Jiko dan Keluarga Diseruduk Kereta Api hingga Terseret 400 Meter, Begini Kekesalan Orang Tuanya
"Seharusnya untuk jalan sebesar itu apalagi sudah ramai penduduk, itu harusnya ada palang perlintasan kereta api," ucapnya.
TRIBUN-MEDAN.COM, MEDAN - Raut wajah sedih dan pandangan kosong menggambarkan situasi keluarga korban kecelakaan di perlintasan kereta api, Minggu (7/4/2019).
Robert, pria berkulit kuning langsat berambut putih ini sesekali menepuk jidatnya sembari mengucapkan 'Tuhan, Oale Tuhan' saat ditemui Tribun Medan di RS Bina Kasih, Lantai III, Ruang Cemara 6.
Robert yang mengaku sebagai orang tua kandung dari korban yang bernama Jiko (sopir) menuturkan keluh kesahnya terhadap perusahaan kereta api.
"Seharusnya untuk jalan sebesar itu apalagi sudah ramai penduduk, itu harusnya ada palang perlintasan kereta api," ucapnya.
Hendak ke Pakam
Sebelumnya peristiwa nahas dialami Jiko beserta keluarganya saat melintasi Jalan Stasiun Desa Lalang Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang, yang ditabrak kereta api.
Kejadian tersebut terjadi pada Minggu (7/4/2019) sekitar pukul 10.30 WIB.
Informasi yang berhasil dihimpun Tribun Medan, sebelum kejadian, Jiko bersama keluarganya, Yerika (istri), Julio (3 tahun enam bulan) dan Arif (adek Yerika) hendak pergi menuju Pakam.
Namun, saat hendak melewati rel kereta api mobil Toyota Avanza dengan nomor polisi BK 1534 QH ditabrak oleh kereta api tujuan Medan-Binjai.
Tidak tanggung-tanggung, mobil yang ditumpangi keluarga Jiko terseret hingga 400 meter.
Akibat peristiwa nahas yang dialami keluarga Jiko, para korban dirujuk di RS Bina Kasih.
"Sebelum Ke Pakam kami hendak ke Jalan Pardede," ungkap Jiko saat ditemui Tribun Medan di ruang Cemara 6 lantai III RS Bina Kasih, Jalan TB Simatupang Medan, Minggu (7/4/2019) sekitar pukul 15.00 WIB.
Namun nahas dialami keluarga Jiko, mobil yang ditumpanginya ditabrak kereta api tujuan Medan-Binjai sekitar 10.30 WIB.
Tidak tanggung-tanggung, mobil yang ditumpangi Jiko beserta keluarganya terseret sekitar 400 meter.
Jiko dan Yerika sudah berada di ruang perawatan Cemara 6 lantai III, yang sebelumnya berada di IGD RS Bina Kasih.
Namun kedua anggota keluarga Jiko yakni Julio dan Arif (adek Yerika) masih berada di ruang IGD RS Bina Kasih.
Pantauan Tribun Medan di ruang perawatan Jiko, tampak pihak keluarga memadati lokasi untuk melihat keadaan korban.
Saat ditemui, Jiko tidak ada mengingat apapun pasca kecelakaan yang dialaminya.
"Aku tidak ingat apa-apa setelah tabrakan itu. Saat aku sadar sudah berada di sini (rumah sakit). Bagian mata kiri ini buram, berbayang-bayang. Kepala ini sakit seperti ditusuk-tusuk," ungkap Jiko.
Sementara di tempat tidur sebelah Jiko dirawat, terdapat sang istri, namun dalam keadaan di tutup dengan kain.
Jeritan Yerika terdengar hingga ke luar ruangan Cemara 6.
'anak ku Julio. Anak ku Julio' ucapan Yerika, istri Jiko dari dalam ruangan.
Sementara di IGD tepatnya di lantai dasar RS Bina Kasih, beberapa keluarga terlihat menunggu perkembangan Arif dan Julio.
Sebelumnya, saat Tribun Medan di lokasi kejadian, salah seorang warga yang bernama Sinaga mengatakan, Jalan Stasiun dari dahulu tidak ada palang pintu.
"Dari dulu perlintasan kereta api di sini tidak memiliki palang," ujar Sinaga, warga Jalan Stasiun, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deliserdang, Minggu (7/4/2019).
Pria berkulit sawo matang ini kembali menjadi saksi tabrakan yang kerap terjadi diperlintasan di kawasan tempat tinggalnya.
Pada Minggu (7/4/2019) ia kembali menyaksikan satu unit mobil Toyota Avanza menjadi korban tabrakan oleh Kereta Api.
Satu unit mobil Toyota Avanza dengan nomor polisi BK 1534 QH ditabrak kereta api jurusan Medan-Binjai.
Peristiwa nahas tersebut terjadi di Jalan Stasiun, Desa Lalang, Kecamatan Sunggal Kabupaten Deliserdang, Minggu (7/4/2019) sekitar pukul 10.30 WIB.
Pada peristiwa nahas tersebut dikabarkan empat penumpang mobil Avanza kritis.
"Kalau kejadian sekitar pukul 10.30 WIB. Kalau untuk penumpang ada lima orang. Di mana empat penumpang dewasa kritis, seorang bayi selamat. Tapi saya tidak tahu pasti luka di bagian mana saja kalau penumpangnya," ujar Sinaga.
Lebih lanjut dijelaskan Sinaga, selama dirinya tinggal di kawasan dekat kejadian, ia menuturkan bahwa ini kali ke empat terjadinya kecelakaan.
"Saya tinggal dari tahun 1999 di sini. Ada empat kali yang saya ingat terjadi kecelakaan di sini. Kalau untuk tahun 2019 ini, baru ini. Namun kalau sebelumnya pernah Pajero, Becak, dan Avanza hitam seperti ini dua kali dengan ini," ungkapnya.
Pria yang berambut cepak ini, menjadi saksi mata kecelakaan diperlintasan kereta api Desa Lalang ini.
"Biasa memang ada yang menjaga peluang ya partisipasi masyarakat. Kadang diberi uang bagi pengendara yang melintas, ya hitung-hitung itulah upah mereka. Tidak pernah ada ini palang pintu. Posisi jalan ini kan sedikit menanjak, kalau kereta apa siang gak nampak kalau datang. Jadi kalau gak ada yang jaga kita was-was," ungkapnya.
Masih dikatakan Sinaga, kalau malam kan nampak cahaya lampu dari Kereta Api.
"Kalau malam kita bisa melihat lampu jadi bisa waspada. Apalagi di sini kan padat penduduk. Ya saya maunya si adalah upaya dari pemerintah atau pihak manapun yang mau membuatkan plang perlintasan. Ini kan jalan kampung. Toh banyak warga sampai ke dalam sana," jelasnya.
Adapun kronologis kejadian kecelakaan kereta api yang menabrak mobil Toyota Avanza yang berhasil dihimpun yakni, sebelum kejadian, mobil Avanza tersebut menempel becak yang hendak melintasi perlintasan kereta api di sini.
"Jadi becaknya lolos, nah, Avanza ini tidak sempat. Jadi ia terseret-seret hingga kurang lebih 400 meter," ujar pria yang berambut cepak ini.
Pantauan di lokasi, puluhan warga sekitar lokasi masih memadati tempat kejadian.
Beberapa warga yang melihat peristiwa tersebut turut mengabadikannya melalui smartphone.
(mft/tribun-medan.com)