News Video

VIDEO: Djarot Sebut Orangtua Prabowo Pemberontak, Dikejar Djamin Gintings hingga Lari ke Luar Negeri

Djarot juga mengungkap, salah seorang tokoh di balik pemberontakan yang disponsori Amerika Serikat kala itu, yaitu Sumitro orangtua Prabowo

Tribun Medan
Djarot saat mengunjungi Museum Djamin Gintings, di Desa Suka, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Tanah Karo 

TRIBUN-MEDAN.COM - Tatakala melakukan kunjungan ke Museum Djamin Gintings, di Desa Suka, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Tanah Karo, Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Djarot Saiful Hidayat membahas sepak terjang Letjend Jamin Ginting sebagai pahlawan nasional.

Djarot menjelaskan, Jamin Ginting merupakan seorang tokoh yang meredam pemberontakan Pemerintah Revoluisioner Republik Indonesia (PRRI/PERMESTA) pada zaman Bung Karno dahulu.

Ia (Jamin Ginting), kata Djarot melawan atasannya sendiri yang memilih melakukan makar ke pemerintah pusat.

"Inilah salah satu contoh komitmen beliau menjaga keutuhan NKRI," katanya.

Djarot juga mengungkap, salah seorang tokoh di balik pemberontakan PRRI/PERMESTA yang disponsori Amerika Serikat kala itu, yaitu Sumitro Djojohadikusumo ayah dari Prabowo Subianto.

"Itulah mengapa anak-anak Pak Jamin Ginting membela Jokowi karena tahu Pak Prabowo anak Pak Sumitro," katanya sembari tersenyum.

Baca: Mobil Brigjen Krishna Murti Kena Tilang Elektronik karena Langgar Aturan, Begini Reaksinya

Baca: Kereta Api Medan-Binjai Seret Avanza 400 Meter, Bayi 9 Bulan Selamat tapi 4 Orang Lainnya Kritis

Tonton video Djarot di Museum Jamin Gintings;

Ayo subscribe channel YouTube Tribun MedanTV

Museum Djamin Gintings

Bila anda datang ke Museum Djamin Gintings, di Desa Suka, Kecamatan Tigapanah, Kabupaten Tanah Karo, anda akan disambut patung Sang Jenderal dari perunggu yang berdiri teguh setinggi tujuh meter.

Patung Pahlawan Nasional itu gagah berdiri di atas tank meriam, dengan latar belakang kain tradisional karo yang disebut 'Beka Buluh'.

"Di sana, di lantai atas semuanya tentang Letjen Jamin Gintings.

Museum ini terdiri atas dua lantai.

Lantai bawah berisi hasil kerajinan tangan khas masyarakat Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Tanah Karo.

Sedangkan pada lantai dua museum merupakan kisah perjalanan Letjen Djamin Ginting," ujar Sang Resepsionis, Nila kepada tribun-medan.com, Kamis (26/7/2018).

Pantauan tribun-medan.com, bila anda ingin ke lantai dua, maka anda harus menapaki 20 anak tangga yang berkelok.

Di anak tangga ke 17, terlihat sosok Sang Jenderal dalam potret buram hitam putih.

Museum Djamin Ginting di Simpang tiga Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Tanah Karo (IST)
Museum Djamin Ginting di Simpang tiga Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Tanah Karo (IST) (tribun medan)

Sepanjang perjalanan mengelilingi museum itu kita akan disuguhkan foto bergambar yang seakan bercerita.

Perpustakaan pada sisi kanan dan kiri, seragam kebesaran jabatan di masa itu hingga piagam dan pin yang dikacakan. Tak jarang terlihat para wisatawan mengambil berbagai sudut guna berselfie ria.

Anda tidak perlu merogoh kocek terlalu dalam untuk masuk ke tempat istimewa ini.

"Tiket masuknya Rp 5 ribu per orang," ujar Nila.

Nila menyampaikan, museum tersebut juga menyediakan fasilitas bagi pengunjung yang menggunakan kursi roda.

Baginya tempat tersebut memberi arti positif bagi masyarakat Tanah Karo.

Khususnya bagi para pelajar di Tanah Karo.

Selain itu museum ini juga kerap dikunjungi muda-mudi Tanah Karo.

“Selama ini mereka hanya tahu melihat buku atau internet, namun tidak sedetil yang ada di museum ini,” katanya.

Sang resepsionos menerangkan, sejak diresmikannya pada 7 September 2013, museum ini mengacakan lembaran-lembaran pidato tatkala peresmian museum berlangsung.

"Diletakkan bersamaan dengan dokumen penting milik Letjen Jamin Gintings.

Museum ini didirikan pada 2013 oleh Yayasan Mahaputra Utama DJamin Ginting yang diketuai oleh Ny. L.T Djamin Ginting," katanya.

Nila menjelaskan,berdiri di atas tanah seluas 4000 meter persegi (m2), selain sebagai tempat untuk menyimpan barang-barang peninggalan Letjen Jamin Gintings.

Museum ini berguna melestarikan dan mewariskan nilai-nilai, jiwa dan semangat juang 45 dalam merebut kemerdekaan.

"Persis dengan semboyan ‘Merdeka atau Mati’. Museum ini juga dimaksudkan untuk turut melestarikan sejarah, adat, seni dan budaya termasuk tersedianya perpustakaan mini berisi buku-buku peninggalan Letjen Djamin Ginting dan buku-buku adat Karo," katanya.

Amatan tribun-medan.com, bentuk bangunan museum ini juga tak biasa.

Bentuknya mirip kulit kacang.

Menurut informasi yang tertulis dalam lembara pidato Ketua Yayasan, diungkapkan bangunan museum seluas 600 m2 dengan bentuk biji-bijain (kacang) dengan tiang-tiang merah sebagai akarnya.

Bentuk itu memiliki makna hasil perjuangan Letjen Djamin Ginting bukanlah akhir tujuan tapi merupakan benih kehidupan baru yang merdeka bagi generasi berikutnya, ditunjang dengan semangat keberanian dalam meraih masa depan.

Yang tak kalah menariknya yakni cerita bergambar di dinding museum.

Tertulis di sana tentang petikan dan kelakar Ibu Likas Tarigan, Ny. Djamin Ginting, yakni soal bambu dan karet.

Diceritakan pada dinding tersebut sungguh besar jasa bambu.

Bukan hanya rumah, tempat tidur dan meja. Dalam agresi belanda II bambu dipakai sebagai sarana mengirim pesan dari Komando Sumatera kepada Resimen I.

Kisah karet pada dinding tersebut juga lebih mencengangkan lagi.

Diceritakan, pada saat revolusi, para pejuang kesulitan mendapatkan BBM untuk kendaraan. Sebagai penggantinya dengan mendirikan kilang minyak karet di Macan Kumbang.

"Getah karet dari perkebunan karet diolah menjadi BBM.

Caranya lembaran-lembara karet yang sudah dikeringkan di ruangan pengasapan kemudian disuling dan disimpan ke dalam tong atau drum.

Kilang minyak karet tersebut dikepalai oleh Letnan Azis Saman, didukung sejumlah perwira dan tentara serta 60 orang warga sipil yang berasal dari kalangan pengungsi," bunyi tulisan pada literatur tersebut.

Pada museum itu kita juga dapat mengetahui sumbangsih non tempur yang diupayakan Sang Jenderal kala menjabat sebagai Komandan Resimen I.

Salah satunya adalah pembukaan hutan untuk lahan pertanian di sekitar Lawa Deski dan usaha ternak ikan dan bebek di Lawa Deski, Sigala-gala, Lawe Gersik, Lawe Dua dan Buluhbiang.

Sang Jenderal juga menginisiasi pembuatan sagu untuk menambah jenis bahan makanan dan mengurangi konsumsi beras yang sulit didapat.

Sang Pahlawan Nasional itu juga mendirikan SMP untuk pertama kalinya seluruh Tanah Alas, diasuh oleh guru-guru yang diambil dari kalangan perwira tentara dan beberapa guru yang berada di Kutacane atau di tempat lain di Tanah Alas. (*)

Sumber: Tribun Medan
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved