iuran retribusi yang jelas, ia mengaku siap merogoh kocek untuk mendapatkan izin berjualan. "Kalau memang bayar, kami mau bayar kepada pemerintah untuk sekadar letakkan booth kayak gini. Tapi uangnya untuk negara, bukan ngasih makan preman," katanya.
Keterangan Anugrah pun ditimpali oleh seorang ibu pedagang roti. Ibu pedagang roti tersebut menjelaskan, selama ini, dirinya dikutip uang preman sebesar Rp 10.000 per Minggu.
"Dulu pas masuk, kalau yang kecil-kecil kayak kami dikutip Rp 100.000. kemudian per Minggu mesti bayar Rp 10.000. Terus kalau sudah kebal gak usah bayar lagi bulanan. Dikira per Minggu aja," ujar Wanita empat anak ini.
Ia menambahkan, rela merogoh kocek lantaran adanya potensi laku berjualan saat hari Minggu di MerdekaWalk.